Aku sama sekali nggak pernah menyangka bakal diculik seperti ini.
Awalnya aku pikir aku bisa mengalahkan bocah itu ketika dia tiba-tiba saja muncul dari langit-langit lift. Toh, badanku jauh lebih besar darinya. Tapi ternyata, aku meremehkannya.
Kim Taehyung muncul dengan membawa sebuah tongkat bisbol. Dia datang lewat lubang di langit-langit lift yang saat itu tiba-tiba saja mati—atau mungkin segaja dia matikan, feeling-ku bilang sih begitu. Aku, sebagai manusia normal pada umumnya, jelas saja kaget. Untungnya, aku nggak begitu panik dan langsung melakukan perlawanan saat si bocah psikopat itu mulai menyerangku dengan tongkat golf yang dia bawa.
Taehyung bahkan nggak repot-repot menyamarkan identitasnya. Dia masih mengenakan setelan kemeja, tanpa menggunakan topi atau masker sama sekali. Ada sedikit rasa kesal di hatiku ketika melihat wajahnya masih mulus-mulus saja tanpa lecet sedikitpun.
Maksudku, hello? Dia sudah menyakiti calon pacarku! Rasanya nggak adil melihat Yuri babak belur begitu sementara dia masih kelihatan seperti super model.
Tapi memang dasarnya aku lagi nggak hoki. Aku cukup kewalahan sewaktu bergulat dengan Taehyung di lift, dan saat aku mulai lengah, bocah itu memanfaatkan kesempatan untuk menyerangku bertubi-tubi sampai akhirnya aku nggak sadarkan diri.
Ketika aku terbangun, aku mendapati diriku sendiri duduk terikat di sebuah tempat dengan pemandangan langit malam yang tampak begitu dekat.
Oh, sebentar.
Aku tahu aku ada dimana.
"Sudah bangun?" tanya sebuah suara, dan tanpa perlu repot-repot menoleh aku tahu itu suara siapa.
Kim Taehyung berjalan dengan santai menuju kearahku. Aku nggak tahu darimana dia datang dan aku nggak mau repot-repot memikirkannya. Anak itu sudah mirip hantu saja.
"Maaf atas ketidak nyamanannya, hyung, tapi aku harus melakukan ini." ujarnya lagi, kali ini sembari berjongkok dihadapanku untuk mensejajarkan posisinya denganku.
Cih. Dasar orang gila.
"Kamu kurang kerjaan, ya?" tanyaku, yang dibalas Taehyung dengan sebuah seringaian kecil. Sebelum dia sempat membalas perkataanku, aku melanjutkan kalimatku.
"Apa kamu nggak sadar posisimu sendiri saat ini? Semua aksi gilamu sudah ketahuan. Rumahmu sudah jadi TKP, statusmu sudah jadi buronan dan seluruh polisi di kota ini rela melakukan apapun untuk menangkapmu. Bertingkah konyol dan menarik perhatian banyak orang malah akan mempersulit keadaanmu, jadi, cepat hentikan apa yang akan kamu lakukan sebelum situasinya bertambah parah."
Raut wajah Taehyung berubah ketika aku mengakhiri kalimatku. Dia menatapku dengan tajam, dan meskipun aku membalasnya dengan tatapan yang nggak kalah tajamnya, bulu kudukku meremang melihatnya. Aura disekeliling kami berubah menjadi lebih mencekam.
"Memang itu tujuannya." ucap Taehyung pelan. Suaranya terdengar dingin menusuk tulang. "Ini tujuanku selama ini, hyung."
"Maksudmu?"
"Maksudku," Taehyung berdiri, kemudian berjalan pelan mengelilingiku. Langkah kakinya terdengar bergema ditelingaku. "Ini yang sudah aku rencanakan untuk kalian semua sejak lama sekali."
Oke, itu nggak bagus. Itu sama sekali nggak bagus.
Bocah ini benar-benar kelewatan.
"Apapun itu, jangan harap kamu berhasil melakukannya." balasanku nggak kalah dinginnya.
Sebuah suara benda diseret kini memenuhi telingaku, dan instingku mengatakan, Taehyung tengah melakukan sesuatu dibelakangku.
Dengan sedikit terburu-buru, aku berusaha menoleh kebelakang untuk melihat apa yang sedang dia lakukan, tapi ketika aku melakukannya, aku malah menerima sebuah pukulan keras dikepalaku.
Setelah itu, aku nggak ingat apa-apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Finale
FanfictionAku Kim Taehyung, dan akulah yang menyebabkan semua mimpi buruk kalian. Ya, kurasa nggak perlu basa-basi dan sembunyi lagi sekarang, pada akhirnya semua rahasia akan terbongkar. Dan karena aku orang yang baik, aku bakal dengan senang hati mengungkap...