33. Berkat Pikachu

50.7K 5.8K 512
                                    

Bagi Ilham, ini lebih menggembirakan daripada dapat promosi menjadi manager. Lebih membahagiakan dari predikat cumlaud yang ia dapat saat lulus S1 dan S2, atau bahkan lebih membahagiakan daripada menang lotre satu milliar.

Ilham membuka pintu rumah Mawar dengan kasar. Semua yang ada di sana langsung menatap ke arahnya.

"Om Aris ngomong apa? Lo nggak ngehamilin anaknya kan?" tanya Raka semena-mena.

"Bentar lagi gue hamilin." kata Ilham. Ia mendekat lalu mencium pipi ibunya. "Doain ya Mah, selangkah lagi Ilham bisa kasih cucu buat Mama."

Linda menatap anaknya bingung. Ilham kini beralih ke Mawar. "Doain gue ya, Mawar. Bentar lagi gue bisa kasih si kembar sama Rafa teman." katanya sambil mencium kepala Mawar yang langsung membuat Raka merengut.

"Istri gue, woy." keluhnya. Ilham tertawa lalu menatap Raka. "Doain ya, bro. Bentar lagi gue nggak bakal iri liat lo mesra-mesraan sama Mawar."

"Ada apa sih, Ham?" tanya Linda yang masih tidak mengerti maksud kata-kata anaknya.

"Ilham udah dapet lampu kuning dari Om, Aris, Mah." jawab laki-laki itu. Binar bahagia masih tersirat di wajahnya. "Mama sama Mawar bantu Ilham cari barang seserahan ya." lanjut Ilham.

"Ka, coba chekin gedung yang available untuk bulan-bulan ini." perintah Ilham pada Raka.

"Baru lampu kuning kan, Ham? Belum lampu hijau? Nanti kalau kita udah siapin semuanya terus lampu hijaunya nggak nyala-nyala gimana? Malu lho, Ham." papar Raka.

Ilham tersenyum sambil menghela napas lega.

"Tenang bro, ini gue udah yakin banget bakal nikah sama Lala." jawab Ilham dengan percaya diri maksimal.

"Pastiin dulu, Ham. Syukur kalau memang jadi mah. Mama senang banget." kata Linda bijak.

"Tenang, Ma. Ilham pastiin nanti malam."

***

Ayumi melirik Aris yang tengah menatap layar besar di depannya. Tapi ia tahu, fokus laki-laki itu tidak ada di layar besar itu. Pikiran Aris melayang entah ke mana. Wajahnya tampak datar dengan tangan yang sesekali menggaruk hidungnya.

"Papa udah kasih restu buat Lala sama Ilham?" tanya Ayumi. Aris menoleh.

"Mama tahu dari mana? Mama nguping tadi?"

"Adalah pokoknya." kata Ayumi.

"Setidaknya Ilham masih jauh-jauh lebih baik daripada laki-laki bertato Pikachu itu." Aris mengusap kepalanya gusar.

"Oh, yang temannya Lala itu, ya? Memang dia kesini lagi, Pa? kok Papa nggak ngasih tahu Mama sih? Mama kan mau ketemu."

"Alah, ngapain ketemu-ketemu dia. Nggak penting banget."

"Mau lihat tato Pikachu yang Papa bilang itu." jawab Ayumi. Aris mendengus keras.

"Jangan, cukup Papa aja yang stres ngadepin anak itu." Aris berdiri lalu menghilang dari pandangan Ayumi yang hanya mengangkat bahu tak acuh. Tak berselang lama, Lala duduk di sebelahnya dengan kepingan gula merah di tangannya.

"La, bener Papa kamu udah ngerestuin kamu?" tanya Ayumi sambil berbisik.

"Pas Lala nguping sih, Lala kayak denger-denger 'kasih tahu kapan keluarga kamu mau datang melamar' gitu, Ma." jawab Lala, masih dengan nada berbisik.

"Ah, kesambet setan apaan tuh Papa kamu?" tanya Ayumi, tapi tak urung merasa lega mendengar berita itu. Siapa lagi coba yang nggak mau punya menantu kayak Ilham?

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang