Audrey dan Bev menoleh ke arah tangga untuk mendapati Riel yang sedang menatap mereka dengan alis terangkat. Mereka berdua tidak tahu seberapa banyak hal yang telah didengar oleh Riel. Tapi Audrey berharap bahwa Riel tidak mendengar banyak karena ia akan malu setengah mati.
"Eh, kok lo turun?" tanya Audrey, berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin membahas mengenai masalah itu. Riel tidak boleh tahu mengenai perasaannya ini.
Riel kembali melanjutkan langkahnya sampai ia tiba di tangga terakhir. "Gue tadi nanya, siapa yang suka sama gue," ucapnya dengan datar.
Audrey segera menatap Bev untuk meminta bantuan. Bev yang mengerti kode yang diberikan oleh Audrey pun segera menciptakan sebuah kebohongan. "Itu loh, ada anak di kelas Audrey yang suka sama lo. Cuma lo pasti nggak suka sama dia. Dia bukan tipe lo banget."
"Oh," jawab Riel sebelum berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Diam-diam ia tersenyum kecil mendengar kebohongan tersebut. Ia sebenarnya tahu bahwa Bev tadi sedang bertanya pada Audrey apakah Audrey menyukainya atau tidak. Namun, ia memutuskan untuk mencegah Audrey menjawab pertanyaan tersebut. Ia tidak ingin merasa kecewa dengan jawaban Audrey. Ia tahu Audrey tidak menyukainya, tapi ia tidak ingin mendengarnya langsung dari mulut Audrey.
"Kok lo ke bawah? Kan mendingan lo istirahat."
Riel berbalik dan menatap Audrey yang memasang ekspresi khawatir di wajahnya. "Gue haus. Emang gue nggak boleh turun minum gitu?"
Audrey terdiam mendengar jawaban Riel. Benar apa yang dikatakan oleh Riel. Lagipula, ini kan rumah Riel. Untuk apa ia bertanya-tanya pada Riel? Riel bisa melakukan apapun yang ia mau di rumahnya.
Mendadak, Audrey jadi merasa malu karena sudah mengatur-ngatur Riel. "Sorry, gue lupa kalau ini rumah lo dan lo bisa ngelakuin apapun yang lo mau."
Riel menghembuskan napasnya dengan berat melihat Audrey menundukkan kepalanya. Perkataannya tadi pasti sudah membuat Audrey jadi merasa bersalah padanya. Ia benar-benar harus lebih berhati-hati dengan apa yang ia ucapkan.
"Nggak papa. Lo belom mau balik?" tanya Riel sambil menaruh gelas kosong di wastafel.
Audrey menggeleng. "Kenapa? Lo mau banget ya jauh-jauh dari gue?" tanyanya dengan senyum jahil.
Riel memutar kedua bola matanya melihat Audrey yang sudah kembali menjadi Audrey yang biasanya. Bawel dan jahil. "Gue mau pergi cari makan. Gue yang anterin lo balik aja."
"Hah?" Kedua mata Audrey melebar. "Nggak, nggak. Lo nggak boleh pergi sendiri."
"Yaudah, lo temenin gue," ucap Riel sebelum berjalan meninggalkan Audrey di dapur.
Belum sempat Audrey mengatakan apapun, Riel sudah hilang dari pandangannya. Ia segera berlari menyusul Riel dengan cepat sebelum Riel pergi. Ia tidak akan membiarkan Riel pergi sendirian.
"Gue pergi dulu ya, Bev!" pamit Audrey pada Bev sambil berlari ke depan.
Bev sempat mengangguk dan berkata, "have fun!"
Audrey sempat bingung dengan maksud Bev mengatakan have fun. Ia kan hanya ingin menemani Riel untuk makan. Tapi, ia tidak bertanya pada Bev karena Riel sudah siap di dalam mobilnya.
"Lama banget sih," ucap Riel begitu Audrey sudah duduk di sampingnya.
Audrey menatap Riel dengan sinis. "Lima menit aja nggak nyampe loh."
Riel tidak menjawab ucapan Audrey dan segera menginjak gas dengan perlahan. Dalam perjalanan pun tidak ada yang berbicara. Untung saja Riel tadi menyalakan radio sehingga suasana tidak terlalu canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Ficțiune adolescenți"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...