16. Ilham Kangen?

58K 6.1K 259
                                    

Niat move on Lala tinggal 60%. Siapa yang nggak bakal batal move on kalau tiba-tiba disuapin sama gebetannya. Tapi semoga saja niat yang tinggal 60% itu masih mampu menguatkan iman Lala untuk tak lagi mengharap pada Ilham.

"Pagi, Ma." Lala masuk ke ruang makan dan melihat ibunya tengah sibuk menyiapkan sarapan.

"Kamu nggak pura-pura sakit lagi?" ledek Ayumi, membuat pipi Lala merona karena malu.

"Mas Ilham nggak ke sini lagi, Ma?" tanya Lala.

"Ngapain ke sini?"

"Ya... Jemput Lala gitu." katanya sambil duduk dan menyesap air putih dalam gelasnya.

"Pengin banget? Apa pengen aja?" Lala mengerucutkan bibirnya. Tak Lama, Aris masuk ke ruang makan dan bergabung dengan anak dan istrinya.

"Udah sehat kamu, La?" tanya Aris sambil menatap anak semata wayangnya lekat-lekat.

"Lala kan nggak sakit, Pa." terang Lala. Ia tahu sendiri kalau pertanyaan ayahnya semacam sindiran halus untuknya.

"Nggak sakit sih, tapi agak kumat aja kemarin." kata Aris sambil menyesap kopinya.

Acara sarapan itu berlangsung seperti biasa. Dipenuhi dengan cerita-cerita Lala mengenai teman-teman barunya di kantor. Tentang segudang pekerjaannya. Tapi tentu saja tidak dengan sikap-sikap Ilham yang menyebalkan.

Farhan: La, gue udah di depan ya.

Pesan itu masuk saat ia selesai menyesap air dalam gelasnya. Setelah membalas singkat, ia mengambil tasnya dan berpamitan.

"Kamu nggak mau bareng Papa aja? Papa antar sampai kantor." tawar Aris. Lala langsung menggeleng. Tanpa menjawab, ia berlalu.

Bisa gawat kalau ayahnya tahu Lala di jemput Farhan. Pasalnya, Aris adalah tipe orangtua protektif yang nggak suka anaknya bergaul sembarangan. Sampai kuliah ini, teman dekatnya bisa dihitung pakai jari. Nggak banyak teman lelakinya bisa masuk ke rumahnya. Sejauh ini, mungkin hanya Made. Karena mungkin Aris tahu kalau Made nggak punya rasa yang spesial sama anaknya. Bayu lebih parah, pernah di interogasi Aris habis-habisan sewaktu mengantar Lala pulang. Alhasil, laki-laki itu nggak pernah berani mampir ke rumah Lala kalau ada Aris.

Makanya saat Farhan berniat menjemputnya, ia menyuruh Farhan menunggunya di depan komplek. Karena kalau Haji Ardhana tahu ia di jemput Laki-laki, urusannya bisa gawat.

"Kenapa sih, gue nggak boleh jemput di depan rumah?" tanya Laki-laki itu sambil memberikan helm pada Lala.

"Papa gue galak." jawabnya singkat.

"Ya memang kenapa? Gue malah lebih enak kalau jemput di rumah. Biar sekalian minta izin jemput anaknya."

"Kapan-kapan aja ya." katanya sambil duduk di jok belakang dan motor itu membelah macetnya ibukota.

"Nanti makan siang bareng, ya." kata Farhan saat mereka berdiri di depan lift.

"Lihat nanti, ya. Soalnya Mas Ilham kadang ngasih kerjaan suka nggak kira-kira." sahut Lala.

"Gue jemput ke ruangan deh nanti." katanya saat melepas kepergian Lala di lantai ruangannya.

Ruangan itu masih sepi. Hanya terlihat Agam yang sedang menyantap sarapannya di mejanya.

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang