21. Revelation

19.8K 2.1K 183
                                        

Setelah diam cukup lama, akhirnya Audrey membuka mulutnya. "Lo mau tahu nggak, Luc, Claire, Co, kenapa gue berubah?" tanya Audrey dengan pelan. Matanya menatap mereka bertiga dengan pandangan datar.

Mereka bertiga mengangkat sebelah alisnya, tidak menyangka Audrey akan membahas masalah ini tiba-tiba.

"Kenapa? Ya, karena lo lupa temen," sahut Lucy sambil tertawa pelan, meledek Audrey.

Audrey menggelengkan kepalanya. "Karena gue tahu apa yang kalian perbuat."

Satu kalimat. Namun sukses membuat mereka bertiga membeku di tempat. Audrey menatap wajah mereka yang seketika memucat dengan puas. Ia tidak tahu bahwa ia akan merasa sepuas ini saat memberitahu mereka apa yang ia pergoki. Jika ia tahu, ia pasti akan memberitahu mereka lebih awal.

"Gue tahu, Luc, kalau lo sama Marco selingkuh di belakang gue. Dan lo, Claire, lo tahu ini semua dan lo milih buat nutupin itu dari gue. Gue selalu ngira kalian adalah orang-orang yang paling bisa gue percaya, tapi ternyata gue salah. Detik pertama setelah gue tahu semua pengkhianatan, gue udah nggak punya rasa percaya lagi sama kalian bertiga. Atau lebih parahnya, gue anggep kalian bertiga udah mati."

Banyak suara orang terkejut yang terdengar dari murid-murid yang mengelilingi mereka. Ada yang mengatai mereka pengkhianat dan lain-lain. Sedangkan Marco, Lucy dan Claire? Wajah mereka pucat pasi seperti habis melihat hantu.

"Kenapa? Kayaknya semenit sebelumnya, lo masih ngatain Audrey lupa temen deh," ucap Bev dengan nada sinis. "Dasar, cewek gatel! Nggak tahu malu. Pacar sahabat sendiri aja direbut. Nggak nyangka gue kalau lo tega gitu ngerusak persahabatan lo yang udah bertahun-tahun demi seorang cowok. Apa harga persahabatan lo bisa disamain sama seorang cowok?"

Wajah Lucy memerah karena malu sekaligus emosi. "Siapa suruh dia nggak bisa kasih yang terbaik buat Marco? Dia itu terlalu polos sedangkan Marco itu terlalu liar. Mereka nggak balance."

"Dan menurut lo, cara terbaik buat bikin hubungan gue balance itu dengan cara selingkuh di belakang gue?" tanya Audrey dengan tajam. "Gue selama ini emang sengaja tutup mulut. Gue nggak pernah sekalipun kepikiran buat memperlakukan kalian di depan banyak orang gini. Cuma, kalian sendiri yang bikin gue ngelakuin ini."

"Drey, dengerin gue." Marco berjalan maju untuk mendekati Audrey. Namun, Audrey segera mundur dan Riel langsung berdiri di depannya dengan refleks, melindungi Audrey.

"Jangan deketin dia," geram Riel sambil menatap Marco dengan penuh ancaman.

"Jangan ikut campur. Gue mau ngomong sama Audrey," balas Marco sambil berusaha mendorong Riel menjauh dari Audrey. "Drey, dengerin penjelasan gue dulu."

Riel sama sekali tidak bergerak dari posisi semulanya. "Apa lo pikir lo masih pantes ngomong sama dia setelah lo selingkuhin dia? Lo seharusnya malu, lo udah permainin hati perempuan yang tulus sama lo."

"Iya, Co. Lo sadar diri dong. Apa lo masih berhak buat maksa ngomong sama Audrey? Lebih baik dia itu jauh-jauh dari lo, selingkuhan lo dan temen selingkuhan lo itu deh. Masa lalu yang jelek emang harus dibuang jauh-jauh dan nggak diinget-inget lagi," ucap Bev dengan lantang. Ia sama sekali tidak takut dengan Marco yang terkenal kasar dengan siapapun.

Marco menggeram kesal. "Gue khilaf, oke? Lucy yang terus-terusan ngegodain gue!"

"Apa-apaan lo, Co! Jangan main limpahin semua kesalahan kita ke gue dong," ucap Lucy dengan cepat. "Lagian lo emang nggak pernah cinta sama dia kan?"

Marco tertawa pelan. "Justru, gue nggak pernah cinta sama lo. Yang gue sayang dari dulu sampe sekarang itu cuma Audrey."

Audrey menatap Marco dengan tidak percaya. Tega-teganya ia menyakiti Lucy dengan sejahat itu. Walau Lucy memang melakukan kesalahan padanya, Lucy tetap tidak pantas diperlakukan seperti itu oleh Marco. Tidak ada perempuan yang pantas diperlakukan seperti itu.

Lesson To Learn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang