12 ) Yuri

191 20 5
                                    


Entah sudah berapa kali aku menendangi pintu sialan itu.

Entah sudah berapa banyak juga kata-kata kasar, teriakan, dan makian yang keluar dari mulutku saat aku lagi berusaha keras menendangi pintu itu, berharap dengan begitu pintunya akan terbuka dan aku bisa bebas.

Tapi semua usahaku sia-sia. Sekalipun kaki dan tanganku rasanya sakit luar biasa dan tenggorokanku terasa benar-benar kering, pintu itu tetap bergeming, terkunci dari luar, sementara aku terkurung di dalamnya dengan tangan dirantai dan kelaparan.

Rasanya aku sudah mulai putus asa.

Aku terduduk di satu-satunya bangku yang ada di ruangan terkutuk ini, berusaha untuk mengatur napasku supaya kembali normal sambil memulihkan energiku yang sudah benar-benar payah. Barangkali gara-gara kondisiku saat ini aku mulai berhalusinasi, tapi tadi itu aku berani bersumpah aku mendengar suara Dara.

Iya, Dara, pacar kakakku. Aku yakin banget aku mendengar suaranya barusan, dan sepertinya dia tidak datang sendirian karena aku juga sempat mendengar suara ayah.

Yah, barangkali aku cuman berhalusinasi sih, tapi suara Dara itu terdengar sangat jelas di telingaku.

Itu sudah beberapa jam yang lalu, kalau aku tidak salah hitung. Kalau Dara benar-benar ada disini, seharusnya dia datang dan menjemputku, kan?

Iya kan?

Saat aku terlarut dalam pikiranku sendiri, tahu-tahu saja pintu sialan yang sedari tadi aku tendangi itu terbuka, membuatku nyaris melonjak kegirangan. Aku hendak mengambil ancang-ancang untuk segera berlari keluar tapi sedetik kemudian aku mengurungkan niatku.

Seorang cowok dengan tubuh besar mirip John Cena memasuki ruangan, membuat nyaliku entah mengapa tiba-tiba menciut melihatnya. Serius, dengan badan sebesar itu plus tampang yang amat sangat tidak bersahabat, cowok itu terlihat menyeramkan. Apalagi bekas luka yang ada di pipi dan keningnya itu, membuatnya makin mirip pembunuh bayaran yang ada di film.

"Tuan muda ingin bertemu denganmu sekarang." katanya, dengan suara yang serak dan berat, padahal awalnya aku kira cowok itu tidak bisa bicara.

"Oh ya? Kenapa dia nggak kesini aja?" tanyaku, berusaha untuk terdengar sinis.

Alih-alih menjawab pertanyaanku, si cowok mirip John Cena itu malah menghampiriku dengan langkah cepat, membuatku tidak sempat melakukan apapun sebelum akhirnya dia menutupi kepala sekaligus pandanganku dengan kain berwarna hitam, dan kalian harus tahu, baunya luar biasa busuk.

Sialan.



Hola!

So you guys probably wondering where the hell I am. No, I'm not dead and I'm still here. I was so busy and I don't have time to write again and also, my laptop is broken, which make things a lot worse ;-;

But hey! At least I can continue writing this story in my sister's laptop. I'm so sorry I was being inactive lately and I promise, I will update the next chapter and the next chapter as fast as I can.

By the way, happy new year!

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang