9. Aksi ricuh

51.7K 6.2K 183
                                    

Matahari pagi ini terasa berbeda. Terik yang menyengat kepala dan kulit. Buat orang-orang yang punya kutu, binatang kecil itu pasti sudah gosong karena terpanggang.

Kumpulan mahasiswa-mahasiswi dengan almamater berbagai macam warna itu memenuhi kawasan Bundaran Senayan. Lala ada di antara mereka, dengan almamater berwarna biru, ikat kepala dan spanduk yang dibawa lebar-lebar. Dirinya ikut memeriahkan aksi atau demo yang akan membawanya hingga ke istana negara.

***

Ilham meruntuk kesal saat melihat gerombolan anak yang memadati kawasan medan merdeka. Jalan yang tadinya luas hanya diberi satu space yang hanya muat untuk satu mobil. Ilham yang enggan memutar balik karena akan memakan waktu lebih banyak terpaksa melajukan mobilnya pelan-pelan dilajur kanan.

Gerombolan warna-warni itu tengah berhenti dan berorasi di depan gedung MK. Menurut berita yang dibacanya tadi pagi, demo itu akan berakhir di depan istana negara dan sialnya, ia yang baru kembali dari meeting di kantor cabang lupa akan berita itu dan akhirnya terjebak di sini.

"Dasar mahasiswa kurang kerjaan." runtuknya saat mendengar gerombolan anak-anak itu berteriak sambil mengacungkan spanduk dalam tangannya tinggi-tinggi.

"Dia pikir pemerintah mau dengerin ocehan mereka." katanya dan ia menginjak rem tiba-tiba saat gerombolan di depannya terlibat baku hantam dan lempar-lemparan batu.

"Shit." umpatnya, dan matanya melebar melihat sesosok gadis yang ia kenal menjerit sambil menunduk.

"Lala." katanya. Lalu tanpa pikir panjang ia keluar dari mobil dan menghampiri Lala menembus beberapa barikade yang dibuat mahasiswa untuk melindungi para mahasiswi ditengah aksi saling lempar batu yang diprovokasi oleh sekumpulan anak yang menyusup di antara kerumunan itu.

"Mas Ilham." jerit Lala saat Ilham mencengkeram lengannya dengan kuat dan membawanya masuk ke mobilnya.

Setelah pintu mobil terkunci, Ilham langsung menginjak gas memasuki jalur busway.

"Mas kenapa bisa ada di sini?" tanya Lala. Ilham menoleh dan menyadari bahwa dahi gadis itu berdarah karena tertimpuk batu.

"Lo nggak ngerasa sakit?" tanya Ilham.

"Nggak Lah. Lala malah seneng. Masnya kayak pahlawan buat Lala." jawab Lala sambil tersenyum lebar.

"Lihat tuh jidat." sungut Ilham. Lala kebingungan hingga akhirnya menoleh ke arah spion dan terpekik melihat dahinya berdarah.

"Lala berdarah, Mas." Gadis itu menyentuh dahinya lalu melihat tangannya yang dinodai bercak darah.

"Siapa suruh ikut acara begituan?"

"Biasanya aman kok Mas." katanya sambil mengelap darahnya dengan tisu. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Lala saat mobil itu masuk ke basement sebuah gedung.

"Berisik." Ilham melepas safety belt lalu keluar dari mobil. "Ayo keluar." katanya saat Lala tak juga keluar dari mobil.

"Ini di mana?" Lala membuka kaca mobil dan melihat Ilham memutar bola matanya dengan jengah.

"Tinggal turun aja sih. Kecuali kamu mau mati kepanasan di sini." kata Ilham tepat di depan wajah Lala. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain keluar dari mobil dan mengekori laki-laki itu masuk ke dalam lift.

Mereka turun di lobi untuk berganti lift. Saat Ilham berdiri di depan lift, Lala bergerak ke arah samping untuk melihat papan pengumuman yang dibuat dengan detil warna -warni. Di sana, ia melihat sebuah poster di mana Ilham menjadi modelnya bersama dengan seorang wanita.

"Mas ganteng." lirihnya dengan tatapan memuja.

***

Ilham turun di lantai empat lalu masuk ke ruangannya.
"Lain kali nggak usah ikut acara yang nggak penting."

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang