Sebenarnya, diam-diam aku naksir sama adiknya Donghae.
Serius, aku nggak bercanda.
Aku memang sudah kenal Donghae dari jaman kami masih sama-sama cupu, dan dulu aku memang menganggap Yuri nggak lebih dari adikku juga. Tapi, setelah beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya itu, pandanganku terhadapnya berubah 180 derajat.
Sialan, kenapa adiknya sobatku itu jadi cantik banget, sih?
Jadi, wajar kalau sekarang aku juga sama cemasnya dengan Donghae.
Yuri saat ini lagi diculik oleh bocah psikopat yang bahkan kami nggak tahu ada dimana sekarang, dan aku bohong banget kalau aku bilang aku nggak panik. Maksudku, ya ampun, bocah itu bisa saja melukai Yuri atau menyiksanya di luar sana, dan aku nggak mau hal itu terjadi. Well, berhubung aku sudah kagok memasang imej komisaris kepolisian yang kalem di depan banyak orang, aku memang nggak terlalu menunjukkan bahwa aku lagi panik dan mencemaskan Yuri saat ini.
Padahal dalam hati aku sudah menjerit-jerit heboh saking paniknya.
Sekarang jam tanganku sudah menunjukkan pukul dua belas malam tepat. Kami tiba di Seoul kurang dari lima menit yang lalu dan ayahnya Donghae sudah ngotot ingin buru-buru mencari Taehyung. Donghae-sebagai anak tertuanya dan karena aku tahu hubungan mereka berdua memang agak nggak baik-langsung menolak usulan itu mentah-mentah. Hell, kita memang lagi dalam keadaan tegang tapi kita juga nggak bisa memaksakan diri sendiri, dong?
Sekalipun aku juga kepengennya sih langsung mencari Taehyung dan menghajar bocah sialan itu habis-habisan karena sudah menculik calon pacarku, aku juga tahu diri. Ini sudah terlalu malam, dan Jimin yang menyetir sepanjang jalan tadi juga terlihat kelelahan. Kami semua sudah melewati begitu banyak hal hari ini dan kami sangat butuh istirahat. Memaksa untuk cepat-cepat bergerak malah bisa bikin kami jadi makin kewalahan.
Jadi begitulah, berhubung ini tengah malam dan kami nggak mungkin menyewa kamar hotel, akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di apartemenku.
Jangan kira karena aku komisaris polisi aku punya apartemen yang bagus ya. Nope, sekalipun aku punya posisi yang cukup bagus dan reputasi yang baik, tempat tinggalku terbilang sederhana banget. Aku memang sengaja nggak menyewa apartemen yang mewah karena aku memang jarang banget ada di rumah. Kebanyakan waktuku kuhabiskan di lapangan, memeriksa berbagai macam kasus dan sebagainya.
Capek sih, tapi selama aku bisa melakukan sesuatu demi kebaikan orang banyak, aku nggak masalah.
Yah, apartemenku cukup lah buat menampung mereka semua malam ini. Begitu kami tiba di apartemenku, ayah dan pamannya Donghae jadi orang pertama yang memilih kamar untuk mereka tempati-kebetulan mereka pakai kamar tamu yang memang jarang aku sentuh, jadi mungkin kamarnya agak berdebu dan sebagainya lah. Dara dan Hyunjae-pacarnya Jimin yang namanya mirip sama aku itu-tidur di kamarku, jadi sisanya hanya aku, Donghae dan Jimin yang sudah sepakat bakal tidur dengan kasur lipat di ruang tengah.
Itung-itung camping dadakan lah.
Aku agak gendok sebenarnya, soalnya diantara Donghae dan Jimin hanya aku satu-satunya cowok yang nggak punya pacar. Donghae jelas-jelas punya Dara dan aku tahu banget mereka berdua sudah saling mencintai satu sama lain sejak jaman SMA. Sekalipun Jimin dengan tampang anak pramukanya itu kelihatan culun, dia punya Hyunjae yang cantik dan jenius tingkat dewa, dan aku tahu mereka juga saling menyayangi satu sama lain.
Melihat mereka bermesraan sebelum tidur begini bikin aku jadi kebelet pengen cepet-cepet pacaran sama adiknya Donghae.
Damn it, aku harap cewek manis itu baik-baik aja sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Finale
FanfictionAku Kim Taehyung, dan akulah yang menyebabkan semua mimpi buruk kalian. Ya, kurasa nggak perlu basa-basi dan sembunyi lagi sekarang, pada akhirnya semua rahasia akan terbongkar. Dan karena aku orang yang baik, aku bakal dengan senang hati mengungkap...