28 | Donghae

78 14 1
                                    

Aku tahu ada sesuatu yang nggak beres saat Hyukjae tiba-tiba saja mematikan teleponnya.

Saat aku dan Dara tengah berjalan—sedikit berlari sih, sebenarnya—menyusuri lorong rumah sakit untuk menemui Hyunjae dan paman, aku menyempatkan diri untuk menelepon Hyukjae terlebih dahulu, untuk memberitahunya rencana kami selanjutnya.

Tetapi ketika kami tengah mengobrol, aku bisa mendengar suara benda jatuh yang cukup keras dari seberang sana, dan nggak lama kemudian, Hyukjae mematikan teleponnya.

Membuatku jadi semakin panik setengah mati.

Aku sudah cukup panik gara-gara ayahku dan Kim Jongwoon kabur. Sumpah, aku sama sekali nggak ngerti apa yang ada di pikiran ayahku itu. Kenapa juga dia sengaja membebaskan musuhnya sendiri, padahal dia telah menghabiskan nyaris dua puluh tahun berusaha memasukkan Kim Jongwoon ke penjara?

Belum lagi kenyataan yang Hyukjae beberkan kepadaku dan Yuri tentang ayah. Kalau memang benar ayahku melakukan itu, kenapa dia sekarang kabur bersama Kim Jongwoon?

Dan lagi, kami sama sekali nggak tahu keberadaan Kim Taehyung saat ini. Cowok itu jelas gila dan berbahaya, dan sampai saat ini, dia menghilang bagaikan angin. Aku tahu beberapa anak buah Hyukjae sedang mencarinya saat ini, tapi perasaanku mengatakan bahwa Taehyung nggak akan kami temukan semudah itu.

Sialnya, kita semua tahu bahwa perasaanku selalu benar.

Jadi sekarang, setelah menjemput Hyunjae dan paman, kami buru-buru menuju rumah sakit tempat Yuri dirawat. Aku memang memiliki banyak sekali pertanyaan, khususnya untuk pamanku, tapi aku mengurungkan niatku untuk bertanya karena situasinya sedang genting.

"Hyukjae masih nggak bisa dihubungin." ujar Dara yang duduk tepat disampingku. Rambutnya sudah mulai acak-acakan dan lepek, wajahnya juga terlihat benar-benar letih. Anehnya, sekalipun dalam keadaan seperti ini, dia tetap terlihat cantik.

Aku masih ingat betapa leganya aku ketika menemukannya di parking lot penjara beberapa jam yang lalu. Kukira aku nyaris kehilangannya.

"Coba nomor yang satunya." balasku, tanpa melepaskan pandanganku dari jalanan. Aku memacu mobil sedan polisi ini seperti orang kesetanan. Paman dan Hyunjae saja sampai terlihat duduk dengan tegang dibelakang.

Saat aku melirik Dara sekilas, dia tengah sibuk mengotak-atik ponselnya. Nggak lama kemudian, dia berseru tertahan.

"Yuri!" serunya. "Kamu nggak apa-apa?"

Perasaan lega terselip dihatiku ketika aku tahu bahwa adikku yang mengangkat telepon.

"Mati lampu? Tapi kamu aman kan?" tanya Dara, dan jeda yang ada ketika dia mendengarkan jawaban Yuri diujung sana membuatku gugup.

"Astaga...." bisik Dara, aku tahu itu berarti keadaan nggak sebagus yang aku kira.

"Oke, kamu jangan kemana-mana dan diam disana, aku sebentar lagi sampai."

Dara menghela napasnya panjang ketika dia menutup teleponnya.

"Gimana?" tanyaku.

"Yuri aman, dia dijaga lima orang polisi, dua dikamarnya dan tiga diluar kamarnya. Tapi....tadi dia bilang, listrik disana tiba-tiba mati, dan Hyukjae terjebak di lift."

"HAH?" sungguh, untuk yang satu ini aku benar-benar kaget. "Serius?"

Dara menganggukkan kepalanya, kemudian terdengar menelan ludahnya. "Beneran. Yuri memang nggak tahu persis keadaan diluar sana, tapi dia bilang sepertinya sudah ada teknisi yang menolong Hyukjae."

Ya tuhan. Sekarang aku jadi membayangkan bagaimana perasaan Hyukjae saat ini. Terjebak di lift adalah salah satu hal paling menyeramkan didunia ini, dan kalau aku jadi dia, aku pasti sudah menjerit-jerit saking paniknya.

Semoga sahabatku itu baik-baik saja.

Kami tiba di rumah sakit tempat Yuri dirawat lima menit kemudian. Benar apa kata Yuri, listrik disini padam, membuat suasana rumah sakit terlihat mencekam bahkan dari luar.

Aku memarkirkan mobil secara asal kemudian kami berempat melompat turun.

"Paman, kalau nggak keberatan, bisa pergi ke ruang teknis? Cek apa benar ini mati lampu biasa atau ada orang yang sengaja melakukannya." ujarku.

Paman mengacungkan jempolnya, dan tanpa banyak bicara, bergegas menuju gedung rumah sakit seorang diri. Aku, Dara dan Hyunjae mengikuti langkahnya lalu kami berpisah di lobi. Suasana chaotic didalam membuatku serasa deja vu. Beberapa bulan yang lalu pun, aku terjebak dalam situasi menegangkan di sebuah rumah sakit dengan listrik yang padam.

Oh! Sial.

"Taehyung ada disini." kataku, kepada Dara dan Hyunjae ketika kami tengah berjalan menaiki tangga menuju kamar Yuri di lantai dua.

"Hah?" tanya Dara. "Tahu dari mana kamu?"

"Kamu ingat kejadian di rumah sakit, kasusnya Krystal?" tanyaku, dan Dara mengangukkan kepalanya dengan cepat.

"Nah, pelakunya saat itu Sehun, yang ternyata masih berhubungan dengan Taehyung. Pola kejadian saat ini pun sama, jadi aku rasa Taehyung memang ada disini. Paham maksudku?"

Dara dan Hyunjae membelalakkan matanya, dan aku berusaha untuk tetap tenang dihadapan mereka.

"Kalau begitu kita butuh rencana untuk menangkapnya, oppa." ujar Hyunjae.

"Betul. Kira-kira apa yang bakal Taehyung lakukan kalau dia benar-benar disini?" timpal Dara.

Sambil terus berjalan, aku berusaha keras memikirkan segala kemungkinan hal yang akan dilakukan Taehyung. Menyandera Yuri? Nggak mungkin. Dia pasti tahu ada banyak polisi yang berjaga, dan itu terlalu riskan untuk dilakukan seorang diri.

Mengejarku, Dara, Hyunjae atau paman juga nggak mungkin. Dia pasti nggak akan sebodoh itu untuk melakukannya. Incarannya bukanlah kami, bukan juga Yuri. Mungkin saja dia mengincar ayahku atau Kim Jongwoon atau—oh, tunggu sebentar.

Kurasa aku tahu.

"Dara, Hyunjae, kalian pergi ke kamar Yuri dan temani dia disana." perintahku, tepat ketika kami tiba di lantai dua.

"Kamu mau kemana?" tanya Dara.

"Menyusul Hyukjae." jawabku singkat, membuat Dara menganggukkan kepalanya kemudian menatapku, tanda bahwa dia mengerti.

"Hati-hati, oppa!" seru Hyunjae, dan aku membalasnya dengan mengacungkan jempolku.

Dara mengecup pipiku singkat, dan aku mengartikannya sebagai sebuah doa agar aku berhati-hati. Setelah aku memastikan bahwa Dara dan Hyunjae telah mencapai kamar Yuri, aku bergegas menuju lift, yang saat ini tengah dikerumuni oleh empat orang berseragam teknisi. Dua dari mereka tampak berusaha membuka pintu lift secara paksa, dua orang lagi memegangi senter.

Salah satu dari mereka memalingkan wajah kearahku ketika aku tiba.

"Masih ada yang terjebak didalam, pak?" tanyaku, kepada si petugas yang memalingkan wajah barusan.

"Ya, kami lagi berusaha mengeluarkannya. Pintu lift memang suka macet kalau mati listrik mendadak begini." jawabnya, dan aku menunggu dengan nggak sabaran sementara para petugas teknisi berjuang membuka pintu.

Sekitar dua atau tiga menit kemudian, akhirnya, setelah usaha yang cukup melelahkan, pintu lift berhasil terbuka. Para petugas teknisi bergotong royong mendorong pintu supaya terbuka sepenuhnya dan aku sudah bersiap untuk menyambut Hyukjae, tapi ketika pintu sudah benar-benar terbuka,

Hyukjae sama sekali nggak ada disana.

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang