"Tante, Om, aku pamit pulang ya," ucap Audrey dengan senyum sopan di wajahnya. Lalu, ia menoleh ke arah Bev. "Duluan ya, Bev. Thanks udah ajak gue shopping hari ini."
"Ah, santai ajalah. Lain kali kita shopping bareng lagi ya?" tanya Bev dengan semangat.
Audrey tersenyum dan mengangguk. "Siaplah. Kabarin gue aja ya."
"Oke. Hati-hati ya. Eh, Cas, bawa mobilnya hati-hati!" Bev memperingati Riel yang memasang tampang malas karena disuruh mengantarkan Audrey pulang.
Awalnya, Audrey berniat pulang sendiri naik taksi karena Pak Donny sedang cuti pulang kampung dan baru akan kembali bekerja besok. Tapi yang terjadi malah Riel disuruh mengantarkannya pulang. Audrey jadi merasa bersalah harus membuat Riel mengantarkannya pulang.
"Lo nggak usah anterin gue, Riel. Gue balik sendiri aja," ucap Audrey saat mereka sudah keluar dari rumah Riel.
Riel menatap Audrey dengan datar. "Terus lo mau buat gue dibunuh sama tiga orang di dalem itu? Nggak, makasih. Cepet masuk mobil."
"Tapi, gue nggak enak sama lo. Beneran deh. Gue naik taksi aja ya." Audrey pun berjalan menjauhi mobil Riel dan berjalan keluar dari gerbang rumah Riel untuk melihat apakah ada taksi yang lewat atau tidak.
Riel mendecak sebal. "Lo nggak akan ketemu taksi di dalam perumahan gini. Apalagi sekarang udah malem, lebih nggak mungkin lagi ada taksi muter-muter."
"Terus gimana dong?" tanya Audrey dengan nada frustasi.
"Masuk. Ke. Dalem. Mobil," jawab Riel dengan penuh penekanan. Ia heran mengapa Audrey harus mempersulit keadaan. Jelas-jelas tadi Audrey mendengar bahwa orangtuanya menyuruhnya untuk mengantarkan dia pulang. Mengapa masih ingin pulang sendiri naik taksi? Tidakkah Audrey tahu bahwa naik taksi sendirian malam-malam seperti ini sangat bahaya? Perempuan itu memang tidak pernah memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Selalu saja bertindak sesukanya.
Audrey yang tahu Riel mulai kesal pun akhirnya menurut dan masuk ke dalam mobil Riel. Ia langsung memasang seatbelt begitu Riel juga sudah duduk di sampingnya.
"Maafin gue ya. Lo jadi harus repot-repot nganterin gue pulang," ucap Audrey mengisi keheningan yang ada dalam perjalanan.
"Nggak papa. Gue juga lagi pengen keluar jalan-jalan," dusta Riel. Ia tidak mengerti mengapa dirinya berbohong pada Audrey. Apa ini karena ia menyukai perempuan itu?
"Wah, ada lomba kostum anjing besok," pekik Audrey dengan tiba-tiba, membuat Riel terlonjak kaget karena sebelumnya ia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Apaan sih?" tanya Riel yang tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.
Audrey menunjuk salah satu papan iklan yang ada di pinggir jalan. "Itu! Besok ada lomba kostum anjing. Pasti banyak anjing-anjing lucu deh," ucap Audrey dengan gemas.
Riel menatap Audrey yang terlihat sangat tertarik dengan lomba tersebut. "Yaudah, besok nonton aja."
"Lo mau ikut nggak?"
"Nggak."
"Yakin? Kapan lagi bisa ngedate sama gue?" tanya Audrey dengan jahil.
Riel menatap Audrey dengan sinis. "Siapa yang mau ngedate sama cewek bawel kayak lo?"
"Lo emangnya nggak mau?" Audrey menatap Riel dengan kedua matanya yang bulat.
Riel terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng. "Nggak tuh. Pergi aja sendiri."
Audrey terkekeh pelan mendengar jawaban Riel. "Iya, gue tahu kok. Emang niatnya mau pergi sendiri. Gue cuma isengin lo doang."
Riel tidak mengucapkan apa-apa lagi sampai mereka tiba di depan rumah Audrey. Audrey melepaskan seatbelt lalu mengambil belanjaannya di kursi belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Ficção Adolescente"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...