4. Ramalan Bintang

62.2K 6K 248
                                    

Lala menatap bingung sarapan yang dihidangkan ibunya pagi ini.

"Ma, Lala kan nggak suka ikan. Ini kenapa semua menunya pake ikan?" Gadis itu menatap ibunya dengan tatapan menyelidik.

"Itu kan ada kangkung. Oma bawain Ikan banyak kemarin, sayang-sayang, menuh-menuhin kulkas kalau nggak dimasak."

"Maksudnya Lala suruh makan nasi sama kangkung doang gitu?" Lala menatap kesal ibunya yang justru mengangguk.

"Belajar prihatin, kalau nggak mau, ya makan yang mama masak." Ayumi- ibu Lala masih sibuk menata masakannya di atas meja sampai suaminya tiba di sana.

"Pa, lihat tuh Mama. Masa masak ikan semua, udah tahu Lala nggak suka ikan. Terus masa Lala suruh makan sama kangkung doang. Bisa ngantuk nanti pas kuliah. Kalau ngantuk nanti Lala ketiduran. Kalau ketiduran nanti Lala ketinggalan pelajaran. Kalau ketinggalan pelajaran nanti Lala jadi bego. Kalau bego nanti Lala nggak lulus. Kalau Lala nggak lulus..."

"STOP." Aris mengacungkan telapak tangannya di depan wajah Lala yang langsung mengatupkan rahangnya. "Jangan dramatis." lanjutnya. Anak gadisnya mencebik.

"Ih, beneran, Pa." keluh Lala sekali lagi.

"Siapa bilang kangkung bikin ngantuk?" tanya Aris saat mulai menyendokkan lauk dan sayur ke piringnya.

"Kata Elisabeth Kusumaputri Wahyudia Asmawati Wijayadiningrat, temen Lala." kata Lala, menyebutkan nama sahabatnya yang langsung membuat mata orangtuanya terbelalak.

"Itu nama panjang Elisa si putri solo itu?" tanya Ayumi pada anaknya yang langsung mengangguk.

"Mungkin dia lahirnya pas di kereta, makanya namanya panjang begitu." kata Aris.

"Lala sarapan di kampus aja deh." kata Lala akhirnya.

"Yaudah." kata Ayumi.

"Ih Mama, bukannya kasih duit tambahan. Di Jakarta itu apa-apa udah mahal, Ma. Mie ayam sepuluh ribu cuma dapet setengah porsi, itu juga nggak pake minum."

"Iya Mama tahu, kok. Harga-harga juga lagi pada naik." sahut Ayumi. "tapi bukan berarti kamu boleh boros terus minta seenaknya. Nyari duit itu susah." telaknya.

Yang kayak gini disebut keluarga anggota DPR. Padahal keluarga Lala termasuk kaya karena ibunya juga punya bisnis bakery di beberapa mall. Tapi itu nggak menjadikan hidup Lala serba mudah. Minta uang birokrasinya sulit pakai banget. Sepertinya kedua orangtuanya memang tidak ingin mendidik Lala menjadi anak yang manja.

Alhasil, Lala yang aslinya udah cuek. Yang ke mana-mana lebih suka pake kaos, jeans dan sendal jepit, makin nggak kelihatan kalau berasal dari keluarga berada.

***

Lala keluar dari pagar rumahnya tepat saat melihat fortuner yang sudah dikenalnya luar dalam mendekat dari tikungan. Ia tersenyum lalu berdiri di tengah jalan dan merentangkan kedua tangannya, membuat ban mobil itu berdenyit nyaring karena berhenti mendadak.

"Mau mati?" Kepala Ilham melongok dari jendela. Lala menggeleng lalu mendekat dan masuk ke bangku penumpang depan.

"Emang ya, kalau rejeki itu nggak ke mana. Jadi Lala belum sarapan, mau sarapan di kampus tapi Mama nggak mau ngasih uang sarapan. Eh, pas banget ketemu Masnya. Jadi ongkos buat ke kampus bisa buat sarapan deh." katanya dengan nada riang. Tidak sadar membuat Ilham menahan napas.

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang