Duapuluhsembilan : Tekat Andreas

18.2K 966 37
                                    

Happy Reading!

Author POV

Andreas melangkah dengan cepat menuju ruang kerja Bryan. Entah mengapa ia ingin sekali bertemu dengan Bryan menanyakan apa maksudnya mengirim surat cerai kepadanya.

Tanpa menunggu lama, Andreas langsung membuka pintu ruang kerja Bryan tanpa mengetuk nya terlebih dahulu.

Bryan yang sedang bertelpon dengan seseorang langsung mematikan telponnya dan memandang kearah Andreas dengan terkejut. Namun, beberapa detik kemudian ia menyunggingkan senyumannya.

"Andreas? Itu kah kau? Apa kabar?" ucap Bryan basa-basi menghampiri Andreas lalu menyuruhnya masuk.

Bryan dan Andreas duduk bersama di sofa dengan berhadap-hadapan. Bryan pun menawarkan Andreas minuman Alkohol namun Andreas menolaknya.

"Langsung saja, apa maksudmu dengan mengirimku surat perceraian?" tanya Andreas menatap Bryan tajam.

Bryan terkekeh pelan lalu menjawab "Oh kau sudah menerimanya? Bukankah aku sudah lama mengirimnya? Apa kau kesini untuk menyerahkan surat itu yang sudah kau tanda tangani?" tanya Bryan membuat emosi Andreas menaik.

"Aku tak akan menandatanganinya karena surat itu sudah ku buang"

"Kau buang? Mengapa? Tenanglah aku punya salinannya" ucap Bryan penuh kemenangan, ia pun bangkit menuju meja kerjanya mencari salinan surat perceraian yang ia buat.

Bryan membanting Map berisi surat perceraian itu dimeja hadapan Andreas dengan cukup kencang. Andreas yang tak terima pun bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Bryan dengan kesal.

"Mengapa huh? Apa kau tak terima Donita menceraikanmu? Donita sendiri yang meminta padaku untuk membuatkannya. Kau tinggal tanda tangan saja dan sidang pun akan segera dilakukan. Gampang bukan? Kau tak perlu repot-repot mengurus nya dan kau bebas berkencan dengan siapapun" ucap Bryan sinis.

Buuk

Andreas menonjok Bryan tepat dihidungnya cukup kencang. Bryan pun membalasnya tak kalah kencang.

"Dimanaa Donitaa!!" teriak Andreas kencang.

"Sampai kapanpun aku tak akan memberitahumu" jawab Bryan menyunggingkan senyuman sinisnya.

Andreas berusaha menahan emosinya, matanya tertuju pada map yang tadi diberikan oleh Bryan, disobeknya lagi dan langsung diremas dibuang ketempat sampah.

"Katakan padanya jika aku ingin bertemu dengannya!" ucap Andreas dan langsung keluar dari ruangan Bryan.

------

Andreas mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak menyangkan jika Donita akan terus berusaha menceraikannya. Padahal ia sangat yakin jika Donita sangatlah mencintainya dan mau memaafkannya lagi.

Andreas memasuki rumahnya dengan emosi. Para pekerja rumahnya pun terlihat takut melihatnya. Andreas memasuki kamarnya dan membanting apapun yang ada didekatnya.

Andreas butuh menenangkan dirinya. Kepalanya terasa berat akibat beban yang ia pikirkan. Andreas mencari kotak obat dimana Donita selalu menyediakan obat sakit kepala untuknya.

Andreas membuka laci nakas yang terletak disebelah ranjangnya. Ia mengobrak-abrik dalam laci itu mencari obat sakit kepalanya. Namun, matanya terkejut menemukan sesuatu. Beberapa pil yang terlihat asing untuknya dan sebuah testpack.

Andreas memperhatikan beberapa obat itu yang masih dibungkus dengan plastik kecil "Pil apa ini?" ucap Andreas pada dirinya sendiri. Menghilangkan rasa penasarannya sejenak, Andreas menatap testpack yang kini juga berada ditangannya. Di testpack itu terdapat dua garis merah yang artinya positif.

Hurts To Have You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang