CHAPTER 6: 첫키스 (cheotkiseu)

5.1K 827 58
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali Haejung berbicara dengan Renjun. Sudah seminggu pula Haejung berusaha tidak perduli dengan semua hal yang menyangkut Renjun. Haejung berusaha meyakinkan hatinya bahwa Renjun adalah orang munafik yang tidak mau dibantu.

Dan juga akhir-akhir ini Haejung mulai dekat dengan teman sebangkunya, Jaemin. Akibatnya ia banyak mendapat ancaman dari pentolan-pentolan sekolah yang menyukai Jaemin.

"Lagi?" tanya Jaemin saat memanjangkan lehernya mengintip surat yang baru saja dibuka oleh Haejung.

Haejung menatap Jaemin sambil mengangguk, "ya...seperti yang kau lihat. Tenang saja. Aku tidak akan ketakutan hingga tak mau sekolah. Aku sudah kebal. Bahkan aku pernah mendapat bullying dari Eunbi dua bulan yang lalu saat aku menyelamatkan korban bullyingnya" ucap Haejung penuh bangga.

"Jinjja? Ku pikir hubunganmu dengan Eunbi tak sampai separah itu"

Haejung kembali membuang surat tersebut ke dalam sampah.

"Kau mau makan?" tanya Haejung mengalihkan pembicaraan.

Jaemin mengangguk dengan samangat, "Kaja!" serunya sembari merangkul Haejung.

***

Haejung menatap pemuda di meja di sudut sana. Pemuda yang tengah menikmati makan siangnya dengan kesendirian. Tak ada yang mau mendekatinya. Bahkan banyak dari mereka yang masih mencela dengan kata-kata yang benar-benar tidak enak didengar.

Jaemin yang sadar akan tingkah Haejung mengikuti arah pandang gadis itu, "Kau lihat apa?" tanya Jaemin pura-pura tidak tahu. Padahal ia tahu pasti Haejung tengah menatap Renjun, si pemuda itu.

"E-e-eo?" Haejung menoleh ke Jaemin dengan cepat. Sepertinya Jaemin baru saja menyadarkan Haejung dari lamunannya.

Jaemin menatap makan siang Haejung. Belum disentuh sama sekali. Maksudnya belum dimakan hanya diacak-acak saja.

"Kau menatap Renjun?"

"Eo. Eh? Aniyo"

"Gojitmal" ucap Jaemin dengan mata yang menyipit.

"Jinjjaa. Aku tidak menatapnya" ucap Haejung bersikeras berusaha meyakinkan Jaemin.

Jaemin terkekeh, "Arraseo, arraseo."

Haejung refleks kembali melihat Renjun saat terdengar suara nampan yang terjatuh ke lantai. Di mejanya, Renjun telah basah akan kuah dari sup menu hari ini. Di rambut dan pundaknya juga terdapat beberapa sayuran.

Haejung mengebrak meja dan segera berlari ke meja Renjun yang kini telah dikerumuni banyak orang.

"Kya! Mwoanenggoya!!" bentak Haejung pada Jeno, si pelaku bullying ini.

"Heii nona penyelamat. Sudah lama aku tak melihatmu menyelamatkan orang lain" ucapnya dengan smirk yang terus terukir.

Disamping tubuhnya tangan Haejung mengepal kuat hingga buku-buku kukunya memutih.

"Hentikan" lirih Renjun menatap datar keduanya.

"Kenapa kau membully nya? Dia sudah mendapat hukuman karena foto itu. Kenapa kau menambah beban hidupnya? Kau tak punya kerjaan?!" Haejung kembali mengeluarkan suaranya. Tak peduli Renjun yang menghentikan, Jeno benar-benar sudah keterlaluan.

"Bukankah dari sebelum-sebelumnya aku memang sudah membully nya? Kau bahkan baru sekali ini menyelamatkannya selama aku membully nya. 2 bulan yang lalu, saat aku membully nya kau tidak melakukan apa-apa. Kenapa sekarang kau menyelamatkannya?"

"Aku melakukannya. Aku mengatakan pada saem bahwa telah terjadi bullying di sekolah ini yang dilakukan oleh Jeno. Bukankah orang tuamu saat itu datang dan menyogok saem agar masalah ini diselesaikan begitu saja?"

Jeno menggeram, "berhenti membicarakan urusan pribadiku"

Haejung mengibaskan rambutnya ke belakang berlagak angkuh, "lalu hentikan bullying mu terhadap Renjun"

"Kenapa kau begitu membelanya?"

Haejung mengulum bibirnya. Di hadapannya Jeno tengah menatapnya dengan smirk yang mengembang. Ini pertanyaan jebakan. Jeno benar-benar tahu cara membalik keadaan.

"Karena aku pacarnya" ucap Haejung dengan sekali hembusan napas. Ia membelalak ketika sadar telah mengeluarkan kalimat terkutuk tersebut. Pacar? Bagaimana bisa?

"Haejung pacarnya?"

"Seolma.. Jinjja?"

"Oooo Semua ini akhirnya masuk akal berhubung mereka pernah terlambat bersama"

Riuh siswa-siswi mulai terdengar. Banyak yang telah menduganya namun masih banyak yang tak percaya.

Jaemin terdiam. Rahangnya mengeras mendengar sebuah penuturan tersebut. Hanya karena kalimat itu diucapkan oleh Haejung rasanya kelimat tersebut berkali-kali lebih sakit.

Renjun terdiam. Matanya menatap Haejung yang tengah berdiri di sampingnya yang duduk. Ia harus sedikit mendongak saat melihat wajah Haejung karena ia sekarang sedang duduk.

Jeno tertawa sinis, "Kau berbohong. Kau hanya berusaha membelanya. Lebih baik kau pergi dan gunakan energimu untuk hal lain" ucap Jeno dingin dan menyeramkan.

Haejung menyunggingkam smirknya, "kau tak percaya? Bagaimana jika aku benar-benar pacarnya? Fakta itu bisa mematahkan gosip gay itu, bukan?"

Jeno menaikkan sebelah alisnya, "Mungkin saja"

"Berjanjilah jika aku pacarnya kau tidak boleh membully nya lagi"

"Baiklah. Tapi perlihatkan bukti bahwa kalian itu pacaran " ucap Jeno final.

Haejung membalikkan tubuhnya menghadap Renjun, "Mianhae"








bisiknya lalu..










Haejung Menempelkan bibirnya pada bibir Renjun.





10 detik.





10 detik membuat semua orang ternganga dan tak lupa beberapa orang mulai memotretnya.

Renjun terbelalak namun ia tak mengelak. Ia tak punya cukup tenaga untuk mengelak. Seluruh bagian tubuhnya seolah tak terkontrol. Semuanya seolah enggan digerakkan. Semuanya terasa mati rasa. Renjun tak merasakan apa-apa.

Kecuali debaran di hatinya.

Haejung kembali menarik bibirnya lalu berdiri tegap menghadap Jeno, "Otte?" lalu gadis itu menyunggingkan smirknya menyudutkan Jeno.

P.s: gue ngebayangin gue yg nyium Renjun masa *plakk-_-

Tbc~

Vomment juseyo👌💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang