22. Kamu lagi Kamu lagi

64.2K 6.1K 458
                                    

"Apapun perasaan kamu sekarang. Semuanya bisa di bangun dan dimulai dari awal kok. Kalaupun kamu udah nggak ada rasa sama aku. Kalau kamu bersedia, Kita bisa mulai semuanya dari awal."

Lala masih sibuk berkutik dengan pikirannya. Jantungnya terpompa maksimal. Ia menelan ludah berkali- kali untuk meredam deburan detaknya.

"Lala... Mau mas." lirihnya. Ilham tersenyum lalu membelai pipi gadis itu.

"Lala mau gampar Mas lagi maksudnya, boleh?" tambah Lala dengan nada sengit.

"Kenapa kamu anarkis banget sih. Dikit-dikit main gampar." kata Ilham bingung.

"Mas tuh ya. Enak banget kalau ngomong. Kemarin-kemarin apa? Ke mana-mana sama Maya. Lala kebagian dijutekin mulu." kata gadis itu dengan nada kesal.

Ilham yang tadinya sudah siap beradu mulut tiba-tiba terkekeh pelan.

"Jadi kamu dari kemarin cemburu sama Maya?" Ilham bisa melihat kepala gadis itu menggeleng tapi bibirnya mengerucut kesal. Tangannya terulur untuk mengambil dagu gadis itu dan menolehkan ke arahnya.

"Kamu cemburu sama Maya?" tanyanya lagi dengan nada geli.

"IYA!!!" Dan tawa Ilham meledak seketika. Lala mendesis melihat Ilham yang terkikik sambil memegangi perutnya.

"Lala... Lala..." kata Ilham. Setelah tawanya berhenti ia menatap Lala lekat- lekat.

"Kalau aku bisa serius sama Maya, aku nggak akan jadi bujangan di umur segini, La." kata Ilham.

"Maksudnya?"

"Dia emang mantan aku, La. Dulu... waktu aku masih dibutakan sama cinta. Sampai akhirnya aku sadar aku nggak mungkin bisa sama dia." jelas Ilham. Dahi Lala berkerut. Ia melanjutkan. "Kita beda agama. Dulu aku mati-matian perjuangin hubungan kita di depan Mama dan orangtua dia." katanya, matanya menatap ke depan. Menerawang jauh ke masa lalu.

"Sampai akhirnya aku sadar bahwa kita berdua sama-sama kuat dan nggak ada yang bisa diperjuangin dari cinta beda agama yang kita jalanin."

Lala menatap raut wajah Ilham yang berubah sendu.

"Maya cuma bagian dari masa lalu aku, La. Kalau sekarang aku dekat sama dia, dia murni aku anggap temen." Laki-laki itu menoleh lagi ke arah Lala.

"Temen kok suap-suapan." desis Lala tajam.

"Kita temen juga kemarin ciuman."

Satu tonjokkan mengenai bahu Ilham yang langsung mengaduh sakit. Laki-laki itu langsung menggenggam tangan Lala sebelum gadis itu melancarkan satu pukulan lagi.

"Aku janji akan jaga jarak sama Maya." kata Ilham. "Ada mau kamu tanyain lagi?"

"Ada."

"Apa?"

"Masnya masih perjaka nggak?"

***

Linda terkejut melihat Ilham masuk ke dapur sudah dalam keadaan rapi. Laki-laki itu mendekat sambil merapikan kemejanya.

"Kamu mau berangkat? Pagi banget?" tanya Linda. Laki-laki itu mengangguk lalu duduk di meja makan. Tanpa aba-aba langsung menyantap nasi goreng yang tersaji di atas meja.

"Maaf, Ma. Ilham metikin cabenya dirapel besok aja ya. Ada yang penting nih." jawabnya sambil mengunyah. Linda menatapnya penasaran.

"Kenapa jadi semuanya dirapel? Metikin cabe di rapel, kemarin ngupas kentang di rapel, motongin wortel dirapel juga." kata Linda. Ilham mendongak dan tersenyum kecut.

Ilham memang punya satu kebiasaan sejak dulu. Membantu ibunya dalam segala hal yang berbau rumah tangga, termasuk memasak. Kebetulan ibunya membuka pesanan kue basah kecil-kecilan untuk mengisi waktu luang. Meskipun laki-laki itu terlihat berwibawa di kantornya, tegas di depan bawahannya, di rumah, dia tetap anak kesayangan Linda. Anak yang suka membantu orangtuanya.

BiangLala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang