26. Misunderstanding

16.4K 1.8K 85
                                    

Hai, guys! Maaf ya gue baru sempet update hari ini. Gue sebenernya ada bikin note di profile gue waktu itu buat kasih tahu kalian kalau gue gak akan update sampe April. Tapi, kayaknya udah ketutup sama yang lain. Seharusnya gue update setelah UN, tapi gue greget pengen update. So, here you go! Enjoy xx

*

Tidak ada tempat yang paling dihindari oleh Audrey selain rumahnya sendiri. Entahlah, sejak perilaku papa dan kakaknya sudah kembali seperti semula, ia malah merasa aneh. Ia merasa tidak biasa dengan perhatian yang berlimpah-limpah dari mereka berdua. Apalagi ia masih belum bisa menerima permintaan maaf mereka begitu saja. Luka di dalam hatinya sudah cukup dalam sehingga sulit untuk memaafkan mereka. Bukannya ia tidak ingin memaafkan mereka, ia ingin sekali bisa kembali akur dengan mereka berdua. Hanya saja, hatinya masih belum bisa menerima.

"Non, makan malam udah siap," panggil Bi Eli dari depan kamarnya disertai ketukan pintu.

Audrey yang sebelumnya sedang terlentang di atas tempat tidurnya sambil mengerjakan pr pun segera menghentikan pekerjaannya. Ia turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu.

"Yuk," ajak Bi Eli dengan ramah begitu Audrey membuka pintu kamarnya.

Audrey mengangguk dan mereka berdua turun bersama-sama. Sofian dan Max sudah siap di meja makan saat Audrey tiba. Audrey langsung duduk di tempat biasanya tanpa mengatakan apapun. Ia memang sengaja menghindari segala bentuk komunikasi di antara mereka.

"Kita mulai makan ya," ucap Sofian sebelum menyendokkan nasi. "Sini, Drey."

Audrey menggelengkan kepalanya. "Aku bisa sendiri," balasnya pelan.

Sofian menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti. Mau seberapa keras ia berusaha memperbaiki hubungannya dengan Audrey, ia tahu bahwa ini semua sulit untuk Audrey. Ia tahu bahwa semua takkan bisa kembali seperti dulu karena ia sudah melakukan kesalahan yang besar.

"Gimana sekolah, Drey?" tanya Max dengan perhatian saat Audrey sedang asik menikmati makan malamnya.

"Baik."

"Ujiannya kapan?"

"Dua minggu lagi," balas Audrey dengan singkat.

"Oh ya? Cepet juga. Kamu udah mulai belajar belum?"

"Belum."

Max menghembuskan napasnya dengan berat. "Kamu mau sampai kapan begini, Drey? Ini udah hampir dua minggu kamu diemin Kakak sama Papa."

Gerakan tangan Audrey terhenti begitu mendengar perkataan Max. Ia kemudian membalik dan menyilangkan sendok dan garpunya, memberi tanda bahwa ia sudah selesai makan. Lalu, ia meneguk habis air yang ada di sampingnya.

"Tunggu. Kamu belum jawab pertanyaan kakak," panggil Max sebelum Audrey sempat bangkit dari kursinya.

"Max." Sofian menatap Max dengan tidak setuju.

"Nggak ada yang perlu aku jawab. Kalian berdua tahu alasan aku begini. Sekarang kalian tahu gimana perasaan aku waktu dicuekin sama kalian kan?"

"Kakak sama Papa kan udah berkali-kali minta maaf sama kamu, Drey. Kita berdua bener-bener nyesel udah begitu ke kamu," ucap Max dengan nada sedih. "Kakak mau kita bisa kembali akrab lagi bertiga sebagai satu keluarga."

"Aku masih ada pr yang harus aku selesaiin. Aku ke kamar dulu." Audrey bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan meja makan. Walau ia merasa bersalah telah berkata seperti itu pada kakak dan papanya, ia juga tidak bisa memaafkan mereka begitu saja.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang