Lala menatap ayahnya yang sedang fokus menguras akuarium di depannya. Dilihatnya pria itu yang begitu telaten mengurus binatang peliharaannya. Sesekali mulutnya bergerak melantunkan tembang-tembang lawas yang tidak Lala tahu tenar di tahun berapa.
"Pa, Mas Ilham ganteng, ya. Udah mapan lagi." kata Lala sambil memasukkan butir-butir kecil makanan ikan ke dalam akuarium.
"Iya." jawab pria itu singkat.
"Udah gitu ya, Pa, Mas Ilham itu kelihatannya sayang banget sama Tante Linda."
"Iya, udah tahu."
"Papa mau nggak punya menantu kayak dia?"
"Mau."
"Ha? Serius pa?"
"Iya, tapi nanti. Kalau kamu udah lulus kuliah, udah kerja, udah dewasa dan udah cukup matang buat menikah."
"Itu kapan?"
"Ya kira-kira umur kamu tiga puluh lah."
"Ha? Nggak ketuaan itu, Pa?"
"Nggak, lah. Pas segitu mah."
Lala menaruh makanan ikan itu di atas meja. Ditatapnya Aris baik-baik. Seperti dugaannya kan, Aris itu memang orangtua yang kolot banget.
"Neng Lala, mau ikut ke Bang Mamat nggak?" tanya Yuni yang baru saja muncul dari dalam rumah.
"Mau dong, Mbak." kata gadis itu seraya berdiri. Ia bergerak untuk memakai sandal yang ada di rak lalu mengekor di belakang Yuni.
"Awas ya kamu, La, kalau godain Bang Mamat." Kata Aris dengan delikan tajam.
"Dih, yakali. Lala kan nyari perjaka, Pa. Bukan laki yang udah punya sayap, dan udah punya buntut." jawabnya.
***
Dua perempuan itu menyusuri komplek untuk menuju pangkalan gerobak sayur Mamat. Pria beranak dua yang sudah puluhan tahun mengabdikan diri untuk melayani kebutuhan dapur ibu-ibu komplek.
Ilham: Kamu nggak ke Bang Mamat?
Lala: Ini baru mau ke sana.
Ilham: Aku baru balik dari sana. Ke rumah aja.
Lala: Tumben udah balik?
Ilham: Iya, tadi Mama banguninnya kepagian.
Lala: Yaudah, Lala putar haluan deh.
Setelah menekan tombol send, ia menepuk pundak asisten rumah tangganya. "Mbak, Lala ke rumah Tante Linda dulu, ya."
"Ngapain Neng?"
Gadis itu mendekatkan mulutnya ke telinga Yuni, "Mau ketemu anak perjakanya Tante Linda." Bisiknya lalu setengah berlari menjauhi Yuni. Wanita itu sudah tidak heran lagi melihat tingkah majikannya yang kadang aneh bin ajaib.
Gadis itu menyusuri komplek menuju kediaman Linda. Sesampainya di sana, ia sudah disambut Linda yang kebetulan baru saja kembali dari warung.
"Pagi, Tante." sapanya ramah sambil mencium punggung telapak tangan wanita itu.
"Pagi, La. Ayo masuk." Wanita itu mempersilakan Lala masuk ke dalam rumah. "Ilham di dapur, tuh. Lagi masak." Lala masuk ke dapur sementara Linda pergi ke halaman belakang untuk menjemur pakaian.
"Mas, lagi ngapain?" tanya Lala saat melihat Ilham tengah sibuk di depan kompor. Sebelah tangannya memegang sutil dan mengaduk kentang yang sedang di goreng dalam minyak panas.
"Lagi main masak-masakan." jawabnya ringan. Dilihatnya Lala dari atas sampai bawah. "La, besok-besok jangan pakai celana itu lagi. Kependekan itu." kata Ilham sambil mematikan kompor. Tatapan kini terarah sepenuhnya ke arah Lala yang sudah berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BiangLala [TAMAT]
Roman d'amourBagi Lala, Ilham itu nyaris sempurna. Ganteng, soleh, mapan, sayang sama orangtua. Satu-satunya yang kurang adalah sifat juteknya. Jika melihat Lala, Ilham langsung menyalakan sinyal darurat. Tapi, bukan Lala namanya kalau pantang menyerah. Ia melak...