Happy weekend, guys! enjoy hehe
*
"PA! KAK! AKU PERGI DULU YA! AKU UDAH TELAT NIH NGGAK BISA SARAPAN! DADAH!" teriak Audrey sambil menuruni tangga dengan terburu-buru. Ia segera mengambil sepatu dan kaos kakinya lalu berlari ke mobil tanpa alas kaki. Ia tidak ingin membuang-buang waktu untuk memakai sepatu dulu karena waktunya sudah hampir habis.Sebentar lagi bel berbunyi dan upacara akan segera di mulai. Semua murid di sekolahnya sudah tahu bahwa terlambat saat ada upacara sekolah adalah masalah besar. Masalahnya, pasti nanti kepala sekolah mereka akan berkata seperti 'upacara aja jarang-jarang. Kenapa nggak bisa dispesialin aja hari upacara itu buat nggak datang terlambat?'. Belum lagi ditambah hukuman berjemur di lapangan sampai jam istirahat pertama. Jika cuaca sedang terik, rasanya sudah seperti sekarat di padang pasir.
"Pak Donny, ngebut ya! Aku udah terlambat nih!" ucap Audrey bahkan sebelum masuk ke dalam mobil.
"Oke, Non. Saya usahakan."
Pak Donny yang memang sudah ahli dalam mengemudi mobil pun menambah kecepatan. Walau begitu, keselamatan tetap nomor satu. Maka ia masih berhati-hati dan tidak mengemudi secara ugal-ugalan.
"Aduh, mampuslah!" Audrey menepuk jidatnya dengan tidak bersemangat saat melihat gerbang sekolah yang sudah tidak ada murid-murid. Ini artinya ia sudah terlambat datang.
"Yah, telat ya, Non?" tanya Pak Donny dengan nada lemah.
"Iya, Pak. Tau gitu, aku sarapan dulu di rumah tadi, nggak usah buru-buru gitu. Yaudah, aku masuk dulu ya."
Audrey keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam sekolahnya dengan lemah. Guru piket sudah berdiri dengan sigap di meja piket saat Audrey tiba. Ia menatap Audrey sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pake yang bener dulu itu dasinya," perintah Pak Romi dengan tegas. "Kenapa terlambat?"
"Saya bangun terlambat tadi," jawab Audrey sambil membetulkan dasinya yang berbentuk aneh.
"Kenapa bisa terlambat bangun? Tidurnya kemaleman?"
Audrey menggeleng. "Saya tidur cepet kok."
"Terus, kenapa mata kamu bengkak? Kamu nangis ya semaleman?" Pak Romi menyipitkan matanya pada Audrey.
Audrey menggeleng lagi dengan panik. "Enggaklah, Pak! Buat apa saya nangis coba?"
"Siapa tahu kamu lagi patah hati."
Emang iya, Pak. "Enggak kok, Pak," jawab Audrey sambil cengengesan.
Pak Romi berdecak. "Yaudah, kamu berdiri di sana dulu. Kalau upacara sudah selesai, baru pindah ke lapangan," perintahnya sambil menunjuk depan ruang BP yang terletak tidak jauh dari meja piket.
Audrey mengangguk dan berjalan menuju depan ruang piket yang tidak terdapat siapa-siapa. Rupanya hanya ia seorang yang datang terlambat. Ini semua karena Riel. Ia menangisi Riel semalaman entah sampai jam berapa. Ia tidak melihat jam lagi sebelum ia ketiduran. Dan sialnya, alarmnya sama sekali tidak terdengar tadi pagi. Jika Bi Eli tidak membangunkannya, sudah pasti ia tidak masuk sekolah hari ini.
"Ah, nggak seru banget sendirian," gerutu Audrey sambil menaruh tas gendongnya di lantai. Ia menunduk dan memainkan sepatunya untuk membuang waktu.
"Kamu kenapa terlambat?" Suara Pak Romi membuat Audrey mengangkat kepalanya dengan semangat karena ini artinya ia punya teman untuk mengobrol. Tapi, semangatnya langsung menghilang begitu tahu siapa orang yang sedang ditanya oleh Pak Romi itu.
"Eh? Saya bangun terlambat, Pak."
"Lah, kembarang kamu si Beverly aja nggak terlambat tuh tadi. Kenapa kamu bisa terlambat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn
Dla nastolatków"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...