Lama-lama aku bisa gila.
Bagaimana tidak, semalaman suntuk aku tidak bisa tidur gara-gara kecoa-kecoa sialan yang merayap-rayap berusaha mendekatiku. Satu kecoa aku masih oke, tapi kalau sudah ada segerombolan segini banyaknya, aku juga takut.
Awalnya aku masih bisa menanganinya saat salah satu dari kecoa-kecoa sialan itu berusaha mendekatiku—aku hanya perlu menginjaknya dengan sepatu heels yang sampai detik ini masih aku gunakan. Tapi, saat semakin banyak dari mereka yang merayap-rayap menjijikan berusaha mendekatiku, aku jadi kewalahan.
Sekarang sudah pagi. Aku tahu, karena aku bisa melihat cahaya matahari pagi yang entah kenapa terlihat begitu indah sekarang. Bau busuk dari bangkai-bangkai kecoa yang berhasil aku bantai mulai menusuk-nusuk hidungku, dan aku berusaha keras untuk tidak muntah saat ini atau bau busuknya bakal bertambah parah. Iya sih, sebagian dari mereka memang sudah mati, tapi sisanya masih banyak dan bahkan sekarang aku masih sibuk menginjak beberapa dari mereka yang seakan-akan ingin menyerbuku untuk balas dendam karena sudah membunuh saudara-saudara mereka.
Taehyung memang mengirimkanku makanan tapi aku sama sekali tidak menyentuhnya. Boro-boro aku bisa makan ditengah lautan kecoa begini. Gila aja, aku mana bisa khusyuk menikmati makananku. Tapi ada bagusnya juga dia mengirimkan makanan, beberapa kecoa-kecoa sialan itu mulai menggerayangi makanan yang Taehyung kirimkan, jadi setidaknya bebanku tidak terlalu berat, lah.
Tetap saja, kalau aku kelamaan nginjekin kecoa kayak begini dengan perut kelaparan dan badan kelelahan, aku bisa gila.
Tahu-tahu saja pintu yang selama ini menutup di hadapanku itu terbuka. Taehyung masuk tepat setelah itu, dengan setelan kemeja serba hitam dan muka yang sama sekali tidak menunjukkan perasaan bersalah.
Rasanya aku pengen melempari mukanya dengan bangkai kecoa yang berhasil kubunuh.
"Selamat pagi noona." katanya, sementara aku terlalu malas untuk menjawab sapaannya yang terdengar menjijikan di telingaku.
"Sebentar lagi sarapan noona datang. Maaf aku nggak bisa menemani noona sarapan bareng ya, hari ini aku harus pergi ke upacara pemakaman Irene. Bagaimanapun juga dia pacarku, aku mana boleh melewatkan upacara pemakamannya." lanjutnya, sama sekali tidak memasang muka sedih atau apalah karena telah menyinggung kematian pacarnya.
Eh, iya ya, lagian kan yang menyebabkan kematian pacarnya juga dia sendiri.
"Kamu masih punya muka dateng ke pemakaman Irene setelah kamu sendiri yang bunuh dia?" tanyaku sinis.
Taehyung menggeleng, kali ini memasang tampang agak sedih yang dibuat-buat.
"Aku nggak membunuh Irene, noona." katanya. "Aku nggak tega menghabiskan nyawa cewek manis itu dengan tanganku sendiri, jadi bukan aku yang membunuhnya."
"Halah, nggak usah bacot deh." kataku ketus.
"Serius, bukan aku yang membunuh Irene." sanggah Taehyung, tapi kemudian dia melanjutkan kalimatnya dengan nada yang menurutku creepy abis. "Seenggaknya, bukan dengan tanganku sendiri."
"Dasar brengsek!" bentakku.
Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian terkekeh pelan. "Noona sama persis ya kayak Donghae hyung, hobinya ngomong sambil nge-gas."
Hah? Emangnya dia ketemu Donghae barusan?
"Barusan aku habis telepon Donghae hyung, dan gaya bicaranya persis kayak gaya bicara noona barusan. Kalian kompak banget ya." lanjut Taehyung, seakan-akan bisa membaca pikiranku. Atau jangan-jangan dia emang bisa baca pikiran orang?
"Omong-omong, maaf barusan aku bohong sama Donghae hyung karena sudah bilang kalau noona lagi tidur sekarang. Aku belum bisa membiarkan Donghae hyung berbicara dengan noona, tapi aku sudah memberitahunya bahwa noona baik-baik saja sekarang."
Aku berusaha untuk mencerna kalimat Taehyung barusan. Sialan, sebenarnya apa yang lagi direncakan bocah busuk ini, sih?
"Aku sudah kagok janji bakal mengirimkan foto noona kepada Donghae hyung sebagai bukti bahwa noona memang masih baik-baik saja, jadi sekarang noona coba tersenyum~"
Bahkan sebelum aku sempat mengatakan apapun, Taehyung sudah keburu mengambil fotoku, membuat kadar kebencianku terhadapnya semakin besar. Setidaknya biarkan aku merapikan rambutku yang sudah acak-acakan ini, kek.
Taehyung memandangi layar ponselnya dan aku secara bergantian kemudian tersenyum—sebuah senyuman yang benar-benar menyeramkan.
"Noona cantik banget. Ah, aku harus pergi sekarang, maaf kita nggak bisa ngobrol lama-lama. Sampai ketemu nanti lagi, noona." katanya sambil memegangi gagang pintu, bersiap untuk pergi sebelum aku berhasil menahannya dengan kata-kataku.
"Donghae dan yang lainnya bakal segera menjemputku, dan percaya deh, saat itu terjadi, kamu bakal dikeroyok habis-habisan."
Taehyung terdiam di ambang pintu, aku bisa melihatnya tersenyum simpul kemudian dia menatapku.
Dan aku berani bersumpah, tampangnya jadi mirip seorang psikopat yang benar-benar gila.
Taehyung menyeramkan.
"Percaya deh noona, aku sangat menantikannya."
So, I've decided to update the story every Thursday night!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Finale
FanfictionAku Kim Taehyung, dan akulah yang menyebabkan semua mimpi buruk kalian. Ya, kurasa nggak perlu basa-basi dan sembunyi lagi sekarang, pada akhirnya semua rahasia akan terbongkar. Dan karena aku orang yang baik, aku bakal dengan senang hati mengungkap...