Perubahan Lala yang tadinya untuk menarik perhatian Ilham sepertinya salah sasaran karena saat sampai di kampus, pujian bertubi-tubi justru keluar dari teman laki-lakinya di kampus.
"Lala cantik banget." kata Bayu yang langsung berdiri dari duduknya saat melihat Lala melintas di depannya.
"Iya udah tahu." sahut Lala tanpa menoleh sementara Bayu mengekor di belakangnya.
"Kok tumben, La?" tanya Bayu saat mereka sampai di kelas Lala.
"Nggak apa-apa." jawabnya sambil duduk, bergabung dengan teman-temannya.
"Lo hari ini ibarat mawar yang baru mekar. Fresh banget." puji laki-laki itu lagi.
"Biasanya?" kali ini Wina yang bertanya.
"Biasanya kayak mawar kuncup. Polos." jawabnya, diiringi gelak tawa ketiga teman Lala.
"Ini baru cewek." kata Made. Wina dan Elisa mengangguk sambil tersenyum.
"Tapi nggak ngaruh." Lala mengerucutkan bibirnya kesal.
"Nggak ngaruh apa?" tanya Bayu heran.
"Gue nggak ngomong sama lo." Lala menoleh ke arah Bayu dan langsung melotot tepat saat ponsel laki-laki itu berdering.
"Nanti makan siang bareng ya, La. Gue masuk kelas dulu. Dah." katanya sambil melambaikan tangan seraya menjauh.
"Hus... Hus..." Lala melambaikan tangan seraya mengusir.
"Kamu tuh udah dandan kayak cewek, Mbok yo ngomongnya alusan dikit." kata Elisa.
"Aduh, El, bukan waktunya ngomongin yang begituan. Ada yang lebih penting tahu. Masnya nggak ngaruh gue berubah jadi kayak bidadari gini." terang Lala. Ketiga sahabatnya hampir muntah untuk kalimat terakhir gadis itu.
"Yaudah, berarti dia emang nggak suka sama lo, La. Cinta kan nggak bisa dipaksa." kata Made. Bahu Lala langsung melemas dan menyandar di punggung kursi.
"La, besok ikut aksi nggak?" Rangga, ketua BEM mendekat lalu berbicara pelan pada Lala. Memutus komunikasi Lala dan ketiga temannya
"Ikut dong. Jamnya nggak berubah kan dari sms lo kemarin?" tanya Lala dengan nada berapi-api.
Rangga tampak mengangguk lalu melihat ketiga teman Lala yang lainnya.
Made mengangguk sementara Elisa dan Wina menggeleng serentak.
Bagi Elisa dan Wina, yang namanya aksi atau lebih dikenal dengan nama demo, kegiatan itu sama sekali nggak ada gunanya. Longmarch sambil bawa-bawa spanduk dengan iket kepala, panas-panasan, bergerombol sambil teriak-teriak sama sekali bukan hal yang menggugah minat mereka. Mendingan juga nonton tivi sambil ngemil keripik singkong.
Beda lagi dengan Lala yang nggak pernah absen ikut acara itu. Ia sudah ikut kegiatan itu dari tahun pertama ia masuk kuliah.
"Eh, kok lo keliatan beda, ya?" Rangga memperhatikan Lala dari atas sampai bawah. Lala tersenyum lebar sambil berdiri lalu berputar, membiarkan Rangga melihat penampilannya yang berbeda hari ini.
"Gue cantik ya, Ga?" tanyanya pada Rangga yang mengangguk lalu tersenyum.
"Ah, kalau lo udah berubah gini, masa gue ngajak lo ikut aksi, mending gue ajak lo nonton, gimana?" kata Rangga sambil mengedipkan sebelah matanya. Dan tak lama sebuah gulungan kertas menyentuh kepalanya.
"Gue besok berubah lagi kayak biasa. Tenang aja." kata Lala
Setelah memberikan informasi singkat mengenai aksi yang akan dilakukan oleh BEM seDKI Jakarta untuk menuntut program pemerintahan yang tidak pro rakyat, Rangga pamit dan menghilang dibalik pintu kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BiangLala [TAMAT]
RomanceBagi Lala, Ilham itu nyaris sempurna. Ganteng, soleh, mapan, sayang sama orangtua. Satu-satunya yang kurang adalah sifat juteknya. Jika melihat Lala, Ilham langsung menyalakan sinyal darurat. Tapi, bukan Lala namanya kalau pantang menyerah. Ia melak...