Tujuhbelas : Haruskah aku memaafkanmu?

15.7K 771 7
                                    

Happy Reading!

Author POV

Andreas berjalan cepat menuju hotel tempat Donita menginap. Ia segera menuju lantai serta segera berlari menuju kamar Donita.

Andreas mengetok kamar Donita dengan keras membuat beberapa orang memperhatikan dirinya. Ia tak perduli dan terus mengetuk kamar Donita. Sudah cukup lama namun pintu tak kunjung terbuka.

Donita yang baru saja tiba setelah mencari makan dengan Alex melihat Andreas yang berdiri didepan pintu kamarnya dengan menatap dirinya dan Alex tajam.

"An-dreas?" ucap Donita kaget, sekaligus gugup.

Tanpa pikir panjang Andreas menarik tangan Donita kencang "Aww, Andreas kamu apa-apaan sih!" pekik Donita kesakitan. Pergelangan tangannya masih dicengkram kuat oleh Andreas.

"Mana kunci pintu kamar kamu!" ucap Andreas. Donita segera mengambil kunci kamarnya yang berada disaku lalu memberikannya kepada Andreas.

Andreas membuka pintu dengan kencang. Setelah itu menutupnya kembali dengan menggebrak membuat Alex yang masih didepan tersentak kaget. Alex hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Andreas.

Andreas melepas tangan Donita dengan kencang dikasur. Donita terduduk dengan cukup kencang membuat perutnya terasa sakit "Maksut kamu apa?! Kamu lupa jika kamu sudah punya suami?! Kamu asik-asik liburan sama pria lain sementara aku disana kerja sendiri, iya?!" ucap Andreas sedikit membentak.

Donita meringis kesakitan sambil memegang perutnya. Ia tak bisa melawan perkataan Andreas padahal ia sangat ingin sekali bertanya perihal Andreas bersama wanita lain sebelumnya "Jika aku bersama pria lain, lalu apa kabar denganmu?" ucap Donita sambil menahan rasa sakit.

"Oh, jadi ceritanya kamu mau balas dendam gitu?" kata Andreas sembari tertawa hambar.

Donita merasa perutnya semakin sakit, ia meraih ponselnya untuk menghubungi Alex namun tiba-tiba Andreas merebut ponselnya lalu melemparnya tepat dicermin meja rias yang terdapat dikamar itu.

Donita menutup kedua telinganya dengan perasaan takut kepada Andreas. Andreas berjalan mendekat lalu berlutut didepannya dengan masih menatapnya tajam.

"Beraninya kamu, mau nelpon pria lain, didepan suami kamu sendiri?!" ucap Andreas lirih dengan tatapan tajam.

Donita tak menjawab, perasaan takut serta rasa sakit semakin terasa sakit semakin terasa. Ia merasa sesuatu mengalir dari tubuhnya "Andreas..." ucap Donita lirih kemudian semua terasa gelap.

Andreas terkaget melihat darah segar mengalir di kaki Donita. Dengan cepat ia mengangkat Donita lalu berlari menekan lift dengan cepat.

"Donita bangun..." ucap Andreas panik sambil menatap Donita yang digendongnya.

Setelah lift terbuka, ia segera berlari menuju taksi yang berhenti tepat didepan lobi hotel. Ia tak perduli dengan pandangan orang terhadapnya. Tanpa menunggu lama, taksi segera menuju rumah sakit. Didalam taksi, Andreas terus menepuk pipi Donita sembari menciumi kening Donita. Entah mengapa ia merasa sangat panik dan khawatir.

Setelah tiba dirumah sakit, Andreas segera menggendong Donita menuju UGD. Setelahnya, ia menunggu didepan ruang UGD dengan cemas. Andreas pun segera menghubungi Bryan untuk datang ke Italy. Ia tak ingin memberitau keluarganya.

*****

Andreas menggenggam tangan Donita erat. Ditatapnya Donita yang masih memejamkan matanya dengan pulasnya.

Dokter mengatakan jika Donita sedikit mengalami pendarahan.Namun, bayi dalam kandungannya tetap sehat tetapi sang ibu harus mendapat perawat.

"Ndree" Bryan menepuk pahu Andreas dari belakang. Andreas tersentak kaget lalu melepas genggaman tangannya dari Donita.

Hurts To Have You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang