9 ) Donghae

163 23 1
                                    


Aku bener-bener nggak tahu kenapa semuanya bisa jadi serumit ini.

Maksudku, hell, seharusnya kan semuanya berjalan dengan simpel. Aku hanya perlu memberikan flashdisk kepada orang suruhannya Taehyung kemudian pergi, tanpa perlu adegan kejar-kejaran dan tembak-tembakan kayak begini.

Yah, mungkin semuanya akan berjalan mulus sesuai rencana kalau orang suruhannya Taehyung itu bukan si Sehun, cowok setengah sinting yang tergila-gila sama Krystal dan berhasil bikin bahu sebelah kananku bolong gara-gara tembakannya.

Begitu aku melihat Sehun, aku langsung tahu bahwa dia adalah orang suruhannya Taehyung. Maksudku, buat apa cowok yang seharusnya saat ini tengah mendekam di penjara malah berkeliaran dengan bebas di Namsan Tower? Dan lagi, siapa orang tajir yang punya kemampuan untuk mengeluarkan penjahat dari penjara kalau bukan Taehyung, kan?

Polanya sudah cukup jelas, kok.

Sejak menapakkan kakiku di tempat ini perasaanku benar-benar nggak enak, seperti ada sesuatu yang mengganjal dadaku dan rasanya aku bisa memuntahkannya kapan saja. Sekarang, perasaanku itu benar-benar terbukti karena semua rencana yang sudah aku susun bersama Dara, paman, Hyukjae dan yang lainnya itu malah berubah jadi kacau balau sejak si Sehun memutuskan untuk menembakkan senjatanya secara asal, membuat semua orang yang ada di Namsan Tower langsung panik dan berlarian keluar.

Aku nggak tahu dan nggak mau tahu darimana Sehun mendapatkan senjatanya, tapi yang pasti, segera setelah dia berhasil membuat semua kekacauan tersebut aku berusaha untuk merebut senjata terkutuk itu dari tangannya—sumpah, rasanya kayak déjà vu—tapi Sehun berhasil kabur dan sekarang dia membawa lari seorang anak kecil yang sama sekali nggak ada kaitannya dalam masalah kami.

Lebih parahnya lagi, Sehun mengancam akan membuat isi kepala anak kecil itu berhamburan keluar kalau aku nggak segera menyerahkan flashdisk yang dimintanya.

Demi kerang ajaib, sebenarnya dari awal juga aku sudah berniat ingin langsung menyerahkan flashdisk itu kepada Sehun kemudian pergi dengan tenang, tapi sialnya aku malah jadi terlibat adu mulut sama dia dan kayaknya aku salah bicara karena tepat setelah itu dia mulai menembakkan senjatanya secara asal dan membuat keributan.

Mungkin dia memang sengaja untuk memancing emosiku kemudian berbuat onar, tapi tetap saja, aku mengutuk diriku sendiri karena gampang banget kepancing emosi dan membuat semuanya jadi kacau. Harusnya aku bisa bersikap lebih dewasa—kalau Yuri ada disini dia pasti bakal ngomong begitu—tapi mau bagaimana lagi.

Intinya, aku merasa bahwa semua kekacauan ini adalah tanggung jawabku, dan sekarang aku harus membereskan semuanya.

Saat ini aku tengah berlari—ya, beneran lari kayak orang kesetanan—menyusuri setiap inci Namsan Tower, mencari Sehun dan anak kecil yang malang itu bersama Jimin di sampingku. Berhubung paman nggak mungkin ikut lari-larian bareng kami karena usianya yang sudah nggak memungkinkan lagi, paman akhirnya memutuskan untuk menggiring semua orang keluar dari gedung ini dan memastikan bahwa nggak ada siapapun selain kami disini. Sebelumnya aku juga sudah mengirim pesan S.O.S ke Dara, Hyukjae dan Hyunjae sih, dan sekarang ini aku berharap setengah mati mereka ada disini.

Dengan keadaan panik, cemas, deg-degan dan mual begini, aku memasang telinga baik-baik dan mempertajam penglihatan mataku yang terasa perih karena sudah seharian nggak tidur ini. Sepanjang kami berlari aku hanya bisa mendengar suara langkah kakiku dan Jimin. Ini sudah lantai kesekian yang kami susuri dan sampai sekarang aku belum menemukan tanda-tanda keberadaan Sehun dan anak kecil yang malang itu.

Sialan, dimana si brengsek itu?

"Satu lantai lagi lantai teratas, hyung." kata Jimin dengan napas terengah-engah, rambutnya sudah lepek gara-gara berkeringat dan kayaknya hal yang sama juga terjadi padaku.

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang