CHAPTER 25: BOGOSHIPO

3.2K 570 40
                                    

Haejung duduk di bangkunya. Ia mengusap-usap hidungnya berharap agar bau menyengat dari WC menghilang. Masih ingat bahwa kelas Haejung berada di pojok dan di dekat WC?

"Haejung-ah, apa kau sudah mengerjakan tugas?"

Haejung menggeleng dengan ekspresi bingung, "Memangnya ada tugas?" Haejung bingung karena tak biasanya ada yang bertanya padanya. Bukankah mereka semua itu hanya orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri?

Temannya mengangguk dan itu membuat Haejung sedikit meringis," Ahh, kurasa aku belum mengerjakannya" ringis Haejung. Matanya lalu melirik jam dinding yang berada di atas papan tulis, "Masih 5 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Itu waktu yang cukup untuk kabur" gumam Haejung lalu segera berlari kecil ke rooftop sekolah.

Renjun yang melihat pergerakan dari Haejung melepaskan headphonenya dan menutup buku bank soalnya. Tanpa merapikan barang-barang itu, langkahnya segera menyusul Haejung yang mungkin sudah sedikit jauh.

Haejung yang awalnya hendak ke rooftop nyatanya sekarang hanya berputar-putar mengelilingi koridor yang sepi. Bahunya tampak lebih turun dari biasanya. Kecepatannya yang tadi seperti dikejar ayam sekarang melambat hingga akhirnya berjalan sangat pelan dan terlihat mengusap sesuatu diwajahnya. Itu yang dilihat Renjun dari balakang.

Renjun terus mengikuti Haejung. Tangan yang dimasukkan ke saku celana sembari menatap Haejung dalam yang mungkin bisa saja menembus kepala Haejung. Entah kenapa gadis itu selalu menghantui pikirannya. Dan tiba-tiba saja hatinya menghangat saat melihat Haejung. Padahal tak ada hal yang benar-benar spesial terjadi diantara mereka sebelumnya. Mereka tidak dekat, hanya pernah berbicara beberapa kali.

Oh Renjun mengabaikan satu hal.

Ciuman waktu itu yang membuat perasaannya berubah.

Renjun berhenti saat Haejung juga berhenti. Kini mereka di rooftop sekolah. Sepertinya Haejung kembali ke tujuan awalnya.

"Berhenti disitu dan menjauh lah"

Renjun diam. Jantungnya berdebar dengan cepat. Keringat mulai membasahi dahinya. Ia tidak menyangka sejak tadi Haejung tahu bahwa ia mengikutinya. Lalu apa yang akan dia katakan pada Haejung? Astaga, ia bahkan mengikuti Haejung saat mencuci tangan di wastafel tadi. Tidak mungkin ia mengatakan pada Haejung bahwa ia memang ingin ke rooftop. Alasan bodoh.

Dan akhirnya Renjun tetap diam. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan untuk mengangkat kaki mengikuti perintah Haejung saja tidak bisa. Kakinya membeku. Pikirannya memerintahkan untuk pergi dari sana tetapi hatinya mengatakan untuk tetap ada disana.

Haejung membalikkan tubuhnya, "APA?!" bentak Haejung dengan wajah yang sudah berantakan. Mata sembab, hidung merah, dan.. Kacau.

"APA KAU INGIN MEMAKIKU? SILAHKAN! AKU TERIMA MAKIANMU! dan aku mohon menjauhlah. Aku tidak ingin kau celaka sebagaimana ayahku membuat ibumu celaka"

"Apa aku yang harus menjauh? Mengapa tidak kau saja yang menyingkir?" tanya Renjun tajam.

"Gwaenchana?"

Haejung menutup matanya sembari menggigit bibir bawahnya, "Bagaimana caranya? Aku tidak bisa menyingkir dan kalah begitu saja"

"Keluar dari sekolah"

"Selalu berada ditempat yang bisa aku lihat"

Haejung terdiam. Keluar dari sekolah adalah opsi terakhir yang akan diambilnya jika masalah tersebut benar-benar tak terselesaikan.

"Geurae. Aku akan keluar"

Renjun mati-matian menahan suaranya agar tak mengatakan isi hatinya. Bagaimana bisa gadis bodoh itu dengan mudahnya mengikuti perintahnya? Dia bukan tuhan yang setiap perintahnya wajah dituruti.

"Jebal, lawan aku dan jangan dengarkan omonganku"

"Baiklah. Mungkin sekolah ini akan lebih baik tanpamu" jawab Renjun sarkastik membuat luka di hati Haejung semakin melebar.

"Sekolah tidak akan berubah karena memang sebelumnya aku tak pernah terlihat di mata mereka. Bukankah kau lah sang pembuat onar yang bisa menggemparkan sekolah hanya karena fotomu?" balas Hajeung tak kalah sengit.

"Kenapa hatiku sakit?"

"Ckck, dan siapa yang sok kenal dan malah membelaku?"

"Itu kesalahan terbesar nomor dua yang pernah aku lakukan"

"Aku tahu kau akan menyesalinya"

"Terima kasih karena percaya padaku, Haejung-ah"

Kemudian hening.

"Kau memikirkan cara menyingkirkanku? Tidak perlu. Karena hari ini akan menjadi hari terakhirku berada di sekolah ini!"

"Kumohon jangan dengarkan semua perkataanku"

"Aku harap aku tidak melihatmu mulai besok pagi"

Haejung diam. Kakinya kemudian melangkah hendak menuju ke tempat lain namun Renjun menahan pergelangan tangannya.

"Bogoshipo"

"Bogoshipo"

Deg.

•°•°TBC°•°•

Fyi, dialog yg miring itu batinnya Renjun.

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang