12. Anak Perjaka

50.8K 5.7K 303
                                    

Lala berdiri di depan cermin cukup lama. Memerhatikan penampilan barunya. Rambutnya yang hitam diberi sedikit warna kecoklatan dan poni keramat yang sudah menemaninya sejak kecil kini ditata dan dibelah pinggir. Ia memakai blus krem dan rok hitam yang waktu itu dibelinya bersama teman-temannya. "Gue cantik kok. Masnya aja yang nggak normal, makanya nggak naksir sama gue." katanya pada diri sendiri.

Semalam, ia tidur nyenyak, sangat nyenyak. Ia tahu, mungkin karena Ilham mengiriminya pesan bertuliskan 'Good Night', ucapan selamat malam yang membuat hati Lala mendadak jadi taman bunga, meskipun diikuti oleh ancaman agar ia tidak telat hari ini.

Setelah mencermati penampilannya sekali lagi, ia menyambar tasnya lalu keluar dari kamar.

"Kamu tuh kenapa lagi sih, La?" kata Aris saat melihat anak semata wayangnya duduk di depannya.

"Kenapa emang, Pa?" Lala tiba-tiba kebingungan.

"Kamu sehat?" tanya Aris lagi.

"Sehat. Sehat banget malah."

"Itu rambut gaya apaan? Kaya tembok aja diwarna-warnain gitu." kata Aris, "Poni hordeng-nya ke mana?" lanjutnya.

Lala cemberut lalu menyisir rambutnya dengan tangan. "Bosen Pa. Pengin beda dikit." katanya sambil mengunyah roti berisi selai cokelat kesukaannya.

"Lala cantik kan, Pa?"

"Iyalah." jawab Aris. Lala tersenyum bangga. "Mau dicincang sama Nyonya Besar kalau Papa bilang kamu jelek." lanjutnya. Senyum di wajah gadis itu langsung surut.

"Oia, Mama mana?"

"Udah ke outlet dari pagi. Ada masalah apa gitu. Nggak ngerti." 

Lala mengangguk sambil terus mengunyah roti di tangannya.

Lala: Mas, klo AM itu pagi apa malam?

Ilham: Pagi

Lala: Pagi juga *emotnyengir*

Ilham mencibir di meja makan, membuat kupingnya langsung dijewer oleh Linda.

"Makan yang benar. Taruh dulu HPnya." Ilham menurut. Menaruh ponselnya di atas meja dan kembali sibuk dengan sendok dan piring yang saling beradu.

"Mama nanti mau antar Mawar cek kandungan." Linda duduk di depan Ilham dan mulai menyendokkan nasi.

"Jam berapa? Jam makan siang aja. Biar Ilham anterin ke rumah sakitnya."

"Papa..." Suara itu membuat keduanya menoleh. Ilham tersenyum. Iam dan Dina, keponakannya, berlari ke arahnya lalu memeluk dengan erat.

"Abang sama dede udah sarapan belum? Papa suapin sini." Kedua anak itu menolak lalu beralih ke arah Linda.

Mawar dan Raka menyusul beberapa detik kemudian. Dengan perut besarnya, Mawar duduk di samping Ilham.

"Aduh anak perjaka ganteng banget." Raka menjawil pipi Ilham yang langsung mendelik tajam.

"Siapa bilang gue masih perjaka?" kata Ilham kesal, membuat sendok kecil langsung mengenai dahinya.

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang