10. Break Up

22.7K 2.4K 133
                                    

Malam itu, Riel mengantarkan Audrey pulang ke rumahnya. Walaupun kedua orangtua Riel dan juga Beverly sudah menawarkan Audrey untuk menginap, Audrey tetap ingin pulang. Ia tidak mau merepotkan orang lain hanya karena ia kabur dari rumahnya. Bagaimanapun, ia tetap harus menghadapi kenyataan bahwa ia sekarang adalah anak broken home. Hidupnya sudah hancur lebur. Tidak ada lagi kebahagiaan yang tersisa. Yang ada hanyalah ia dan kesedihannya.

"Thankyou ya lo udah nganterin gue balik. Sorry juga gue udah ngerepotin lo," ucap Audrey sambil berusaha tersenyum pada Riel begitu mereka sudah sampai di depan rumah Audrey.

Riel menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Hm. Lo-lo nggak papa kan?" tanyanya. Entah mengapa ia merasa khawatir dengan kondisi Audrey.

Audrey menghembuskan napasnya dengan berat saat mendengar pertanyaan Riel. "Untuk sekarang, gue udah nggak tahu lagi harus ngerasain apa. Gue cuma mau tidur dan ngelupain ini semua buat sesaat."

"Yaudah, lo masuk gih terus istirahat."

"Makasih ya sekali lagi," ucap Audrey sebelum keluar dari mobil Riel.

"You are welcome," balas Riel bertepatan dengan pintu mobilnya ditutup dari luar. Matanya terus tertuju pada Audrey yang berjalan dengan lemah ke dalam rumahnya. Ia seperti bisa merasakan apa yang sedang Audrey rasakan saat ini dan jika ia harus jujur, perasaan itu sangatlah menyiksa. Ia yakin itulah yang sedang dirasakan Audrey sekarang.

Ia memastikan Audrey sudah masuk ke dalam rumahnya dengan aman sebelum akhirnya memutar arah menuju rumahnya.

Audrey berjalan masuk ke dalam rumahnya dan mendapati ruang tamunya kosong. Koper-koper yang sebelumnya berada di samping sofa sudah tidak ada lagi. Ia yakin mamanya pasti sudah pergi.

"Non dari mana aja? Bibi daritadi panik nungguin Non pulang." Tiba-tiba saja Bi Eli muncul dari arah dapur.

"Mama udah pergi?" tanya Audrey dengan pandangan datar.

Bi Eli menatap Audrey dengan prihatin dan mengangguk pelan. "Iya. Nyonya udah pergi dari satu jam yang lalu."

"Terus, papa sama Kak Max mana?"

"Di kamarnya. Begitu Nyonya pergi, mereka langsung masuk ke kamar masing-masing dan belum keluar lagi daritadi," jelas Bi Eli. "Non dari mana aja?"

Audrey tersenyum tipis. "Mereka bahkan nggak nyadar kan aku masih belum pulang daritadi?" tanyanya dengan miris.

"Non mau makan atau minum?" Bi Eli memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan agar Audrey tidak semakin sedih.

Audrey menggelengkan kepalanya. "Aku capek, mau tidur," balasnya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Ia langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa berniat untuk menghampiri kakaknya di kamarnya. Yang ia inginkan adalah tidur dan melupakan apa yang terjadi hari ini. Ia pun mengganti bajunya menjadi sweater dan celana panjang kain. Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memejamkan matanya. Entah berapa kali ia merubah posisi tidurnya sampai akhirnya ia bisa tertidur.

***

Akibat kurang tidur, kantong mata di bawah mata Audrey terlihat sangat jelas. Walaupun begitu, ia masih terlihat cantik tanpa polesan apapun. Ia meraih tas sekolahnya dengan malas dan turun ke bawah untuk sarapan. Sungguh ia berharap ia tidak perlu pergi ke sekolah. Ia sedang tidak mood. Ditambah begitu ia sampai di meja makan, ia tidak menemukan siapapun.

"Pagi, Non. Ini sarapannya." Bi Eli menaruh semangkuk sereal ke hadapan Audrey.

"Papa sama Kak Max mana, Bi?" tany Audrey dengan bingung.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang