Ketika lampu menyala, aku bergegas melakukan tugasku.
Dengan sedikit sempoyongan, aku turun dari kasur tempatku selama ini menunggu, memakai sandal rumah sakit kemudian berjalan keluar kamar untuk menemui dua polisi yang tengah berjaga di depan kamarku. Sesuai instruksi Donghae, aku memberi tahu kedua polisi itu apa yang tengah kami rencanakan saat ini, sekaligus meminta mereka untuk mengikuti instruksi yang juga telah Donghae titipkan kepadaku untuk aku berikan kepada mereka.
Persis seperti dugaanku, kedua polisi itu segera mengiyakan permintaanku kemudian bergegas menghubungi rekan mereka yang lain lewat walkie talkie.
"Okay miss, semuanya sudah siap pada posisi." ujar salah satu dari mereka.
"Bagus, kalau gitu aku pergi dulu." kataku, membuat mereka buru-buru memasang tampang terkejut.
"Loh? Bukannya anda belum sembuh betul? Kalau terjadi sesuatu—"
"Hei, aku nggak bakal kenapa-kenapa, kok. Tenang saja." aku memotong perkataan mereka, berusaha untuk tersenyum kepada kedua polisi itu, yang tentunya, dibalas mereka dengan sebuah senyuman garing dan tatapan cemas.
"Anda yakin?"
Kali ini, aku menganggukkan kepalaku mantap.
"Tentu, lagipula, ini kan bagian dari rencana. Semuanya akan baik-baik saja, jadi jangan khawatir."
Sekalipun tidak terlalu yakin dengan perkataanku, kedua polisi itu akhirnya membiarkanku berjalan sendirian menyusul Donghae dan Dara, yang saat ini aku yakin sekali sudah berada di tempat tujuan mereka. Tadinya aku hendak memakai lift, tapi setelah aku ingat bahwa beberapa jam yang lalu Hyukjae baru saja terjebak didalam lift sendirian dan sekalipun lift itu sudah diperbaiki, kemungkinan bahwa benda itu akan rusak kembali masih besar.
Jadi, daripada membahayakan diriku sendiri, aku memilih untuk menaiki tangga menuju rooftop.
Jarak dari kamarku menuju rooftop cukup jauh, dan sepanjang jalan, aku ditemani oleh keheningan janggal yang menyelimuti tiap lorong yang aku lewati. Entahlah, rasanya... seolah-olah bakal ada sesuatu yang terjadi malam ini. Sesuatu yang sangat besar.
Ketika aku mencapai tangga yang mengarah tepat ke rooftop, aku menarik napasku dalam-dalam.
Pintunya sudah terbuka, dan seiring dengan langkahku yang pelan tapi pasti menaiki tangga, aku bisa melihat dengan jelas pemandangan langit malam yang bertabur bintang-bintang.
Lalu aku mendengarnya.
Awalnya aku kira aku salah dengar, tapi dalam kondisi seperti ini, aku mana mungkin salah dengar?
Suara itu milik Taehyung, dan aku harap dia berbohong ketika dia mengatakannya dengan nada yang luar biasa licik.
"Kamu yang menyebabkan Park Jimin mati, tahu?"
Aku bahkan tidak bisa menahan air mata yang tahu-tahu saja mulai menumpuk di pelupuk mataku. Sebuah rasa sesak yang aneh tiba-tiba saja menjalari dadaku, dan ketika aku melangkah semakin dekat menuju rooftop aku dapat mendengar suara pukulan. Jika tebakanku benar, itu pasti suara Donghae yang baru saja melayangkan tinjunya kepada Taehyung.
Tampaknya tebakanku benar, karena ketika aku akhirnya tiba, aku dapat melihat Taehyung yang tersungkur di lantai, Donghae yang terlihat beringas, sementara Dara menahan lengan kakakku itu dan Hyukjae yang berdiri didekat mereka dengan kepala berdarah.
Anehnya, kalimat pertama yang keluar dari mulutku adalah;
"Apa.... maksudnya?"
Donghae tampak terkejut ketika melihatku, begitu juga dengan Dara dan Hyukjae dibelakangnya. Aku sendiri bingung kenapa aku bertanya seperti itu, tapi jika dipikir-pikir lagi, aku rasa aku memang butuh penjelasan dari kakakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Finale
FanfictionAku Kim Taehyung, dan akulah yang menyebabkan semua mimpi buruk kalian. Ya, kurasa nggak perlu basa-basi dan sembunyi lagi sekarang, pada akhirnya semua rahasia akan terbongkar. Dan karena aku orang yang baik, aku bakal dengan senang hati mengungkap...