17 ) Donghae

142 25 1
                                    


Apa hal terburuk yang ada di pikiranmu kalau kamu lagi iseng 'bermain-main' ke rumah seorang psikopat?

Tulisan-tulisan menyeramkan di dinding?

Ratusan pisau yang terpampang di dinding seperti sebuah hiasan?

Atau, yang lebih mengerikan dari semua itu, kulkas yang penuh dengan potongan tubuh manusia?

Well, awalnya aku juga berpikir begitu. Keputusanku untuk pergi ke rumahnya Taehyung memang sudah bulat tepat setelah dia selesai meneleponku. Hell, dia bahkan menyuruhku untuk datang sendirian. Aku tahu apa yang akan dilakukan anak itu—dan demi jenggot merlin, aku sama sekali nggak takut.

Karena aku tahu Dara, paman dan bahkan ayah nggak bakal mengizinkan aku untuk pergi kesana sendirian, akhirnya, aku memutuskan untuk nggak memberitahu salah satu dari mereka sama sekali. Aku hanya memberitahu Hyukjae—yang untungnya mau ikut berpartisipasi dalam rencanaku sekalipun dia kurang yakin.

Singkatnya, aku berhasil kabur dari rumah sakit tanpa ketahuan dan disinilah aku sekarang, sendirian di rumah seorang psikopat gila yang benar-benar menyeramkan.

Seperti yang sudah aku katakan kepada kalian, awalnya aku kira rumahnya Taehyung bakal dipenuhi dengan darah, pisau-pisau tajam yang mengerikan, atau bahkan potongan tubuh manusia.

Ternyata aku salah.

Rumahnya Taehyung terlihat gelap banget. Aku nyaris nggak bisa melihat apapun bahkan dari halaman depannya saja, dan satu-satunya pencahayaan yang aku punya adalah cahaya senter dari ponselku. Begitu aku melompat masuk lewat pagar depan, aku langsung berlari dengan kecepatan mirip the Flash sambil berusaha sekeras mungkin untuk nggak menimbulkan suara menuju pintu belakang, karena aku yakin pintu depannya pasti terkunci. Benar saja, pintu belakang bisa aku buka dengan kelewat mudah.

Aku pikir barangkali pintu ini masih terbuka bekas Dara dan yang lainnya saat mereka menggeledah rumah ini tadi pagi, tapi rasanya itu mustahil. Aku malah punya firasat bahwa Taehyung memang sengaja membiarkan pintu belakang nggak terkunci supaya aku bisa masuk dengan mudah.

Rasanya seperti masuk kedalam jebakan tikus saja.

Persis seperti dugaanku, hal pertama yang menyambutku ketika aku memasuki rumahnya adalah kegelapan total, dan ternyata pencahayaan dari senter ponselku saja nggak cukup. Aku nggak mungkin menyalakan lampunya karena aku nggak mau menarik perhatian, jadi aku memutuskan untuk berjalan mengendap-endap sambil memperhatikan semua yang aku lihat dengan teliti—sekalipun mataku rasanya perih sekali karena aku sudah seharian nggak tidur.

Saat aku tengah serius menelusuri rumah Taehyung yang menurutku aneh banget, tiba-tiba saja aku merasakan kehadiran seseorang di belakangku. Nggak, aku yakin banget ini bukan hantu, soalnya aku bisa mendengar napasnya yang memburu dan suara langkah kakinya yang berat.

Maksudku, hantu mana yang bisa bernapas dan berjalan dengan kakinya, kan?

Aku menyimpan ponselku di salah satu meja yang ada di dekatku, kemudian berbalik dengan cepat saat si sosok yang sedari tadi ada di belakangku itu mulai melayangkan pukulannya. Untungnya, aku bisa dengan mudah mengelak pukulan darinya kemudian membalasnya dengan sebuah tendangan tepat di tungkainya.

Sekalipun disini remang-remang dan aku mulai merasa pusing, aku bisa melihat sosok itu sebagai cowok berbadan besar mirip John Cena dengan banyak luka lebam di wajahnya yang sangat tidak bersahabat itu. Dilihat dari betapa nafsunya dia untuk menghajarku, aku tahu, dia bukan orang yang baik.

Cowok itu berusaha untuk menghajar wajahku, dadaku, perutku, dan aku mulai kepayahan menahan serangan darinya. Aku harus mengakui bahwa tenaga cowok itu jauh lebih besar dibandingkan aku yang sudah seharian nggak tidur ini, dan begitu pertahananku mulai melemah, dia berhasil menghajar wajahku tepat di tulang pipiku, membuatku jatuh terjengkang dengan gaya yang cupu.

Sialan.

Aku berusaha untuk bangkit saat cowok itu menendangku tepat di dadaku, membuatku terbatuk-batuk dan napasku mulai terasa sesak. Sebelum cowok itu sempat menghajarku lagi, aku dengan cepat berguling ke kanan kemudian menggunakan sisa tenagaku untuk menendang cowok itu tepat di kemaluannya.

Ya, di kemaluannya.

Sepertinya tendanganku itu cukup membuatnya kesakitan, sampai-sampai si cowok itu berjalan sempoyongan sambil memegangi kemaluannya yang aku yakin pasti nyeri banget. Sementara si cowok itu lengah, aku memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bangkit, mengumpulkan tenaga, kemudian mulai menghajar cowok itu.

Hanya dengan beberapa kali pukulan di dada dan perutnya, serta satu pukulan terakhir di kepalanya, aku berhasil membuat cowok berbadan besar itu KO. Pukulan terakhirku itu membuat badannya terjatuh kebelakang, menghantam dinding yang ada di belakangnya. Aku sempat terheran-heran kenapa dinding di belakang si cowok bisa sampai retak gara-gara terkena hantaman badannya yang besar, tapi sedetik kemudian aku tersadar,

Itu pasti bukan dinding biasa.

Sekalipun tanganku mulai nyut-nyutan dan dadaku masih terasa sakit bekas tendangan si cowok berbadan besar tadi, aku memberanikan diri untuk menghancurkan dinding itu dengan cara menendangnya, dan aku nyaris menari hula saking senangnya karena usahaku berhasil.

Oh, aku tahu! Dinding ini terbuat dari triplek lapis dua yang ternyata bisa didorong dan digeser ke samping dengan mudah. Keberadaannya memang tersembunyi diantara dinding bata yang asli dengan tujuan untuk menyembunyikan jalan rahasia yang ada dibaliknya.

"Mungkin nggak ya Yuri ada didalam sana?" gumamku, kemudian aku mengambil ponselku yang masih dalam keadaan menyala sebelum akhirnya aku memutuskan untuk masuk dan menelusuri jalan rahasia itu lebih jauh lagi, dengan harapan aku bisa menemukan Yuri disana.

Ternyata, jalan rahasia ini menuju ke sebuah ruangan bawah tanah, soalnya dari tadi aku sudah menuruni setidaknya enam belas anak tangga. Jaraknya memang nggak terlalu jauh karena di urutan anak tangga ke dua puluh, aku sudah dihadapkan dengan sebuah pintu besar tanpa jendela sama sekali,

Tapi anehnya, pintu itu sama sekali nggak di kunci.

Tanpa pikir panjang aku membuka pintu itu dengan kekuatan penuh, berharap aku menemukan Yuri didalam sana tapi ternyata dugaanku salah.

Aku malah disambut oleh sepasukan kecoa yang tengah sibuk berkerumun di lantai.

Ya, satu pasukan kecoa penuh.

Dan yang paling parah, aku bisa melihat sepasang sepatu heels yang dipakai Yuri tempo hari di acara pelelangan tergeletak diantara mereka.



Hello folks! Sorry for the late update ;;-;;

Sebenarnya draft buat part ini udah selesai dari lama dan udah siap publish, tapi aku baru punya waktu sekarang untuk nge-publish-nya :') 

Sorry for the wait, dear!

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang