34 | Hyukjae

60 10 0
                                    

Pemakaman itu berlangsung sepi.

Hanya ada beberapa orang yang datang, dan sejujurnya, aku sendiri tidak mengharapkan akan banyak orang yang hadir padahal ini adalah pemakaman seorang mantan CEO dari grup perusahaan besar yang mati dengan cara mengenaskan.

Sebagai seorang komisaris kepolisian yang terlibat langsung dengan kasus kematian Kim Jongwoon, aku memang wajib untuk menghadiri pemakamannya. Aku juga merasa nggak enak sih, sebenarnya, karena sampai saat ini aku masih merasa bahwa kematian Kim Jongwoon bukanlah sesuatu yang seharusnya terjadi secepat itu.

Rasanya nggak adil saja mengingat Kim Taehyung yang jelas-jelas terjatuh bersama dengan ayahnya itu masih hidup.

Sekalipun kondisinya jauh dari kata baik-baik saja, Kim Taehyung masih hidup. Padahal ia terjatuh dari rooftop gedung berlantai empat, tengkorak kepalanya retak, wajahnya hancur, kedua tangan dan kakinya patah dengan kondisi yang pasti terasa sangat menyakitkan, dan seharusnya dengan jumlah darah yang keluar dari luka-lukanya itu Taehyung nggak selamat.

Tapi ternyata Tuhan berkata lain. Psikopat itu masih hidup.

Kondisinya kritis dan sampai saat ini, dua minggu setelah peristiwa di rooftop itu, dia masih dalam keadaan koma. Aku dan Donghae terus memantau kondisinya setiap hari dan dokter menyatakan bahwa Taehyung mungkin tidak akan bangun dalam waktu dekat ini. Kami tidak tahu apa yang membuatnya tetap bertahan dalam kondisi seperti itu, dan jujur saja, sebagian besar dari diriku menginginkan bocah itu untuk tidak pernah bangun lagi.

Aku tahu, kedengarannya jahat ya?

Tapi mau bagaimana lagi? Dia terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup dan berkeliaran di muka bumi ini. Selain meneror Donghae, Yuri, Dara dan aku, dia juga menjadi tersangka dalam kasus hilangnya lima belas gadis secara misterius di Seoul selama beberapa tahun belakangan ini. Awalnya kami orang-orang di kepolisian menganggap bahwa lima belas gadis yang hilang itu tidak saling terkait satu sama lain, tapi ternyata kami salah besar.

Taehyung berada dibalik semua itu. Dia menculik gadis-gadis itu, menyekap mereka di rumahnya yang menyeramkan, dan melakukan hal-hal yang rasanya nggak pantas aku sebutkan dan nggak ingin aku bayangkan juga sebelum akhirnya membunuh mereka dan memutilasi badan mereka. Beberapa bagian tubuh malah dia simpan dan dia jadikan sebagai semacam 'trofi kenang-kenangan' dari setiap gadis yang berhasil dibunuhnya.

Ketika kepolisian mengungkapkan kasus ini ke publik dua hari yang lalu, kehebohan terjadi di mana-mana. Hampir seluruh media massa menjadikan kasus ini sebagai headline, memajang foto Taehyung di laman utama mereka serta caption besar-besar bernada serupa.

'TERUNGKAPNYA SANG PSIKOPAT'

'CEO ORIONCORP TERSANGKA KASUS PEMBUNUHAN'

'KIM TAEHYUNG, SANG PSIKOPAT KARISMATIK'

Tak sedikit juga media massa yang memberitakan tentang peristiwa di rooftop, tapi untungnya, nggak ada dari mereka yang menyebut-nyebut nama Donghae, Yuri, Dara, aku, maupun Jimin. Kebanyakan dari media hanya memberitakan tentang Kim Taehyung yang menyandera seorang gadis kemudian bergumul dengan ayahnya dan secara tragis terjun bebas dari atap gedung.

"Hyukjae."

Aku mengalihkan pandanganku dari prosesi pemakaman yang berjarak lima meter dari hadapanku ini, kemudian mendapati Donghae, dengan setelan kemeja serba hitamnya, dan Dara, yang mengenakan dress casual berwarna senada, tengah berjalan kearahku dari belakang.

"Heh, kirain kalian nggak akan kesini!" sapaku, sementara Donghae, dengan rambutnya yang tersisir rapi dan wajahnya yang terlihat jauh lebih sehat daripada dua minggu kemarin tersenyum miring. Menyebalkan. Kenapa sobatku bisa jauh lebih ganteng daripada aku.

Dara terkekeh sebelum menjawab pertanyaanku.

"Masa sih kami nggak datang sama sekali?"

"Lagian, aku harus ngewakilin ayah." timpal Donghae singkat, membuatku menganggukkan kepalaku tanda mengerti.

"Gimana kabar ayahmu?"

"Semakin membaik kok." Donghae berdiri tepat disampingku, sementara Dara berdiri disampingnya dengan lengan yang saling bertaut. Mata kedua pasangan itu menatap lurus kearah kerumunan kecil tempat dimana Kim Jongwoon dimakamkan.

"Yah, seenggaknya dia sudah bisa nerima kenyataan nggak akan bisa jalan kaya biasa lagi."

Hatiku sedikit terenyuh ketika Donghae mengatakan itu. Sejak peristiwa di rooftop, ayahnya Donghae dan Yuri yang tertusuk pisau tepat di dadanya sempat mengalami masa-masa kritis dan koma selama beberapa hari. Ketika dia siuman, dia tidak bisa merasakan kedua kakinya, dan dokter mendiagnosa bahwa ada syaraf dalam tubuhnya yang rusak akibat luka tusuknya itu yang menyebabkan ia tidak bisa berjalan lagi.

Aku sendiri tidak ngerti-ngerti amat tentang dunia medis, tapi, setidaknya aku tahu bahwa yang menimpa ayahnya Donghae dan Yuri ini sesuatu yang mengerikan. Bayangkan saja, kemarin kamu bisa berjalan dengan normal, lalu tiba-tiba saja Tuhan memutuskan untuk membuat kakimu tidak berfungsi lagi keesokan harinya.

Hebatnya, Donghae dan Yuri bisa saling menguatkan satu sama lain dalam masa-masa sulit seperti ini. Aku rasa menghabiskan separuh hidup dengan tinggal bersama saudaramu membuatmu memiliki ikatan khusus tersendiri yang sangat kuat. Aku menyaksikan sendiri bagaimana Donghae dan Yuri berjuang untuk pulih dari kondisi masing-masing—baik secara fisik maupun mental karena jujur saja, kejadian di rooftop itu benar-benar menguras tenaga kami semua. Saat kondisi mereka belum pulih betul, mereka juga harus memikirkan kondisi ayah mereka dan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Semua itu mereka lalui tanpa mengeluh sedikitpun. Donghae dan Yuri sama-sama terlihat kuat, dan sebagai seseorang yang begitu mengenal kedua kakak-beradik itu sejak lama, aku merasa sangat bangga.

"Jangan khawatir, ayah kalian pasti kuat kok." timpalku, dan tanpa perlu meliriknya pun, aku tahu Donghae tersenyum.

"Harus. Dia masih punya hutang sama aku dan Yuri."

Aku menghela napasku kemudian menatap langit pagi ini yang berwarna biru cerah, tanpa banyak awan, dan tidak begitu terik. Melihat kondisi kami semua saat ini, dan setelah semua drama yang telah kami lalui, aku rasa semuanya akan baik-baik saja kedepannya.

The FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang