CHAPTER 8: KETERLALUAN?

4.6K 712 50
                                    

Tok tok tok

Renjun yang tengah menulis essay menyaut, "Masuk"

Seseorang yang mengetuk  pintu mulai membuka pintu membuat Renjun membalikkan kursinya menghadap pintu.

"Ada apa, ahjumma?" tanyanya.

Ahjumma itu tersenyum, "Tuan besar menunggu di meja makan"

Seketika dahinya berkerut. Tumben sekali appa nya menunggu di meja makan. Makan malam bersama? Ayahnya tobat? Ini kali pertamanya ayahnya menunggu di meja makan.

"Kenapa? Appa sehat? Sepertinya penyakitnya kambuh"

"Sttt. Kau tidak boleh berbicara seperti itu. Beliau itu appa mu. Ayo. Jaemin sudah ada di meja makan" ucap Ahjumma.

Renjun mengangguk pasrah. Sebelum turun untuk makan, Renjun menutup pulpen serta buku latihannya.

Saat menuruni tangga, dahinya kembali berkerut saat mendengar suara orang asing berasal dari meja makan. Suaranya tampak gembira sekali. Orang itu dan appanya -Renjun dapat mengenali suara appa nya- terdengar tertawa ceria.

Siapa orang itu?

Suara langkah Renjun menginterupsi suara tawaan mereka. Ranjun menatap orang yang duduk di sebelah appa nya lalu menatap Jaemin yang tengah menatap orang tersebut dengan kesal.

"Ini tidak beres" batin Renjun.

Bagaimana tidak. Orang itu seorang wanita. Wanita yang kini menatap Renjun dengan (sok) hangat. Bibirnya tersenyum namun terlihat sinis di mata Renjun. Wanita itu seolah mengatakan 'aku menang'.

Renjun berjalan dan duduk di kursi yang ada di sebelah Jaemin. Pemuda itu menyiku perut Jaemin membuat Jaemin menoleh ke arahnya.

"Siapa dia?" bisik Renjun mendekatkan bibirnya ke telinga Jaemin.

"Orang gila" jawab Jaemin sekenanya.

"Annyeong, Renjun-ah" sapa wanita itu.

Renjun diam menatap wanita itu dengan tatapan meneliti membuat senyuman wanita itu sedikit luntur. Sepertinya ia kesal di lihat dengan cara seperti itu.

Wanita itu tertawa garing, "kedua anakmu benar-benar tampan" pujinya sambil menatap tuan Huang dengan mata berbinar.

Setelah Renjun perhatikan sepertinya wanita itu berusia 26 atau 28 tahunan. Dari gaya berpakaiannya yang norak, Renjun dapat menduga bahwa wanita itu sebenarnya bukan berasal dari kalangan mereka. Orang berada tidak akan memakai banyak perhiasan di tubuh mereka untuk memamerkan kekayaannya.

Berbeda dengan orang yang memanipulasi seolah-olah mereka berada. Mereka dari golongan itu akan memakai semua perhiasan terbaiknya seolah mengatakan bahwa mereka adalah orang berada kepada semua orang yang melihatnya.

"Aku bukan anaknya" ucap Renjun dingin lalu melirik tuan Huang. Tuan Huang melototkan matanya sekilas lalu tersenyum geram, "maafkan dia. Dia memang sedikit nakal"

Wanita itu terkekeh, "Tidak apa-apa. Bukankah aku yang akan mendidik mereka kedepannya? Aku rasa Renjun adalah anak penurut yang tidak akan nakal jika di ajari"

"Dia guru privat?" bisik Renjun kepada Jaemin. Jaemin hanya menggeleng tanda tak tahu.

"Sepertinya dia memang guru privat" bisik Renjun lalu kembali menatap wanita itu.

"Siapa dia?" tanya Jaemin pada tuan Huang.

Tuan Huang tersenyum bahagia karena akhirnya ada salah satu dari anak laki-lakinya yang menanyakan siapa wanita yang dibawanya ke rumah itu.

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang