Awalnya, aku pikir aku sudah mati.
Hal pertama yang aku lihat adalah kegelapan-membuatku berpikir aku barangkali sudah mati dan saat ini aku lagi berada di dunia lain, tapi setelah hidungku mencium bau busuk yang luar biasa plus secercah sinar matahari sore yang aku lihat dari balik jeruji jendela, aku tahu aku masih hidup.
Maksudku, dunia lain kan tidak mungkin sejorok ini.
Butuh waktu beberapa detik sampai aku mulai membiasakan diriku sendiri dengan kondisi ruangan yang remang-remang ini. Aku baru sadar bahwa tangan dan kakiku di rantai, dan rantainya terhubung ke kursi panjang yang saat ini lagi aku duduki.
Dalam kata lain, aku lagi disekap.
Aku memang suka membayangkan situasi ini terjadi pada diriku sih-disekap dan sebagainya-tapi tidak dengan gaun sialan yang masih aku pakai saat ini. Di ruangan dengan bau busuk dan lembap kayak gini, pakai gaun malah membuat semuanya menjadi lebih buruk. Setidaknya biarkan aku ganti baju dulu, dong.
Omong-omong tentang orang yang menyekapku, aku yakin seratus lima puluh persen bahwa Taehyung adalah pelakunya. Aku memang tidak ingat banyak kenapa aku bisa sampai disini, hal terakhir yang aku ingat adalah saat aku, Donghae, Dara dan Jimin diserang di jalan raya kemudian beberapa orang bertubuh besar dengan pakaian hitam-hitam membekap mulutku dengan kloroform, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
Tapi aku yakin banget, Taehyung bertanggung jawab atas semua kekacauan ini.
Hell, siapa lagi sih yang bisa melakukan hal sekejam ini selain si bocah psikopat itu?
Dan benar saja, tidak lama kemudian pintu yang aku tidak tahu selama ini ada di hadapanku terbuka, menimbulkan suara berdecit yang lumayan berisik. Taehyung masuk dengan wajah yang luar biasa kalem dan rasanya aku mulai ingin melemparinya dengan sepatu heels yang masih aku pakai.
Dasar cowok brengsek.
"Sudah bangun, noona?" tanyanya, dan nada bicaranya menimbulkan kesan seolah-olah dia sedang tidak menyekapku. Kurang ajar.
"Keliatannya?" aku balik bertanya, dan sekalipun aku menjawab dengan nada yang jutek Taehyung malah membalasnya dengan sebuah senyuman tipis-membuatnya terlihat jadi mirip psikopat beneran.
Wait, dia kan emang psikopat beneran ya.
"Aku nggak akan menyakiti noona kok, jadi noona nggak perlu takut sama aku." katanya, membuatku mengerlingkan mataku.
"Tapi kalau Donghae hyung nggak bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu, aku dengan sangat terpaksa harus melukai noona sedikit. Nggak apa-apa kan noona?" lanjutnya.
"Mimpi aja kamu." balasku ketus.
Taehyung terkekeh pelan, kemudian dia menyalakan lampu pijar yang-lagi-lagi-aku tidak tahu ada di dekat pintu itu dengan korek api.
Berhubung pencahayaannya sudah agak bagus, aku bisa melihat dengan jelas ruangan tempat aku disekap sekarang. Ruangan ini tidak terlalu besar, kayaknya sih seukuran kamarku yang ada di rumah paman, dengan satu jendela berjeruji besi. Tidak ada keramik yang melapisi ruangan ini jadi aku langsung menginjak tanah. Dindingnya terbuat dari batu, menjelaskan kenapa ruangan ini terasa lembap banget.
Kalau tebakanku tepat, aku lagi disekap di sebuah ruang bawah tanah, atau mungkin gudang yang tidak terpakai. Diantara keduanya memang tidak ada yang bagus, sih.
"Aku bakal memberi noona makan tiga kali, pagi, siang, dan malam. Ada kloset dengan keran, ember dan gayung di ujung sebelah kanan noona, jadi noona nggak perlu khawatir kalau noona tiba-tiba kebelet pipis." katanya, dan bodohnya aku malah menengok ke sebelah kananku untuk melihat kloset yang dia maksud.
Tunggu dulu, tidak mungkin kan ruang bawah tanah atau gudang tidak terpakai punya kloset terpisah kayak gini?
Jangan-jangan ruangan ini bukan seperti yang aku kira.
Ruangan ini memang tempat khusus untuk menyekap orang.
Astaga, dia beneran gila.
"Nah, sekarang aku harus pergi dulu. Sebentar lagi menjelang sore, aku akan pastikan makan malam noona datang tepat waktu."
Aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan Taehyung, dan alih-alih menanggapinya, aku malah menatapnya tajam. Otakku mulai merangkai berbagai macam cara untuk kabur dari tempat ini, tapi mengingat satu-satunya jalan keluar dari ruangan ini adalah pintu yang aku yakin bakalan terkunci rapat setelah Taehyung pergi, kemungkinan aku untuk berhasil kabur sangat sedikit. Aku pasti perlu adegan pukul-pukulan dulu kalau mau kabur.
Sialan.
"Oh, dan noona nggak perlu takut sendirian, aku udah nyiapin temen sekamar khusus buat noona. Semoga kalian bisa berteman dengan baik ya." katanya, kemudian tanpa perlu menunggu tanggapanku dia sudah keburu keluar, menutup pintu itu dengan keras kemudian aku mendengar suara kuncian sebanyak tiga kali.
Kali ini aku beneran terkurung.
Awalnya aku tidak terlalu menghiraukan perkataannya tentang 'teman sekamar', aku malah fokus memikirkan cara untuk kabur. Tapi, begitu mataku turun kebawah untuk melihat tanah, aku kaget setengah mati.
Disana, di tanah yang awalnya aku kira baik-baik saja itu, bergerombol sekumpulan kecoa.
Aku ulangi, kecoa.
Dan kecoanya ada banyak. Banget.
Ya tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Finale
FanfictionAku Kim Taehyung, dan akulah yang menyebabkan semua mimpi buruk kalian. Ya, kurasa nggak perlu basa-basi dan sembunyi lagi sekarang, pada akhirnya semua rahasia akan terbongkar. Dan karena aku orang yang baik, aku bakal dengan senang hati mengungkap...