Ilham tidak tahu kalau ramalan bintang itu bisa terjadi padanya hari ini. Entah keberuntungan atau kesialan Ilham patut menyebutnya.
Ia yang tengah duduk di lobi kantor menunggu Agam yang sedang ke toilet mendadak terpaku melihat sosok seorang perempuan yang baru saja keluar dari lift. Bukan hanya Ilham, gadis itu juga sama kagetnya. Ia berdiri di depan Ilham yang masih menatapnya tidak percaya.
"Ilham." Suara pertama keluar dari gadis itu. Ilham tersentak lalu berdiri dan mencoba tersenyum kaku.
"Maya." panggilnya. Mencoba memastikan bahwa sosok yang ada di depannya bukan fatamorgana.
"Apa kabar?" Gadis itu tersenyum riang lalu mengulurkan tangannya. Ilham menjabat sambil tersenyum kaku.
"Baik, kok kamu bisa di sini?" tanyanya penasaran.
"Eh, kalian udah kenal? Ini yang gue bilang corporate secretary baru, Ham." terang Agam yang kini sudah ada di antara mereka.
Ilham hanya mengangguk. "Yaudah ayok keluar. Keburu rame." ajak Ilham pada temannya. Tapi Agam justru menoleh kearah Maya.
"Lo mau makan siang juga? Bareng aja yuk." tawarnya pada Maya yang terlihat ragu. Ilham mendesis dalam hati dan mencelos saat melihat gadis itu mengangguk pelan.
Maya dan Agam yang lebih mendominasi suasana. Agam mengutarakan banyak pertanyaan pada gadis itu sementara Ilham memilih diam dan menimpali sesekali.
Ilham mencuri pandang pada gadis yang duduk di depannya. Gadis itu tidak berubah, tetap cantik dan penuh wibawa. Menunjukkan dari kelas mana ia berasal.
"Kamu udah lama di sini?" tanya Maya saat Agam pergi mencuci tangan dan menyisakan mereka berdua.
"Udah. Kamu kapan ke Jakarta?"
"Udah dua bulan di sini. Terus minggu kemarin dapet panggilan di sini." jelasnya. Ilham mengangguk pelan.
"Nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini." kata gadis itu sambil tersenyum. Tidak menyembunyikan perasaan bahwa ia senang bisa bertemu laki-laki itu.
***
Lala memutar-mutar pulpennya di tangan. Pikirannya melayang entah ke mana. Tidak peduli dosen di depannya masih semangat empat lima menerangkan materi pajak.
"Aduh." kata Lala saat merasakan gulungan kertas tepat mengenai kepalanya. Ia menoleh dan melihat Made melotot ke arahnya.
Made: Perhatiin tuh dosen di depan. Jangan bengong mulu.
Lala membaca pesan yang masuk.
Lala: Ish, kirain apaan. Beliau nggak perlu perhatian gue. Mending perhatian gue buat yang lain aja.
"Lalaaaaaaa." suara dari dosen itu akhirnya menggelegar dan kini menatapnya bak penjahat yang ketahuan mencuri.
"Kamu saya perhatiin dari tadi bengong, terus sekarang malah main Hp." kata dosen wanita itu sambil menatap Lala dengan tatapan membunuh.
"Maaf Bu, Made tuh yang sms saya." jawabnya. Tatapan bu Lastri langsung mengarah pada Made yang langsung menggeleng. Tidak terima ikut dijadikan tersangka
KAMU SEDANG MEMBACA
BiangLala [TAMAT]
RomanceBagi Lala, Ilham itu nyaris sempurna. Ganteng, soleh, mapan, sayang sama orangtua. Satu-satunya yang kurang adalah sifat juteknya. Jika melihat Lala, Ilham langsung menyalakan sinyal darurat. Tapi, bukan Lala namanya kalau pantang menyerah. Ia melak...