14 ) Donghae

169 24 1
                                    

Aku sama sekali nggak tahu apa yang baru saja merasukiku barusan.

Yang aku tahu hanyalah dadaku serasa terbakar dan rasanya panas luar biasa, telingaku berdenging, dan tanganku mulai bergerak memukuli Sehun sampai sekarat tanpa bisa kukendalikan.

Aku sama sekali nggak tahu. Aku nggak bisa berhenti memukulinya—dan hatiku mengatakan bahwa aku nggak mau berhenti untuk melakukannya.

Semuanya terjadi begitu saja.

Hal selanjutnya yang aku ketahui adalah Hyukjae yang tiba-tiba menarikku lalu memukul kepalaku, membuatku langsung tersadar atas perbuatanku, kemudian tahu-tahu saja aku mendapati Jimin yang sudah terbaring sekarat dengan Dara di sampingnya.

Sisanya, semuanya berlalu dengan begitu cepat seperti sebuah mimpi.

Sebuah mimpi yang sangat buruk.

Aku yang menyebabkan semua kekacauan ini, dan sekarang aku malah memperparah keadaan dengan membiarkan Jimin mati.

Aku bisa saja mendorong Jimin dan membiarkan peluru itu menembus badanku. Aku bisa saja mencegah Jimin melindungiku. Aku bisa saja membiarkan anak kecil itu terjatuh sementara aku membantu Jimin melawan Sehun.

Tapi aku sama sekali nggak melakukan apapun untuk mencegahnya. Aku malah diam menyaksikan semuanya seperti orang bodoh.

Aku benar-benar goblok.

Sekalipun Dara sudah mengatakan bahwa semua ini bukan salahku, tetap saja, hati kecilku mengatakan bahwa aku yang bertanggung jawab disini. Dadaku masih terasa sesak sekalipun aku sudah menumpahkan semua emosiku di pundaknya Dara, dan telingaku masih saja berdenging tanpa alasan yang jelas.

Sial, bahkan untuk bernapas saja rasanya susah.

Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku, berusaha untuk menarik napas panjang kemudian menatap Dara, yang masih bertahan di depanku sambil menatapku dengan tatapan yang benar-benar meneduhkan, membuatku perlahan-lahan bisa bernapas dengan normal kembali.

"Hyunjae... kemana?" tanyaku, dengan suara yang terdengar benar-benar menyedihkan bahkan di telingaku sendiri.

"Di luar, sama Hyukjae. Dia butuh udara segar." jawab Dara, dan—ya tuhan—suaranya benar-benar lembut.

Aku bangkit dari tempat dudukku dengan perlahan sementara Dara mengikutiku, memberikanku tatapan penuh tanya.

"Ada yang harus aku sampaikan." kataku, menjawab pertanyaan Dara sebelum dia sempat mengatakan apapun. Dara mengerutkan keningnya sebentar lalu sedetik kemudian dia menganggukkan kepalanya, tanda bahwa dia mengerti maksudku.

"Perlu aku antar?" tanyanya, membuatku terdiam memikirkan jawaban yang tepat selama beberapa detik.

Sepertinya aku nggak akan bisa melakukannya di depan Dara.

Aku menggeleng pelan. "Nggak, kamu tunggu disini aja."

Aku tahu bahwa Dara sebenarnya agak kecewa dengan jawabanku, tapi dia menutupinya dengan sebuah senyuman simpul dan anggukan pelan.

"Oke." balasnya.

Aku menghela napasku, mengecup keningnya singkat, lalu berjalan meninggalkan Dara menuju pintu keluar yang berada nggak jauh dari tempatku duduk barusan. Nggak sulit menemukan Hyunjae dan Hyukjae setelah aku berada di luar, mereka tengah duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap ke taman kecil dengan air mancur mini di tengah-tengahnya. Hyunjae dan Hyukjae duduk dengan jarak yang cukup jauh, dan ketika aku berjalan perlahan menghampiri mereka berdua Hyukjae jadi orang pertama yang bangkit untuk menyambutku.

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang