27. Mas!!! Lala Mau Putus

51.1K 5.3K 172
                                    

Gadis itu menatap rumah di depannya.

Rumah yang tampak sunyi dan senyap.

Ia bahkan tahu kalau tidak ada penghuni di dalam rumah itu karena lampu dalam tampak mati dan gelap.

Sebelah tangannya merogoh saku. Dilihatnya ponselnya yang belum juga menunjukkan pesan masuk dari Ilham.

Mas, Lala kangen. Lirihnya. Bibirnya mengerucut. Matanya berkaca-kaca.

Ah lebay banget sih. Hardiknya pada diri sendiri. Tapi dia benar-benar tidak menyangka kalau Ilham bisa pergi tiba-tiba. Tanpa kabar apapun.

Lala melangkahkan kakinya menyusuri komplek menuju rumahnya. Pikirannya campur aduk. Otaknya terasa penuh.

"Muka kamu kenapa ditekuk gitu?" tanya Aris saat melihat Lala menuju ruang tamu. Gadis itu hanya melirik sekilas sebelum akhirnya masuk ke kamarnya, membuat alis Aris terangkat.

"Itu anak kenapa?" tanyanya pada diri sendiri. Setelah terdengar suara berdebam dari pintu kamar anaknya, ia berdiri dan mendekat ke kamar Lala.

"Kamu kenapa, La?" tanyanya saat melihat anaknya tengah duduk di meja belajarnya sambil mengutak-atik ponsel.

Aris mendekat, lalu berdiri di samping anaknya.

"Papa tahu nggak, Mas Ilham ke mana?" tanya Lala tanpa menoleh.

"Lah... Ya nggak tahu, lah. Emang Papa itu Bapaknya apa." jawab Aris sekenanya.

"Masnya udah seharian ini nggak ada kabar. Tadi Lala mampir ke rumahnya, rumahnya kosong." kata Lala, tatapannya tertuju pada jendela yang membingkai suasana sepi komplek perumahannya. "Lala kangen sama Masnya, Pa."

"Duh... Sayang, bener kan apa kata Papa. Kamu galau kan sekarang. Nyesel kan kamu pacaran sama Ilham." Aris mengusap bahu Lala pelan.

"Bukan gitu, Pa. Lala cuma pengin tahu Masnya ke mana?"

"Mungkin dia udah dapat cewek yang baru." jawab Aris. Lala menoleh dan menatap Aris tepat ke manik matanya.

"Pa, kenapa sih, Papa nggak suka Lala pacaran sama Masnya?"

Aris mengambil kursi lain lalu duduk di samping Lala.

"Kamu masih terlalu muda buat pacaran, La. Kamu masih waktunya main-main. Papa nggak mau lihat kamu galau, terus sakit hati gara-gara berantem sama pacar kamu."

"Bukannya itu proses, Pa. Proses sakit hati itu yang bakal bikin Lala jadi kuat."

"Kamu nggak perlu sakit hati buat jadi pribadi yang kuat. Yang kamu perlukan cuma menemukan sosok yang tepat."

"Ilham?"

"Dia terlalu dewasa, La. Maksud Papa, kamu nggak akan bisa mengimbangi kedewasaan Ilham. Ujung-ujungnya kamu yang bakal kerja keras dan capek sendiri."

"Tapi Lala udah cinta banget sama Masnya, Pa."

Terdengar helaan napas dari Aris. Pria itu menatap anak semata wayangnya. Jika biasanya dia tak segan beradu mulut dengan sengit, kini entah mengapa naluri kebapak'annya mulai mendominasi. Di mana ayah adalah tempat ternyaman bagi anak gadisnya.

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang