13. Move On!!!

51.3K 6.1K 330
                                    

Jam setengah empat pagi, pintu kamar Lala sudah diketuk dan suara-suara dari luar terdengar.

"La, bangun buruan." Suara Ayumi terdengar. Gadis itu masih meringkuk di bawah selimutnya. "Lala..." Suara itu terdengar lagi dan tak lama handle pintunya ditekan dan ia tahu pintu kamarmya sudah di buka.

Sebuah tangan menyibak selimut, membuat gadis itu malah tengkurap.

"Buruan bangun. Haji Ardhana udah nunggu di bawah tuh." kata Ayumi. Lala hanya mengerang tidak jelas.

"Lala..." Itu suara papanya, pikir Lala. matanya masih terlalu berat untuk terbuka. Sepertinya ia memang bekerja terlalu keras akhir-akhir ini.

"Kamu gimana mau bangun keluarga, kalau bangun pagi aja susah." kata Aris yang berdiri di ambang pintu.

Bapaknya siapa sih itu, ngomongnya nggak difilter banget. Kata Lala dalam hati sambil menggeliat.

Di depannya, ibunya tersenyum geli menatapnya. "Nanti Lala turun." katanya dengan nada serak.

"Jangan tidur lagi." kata Aris. Lala hanya menggumam dan melihat kedua orangtuanya keluar dari kamarnya.

Hari kamis, minggu pertama di awal bulan. Sudah jadi rutinitas Lala dan keluarga untuk melaksanakan sholat subuh di masjid komplek mereka. Alasan lebih tepatnya, akan ada ustad yang akan memberi ceramah dan pengajian selepas sholat subuh berjamaah. Ustad kondang yang juga sering wara-wiri di televisi. Aris Ardhana, tokoh yang cukup terpandang di komplek itu tidak pernah absen dari acara itu, hingga akhirnya turut serta membawa keluarganya untuk mengikuti kuliah subuh itu.

Nggak cuma keluarganya, Yuni, asisten rumah tangga mereka juga dipaksa ikut setelah di ceramahi Haji Ardhana panjang lebar.

Merek berempat berjalan pelan menuju masjid di komplek itu. Lala melingkarkan lengannya pada lengan Ayumi. Menjadikannya pegangan karena matanya terpejam selama perjalanan.

Mereka sampai di masjid tepat saat adzan berkumandang dengan merdunya. Masjid itu di dominasi oleh kaum pria. Tidak banyak wanita di sana. Hanya beberapa ibu-ibu dan nenek-nenek. Lala bahkan yakin kalau dirinya menjadi yang termuda di sini.

Lala menahan kantuk saat ustad itu mulai memberikan ceramah. Ia berusaha menajamkan telinga sebisanya karena sebenarnya ia sangat butuh tidur. Hari ini ia masih harus beraktifitas sampai sore.

Selepas kembali dari masjid, Lala justru tidak bisa memejamkan matanya. Kantuknya hilang seketika. Alhasil, ia hanya berbaring gelisah di ranjangnya. Ia masih punya satu setengah jam lagi sebelum mandi dan berangkat ke kantor.

Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Tersenyum, ia membuka menu chat dan mengetikan sesuatu di sana.

Lala: Mas

Balasan masuk tak lama kemudian. Lala cukup terkejut, itu berarti Ilham sudah bangun.

Ilham: Hm...

Lala: Kok udah bangun?

Ilham: Iya

Lala: Mas, profil pic mas Lala simpen ya?

Ilham: Buat apaan? JANGAN!!!

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang