27 | Dara

76 14 3
                                    

Hal pertama yang kulihat ketika aku membuka mataku adalah bangunan yang menjulang tinggi tepat didepan mataku.

Awalnya, aku kira kedua tangan dan kakiku sudah terikat. Mungkin aku terlalu berlebihan tapi hal itu yang pertama kali terlintas di kepalaku. Untung saja, khayalan liarku itu tidak benar-benar terjadi, tapi aku terkunci didalam mobil dengan jendela yang terbuka sedikit.

Aku sama sekali tidak menyangka bahwa ayahnya Donghae, calon mertuaku sendiri, tega melakukan hal ini kepadaku.

Hal selanjutnya yang aku lakukan setelah mengumpulkan kesadaranku adalah berusaha untuk membuka pintu mobil. Sebenarnya aku tidak akan mati disini, toh jendelanya dibuka dan sirkulasi udaranya bagus, tapi tetap saja aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku harus keluar dan mencari ayahnya Donghae.

Sial! Ayo dong, masa aku harus menghabiskan malam disini sendirian?!

Tiba-tiba saja, ketika aku sedang bersusah payah berusaha membuka pintu mobil, Donghae muncul dari kejauhan, setengah berlari bak ksatria berkuda putih. Wajahnya panik begitu melihatku dari balik jendela.

"Dara! Kamu nggak apa-apa?" tanyanya, setengah berteriak, barangkali untuk memancing petugas keamanan agar menghampiri kami.

"Aku nggak apa-apa!" balasku. "Tapi mobilnya terkunci dari luar!"

Donghae memalingkan mukanya kekiri dan kekanan, mencari-cari sesuatu kemudian merengut kesal saat tidak menemukan apa yang dia cari. Rupanya, teriakannya barusan tidak berhasil mengundang perhatian.

"Tunggu sebentar! Aku cari sesuatu dulu!" serunya, kemudian sebelum aku sempat menjawab, dia sudah keburu berlari kearah dimana dia datang tadi.

Selang lima menit kemudian, Donghae kembali dengan sebuah linggis ditangannya. Aku tidak mau tahu darimana dia mendapatkan benda itu, tapi yang pasti, benda itu dapat membuka pintu mobil terkutuk ini.

"Mundur!" sahutnya, dan aku buru-buru menuruti perintahnya untuk menjauhkan jarakku dengan pintu.

Donghae menaikkan lengan kemejanya, menggenggam linggis itu dengan kedua tangannya, kemudian mulai berusaha mencongkel pintu mobil. Urat-urat yang ada di lengannya terlihat menonjol, tanda bahwa dia mengerahkan seluruh tenaganya dan selama beberapa detik, Donghae terlihat sangat seksi dengan lengan seperti itu.

Ya ampun, Dara. Ini bukan waktunya untuk berpikiran yang macam-macam!

Akhirnya, setelah beberapa kali percobaan, pintu mobil berhasil terbuka. Aku tidak perlu menunggu dan langsung meloncat keluar dari mobil, meluruskan kedua kakiku yang terasa pegal sambil menghirup udara malam yang jauh terasa lebih segar. Donghae menarikku kedalam pelukannya yang begitu erat, jantungnya terdengar berdebar begitu kencang ditelingaku, napasnya terengah-engah.

"Thank god." bisiknya. Senyumku melebar ketika dia mengecup rambutku pelan.

"Are you okay?" tanyaku, karena Donghae terlihat benar-benar payah saat ini.

Donghae tersenyum simpul kemudian mengangguk.

"Always."

Tanpa perlu berbasa-basi lebih lama, kami berdua bergegas memasuki gedung, sambil menyusun kata-kata yang tepat untuk diucapkan kepada petugas kemanan sebagai alasan kedatangan kami. Donghae bilang kami cukup mengatakan bahwa kami diutus oleh Hyukjae untuk datang kemari, toh aku juga bagian dari kepolisian, tapi aku rasa hal ini tidak akan semudah itu.

Ketika kami sibuk berdiskusi, sebuah suara alarm tiba-tiba saja berbunyi dengan nyaring, suaranya menggema dari dalam gedung hingga ke sekeliling area parkir. Aku dapat mendengar keributan datang dari dalam sana, membuatku dan Donghae saling melempar tatap satu sama lain.

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang