23 ) Dara

72 18 1
                                    

Perjalanan dari rumah Taehyung ke rumah sakit terasa lebih lama dari dugaanku.

Memang sih, aku tidak menyetir secepat ayahnya Donghae berhubung hari sudah malam, kepalaku mulai pusing, dan aku tahu aku akan berakhir menabrak seseorang jika aku menambah kecepatanku.

Kami melewati jalan raya yang cukup lengang dalam keheningan yang menggangguku. Tidak ada suara lain selain suara degungan mesin mobil, suara detak jantungku yang menggema ditelingaku, serta suara napas memburu milik calon mertuaku yang duduk tepat disampingku. Barangkali dia masih berusaha menahan sakit dipunggungnya, entahlah. Dia terjatuh cukup keras dan aku yakin, untuk seseorang seusianya, hal itu akan terasa jauh lebih menyakitkan.

"Sebentar lagi kita sampai, om." kataku, berusaha untuk memecah keheningan diantara kami. Aku meliriknya sekilas untuk memastikan bahwa ayahnya Donghae masih sadar.

"Dara, berhenti."

Nah, yang satu itu, aku yakin aku salah dengar.

"Kenapa?"

"Pokoknya berhenti." ujarnya, kali ini lebih keras, membuatku menginjak pedal rem dengan terburu-buru. Kami berhenti dengan posisi mobil yang terlalu merapat ke sisi jalan.

"Ada apa?" tanyaku. Entah kenapa, perutku mulai mual mengetahui ada sesuatu yang tidak beres.

Benar saja, dengan gerakan yang begitu cepat, ayahnya Donghae menarikku dengan paksa, melingkarkan lengan kanannya di leherku, mengunci tubuhku sehingga aku tidak dapat melakukan apapun selain memberontak melawannya.

Ya tuhan. Ada apa ini sebenarnya?

"Maaf aku harus melakukan ini." ujarnya, sementara aku berusaha keras untuk melepas kunciannya yang cukup kuat dan nyaris membuatku sesak napas.

Sedetik kemudian, aku dapat merasakan sebuah kain bertekstur kasar menutupi hidung dan mulutku, begitu erat, membuatku harus menghisap apapun yang terkandung didalamnya. Perlu beberapa saat bagiku sampai aku sadar bahwa aku tengah menghisap kloroform, dan ketika aku semain memberontak, calon mertuaku yang kusangka adalah orang baik-baik malah semakin mempererat kain itu ke hidungku.

Hal terakhir yang aku ingat adalah lampu jalanan yang memudar, deru mesin mobil yang masih menyala, serta suara ayahnya Donghae yang terus menerus mengucapkan kata maaf ditelingaku berulang-ulang.

Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang