CHAPTER 24: BULLYING

3K 532 24
                                    

Haejung berjalan lunglai menelusuri koridor sekolah yang masih sepi. Sejak bangun, kepalanya berdenyut membuat moodnya sedang dalam tingkat yang buruk. Mungkin itu akibat dari tangisannya semalam. Semalaman penuh ia hanya menangis di bawah selimut hingga tak tahu kapan ia tertidur.

"JADI KAU MASIH MENDEKATINYA?!"

"t-tidak.. Aku tidak mendekatinya..."

"HAH! KAU PIKIR AKU PERCAYA? Apa ini.. Oh SHIT!"

Seketika langkah Haejung terhenti. Ia menghela napas. Sepertinya kegiatan 'menyelamatkan orang' akan kembali menjadi aktifitasnya.

Kepalanya mulai menoleh ke berbagai arah -mencari asal suara. Setelah kembali mendengar suara putus asa seseorang, Haejung memutuskan untuk berjalan mendekati ruang ganti yang ada di depannya. Tempat itu bisa menjadi tempat utama dalam membully seseorang. Sepi dan berada di pojok.

"Aiss sebenarnya aku sedang dalam mood yang buruk tapi ya sudahlah.." monolognya lalu segera membuka pintu berwarna cokelat bertuliskan 'Ruang Ganti' tersebut.

Kegiatan yang terjadi di dalam ruangan itu seketika terhenti saat Haejung membuka pintu. Haejung terkejut saat melihat Seulbi duduk dengan tidak berdaya di samping salah satu loker seseorang. Penampilannya sudah acak-acakan. Almamaternya sudah terlepas entah kemana. Kemeja seragamnya sudah penuh dengan saos dan robekan-robekan kecil di mana-mana.

"Kya! Lee Seulbi!" pekik Haejung berjalan dengan cepat ke arah Seulbi. Namun jalannya terhenti saat seorang gadis gendut mengahalangi jalannya.

"Minggir" perintah Haejung dengan nada dingin.

Gadis gendut itu tertawa, "Haejung-Haejung, kau pikir kau bisa menyelamatkannya?"

Gadis lain yang berdiri tak jauh dari mereka ikut menyaut, "Berhentilah menjadi orang naif. Kau hanya pencitraan dengan menolong mereka -korban bullying sehingga guru-guru akan menyukaimu dan nilai sikapmu akan bertambah. Benar 'kan?"

Gadis lain yang tadi sedang berjongkok di depan Seulbi segera berdiri -menatap Haejung dengan tangan yang dilipat di dada dan senyuman miringnya. "Oh.. Park Haejung?" gadis itu menutup mulutnya seolah sedang terkejut.

Ia berjalan mendekati Haejung, "kau kenal aku?"

"Ya.. Kau pasti kenal aku dan," gadis itu menarik rambut Haejung ke belakang, "Uri- Jaemin"

Haejung berdecih sembari menahan sakit akibat jambakan yang masih berlangsung di rambutnya, "Mana mau Jaemin dengan orang seperti ini"

Gadis itu naik pitam sehingga semakin menarik rambut Haejung, "Geurae? Molla.."

Haejung sedikit meringis namun berusaha tetap kuat, "b-bisakah kau melepaskan Seulbi, Hina-ssi?"

Gadis bernama Hina itu tertawa, "Melepaskannya? Kya.. Kau pikir aku bodoh? Aku tidak akan melepaskan mangsa yang sudah lama menjadi incaranku"

Haejung melirik Seulbi yang masih duduk dengan wajah menunduk, bahu bergetar, dan tubuh yang lengket. Gadis itu benar-benar tidak tega melihat Seulbi yang cerewet menjadi seperti itu.

"Kau bisa menyiksaku sebagai gantinya" ucap Haejung pada Hina.

Hina melepaskan tangannya dari rambut Haejung dan beralih merangkulnya. Hina mengelus kepala Haejung membuat Haejung sedikit bergidik. Seberani-beraninya Haejung, ia juga memiliki rasa takut.

Hina mulai mendekatkan bibirnya ke telinga Haejung, "Bagaimana jika aku menyiksa kalian berdua? Bukankah kau juga mendekati Jaemin?"

Haejung mendorong tangan Hina menjauh," tidak. Kami memang dekat,"

Dulu. Pikir Hajeung menyambungkan.

"Oh ya? Dan Renjun.. Kau juga mendekati Renjun cupu itu kan?"

Haejung memutar matanya, "Kya.. Apa urusanmu?"

Hina berjalan sedikit hingga kini ia berhadapan dengan Haejung, "Urusanku? Tidak ada. Sebenarnya sepupuku yang punya urusan. Ia hmm.. Sedikit tidak suka kau dekat dengan si cupu"

Seketika dahi Haejung berkerut, "siapa?"

"Rena" balas Hina santai.

Haejung mengangguk kecil, "ternyata dia sepupu Rena" gumamnya.

Haejung menatap Seulbi, "Kya.. Chingu, ka ja!" ia berjalan mendekati Seulbi dan menyodorkan tangannya. "Ka ja!"

Seulbi menyeka air matanya lalu menerima uluran Haejung, "gomawo"

Hina tak tinggal diam. Saat ia hendak menggunting rambut Haejung dengan gunting yang tadi digunakannya untuk menggunting seragam Seulbi, seseorang menahan tangannya.

Hina menoleh ke belakang dan terbelalak saat tahu siapa yang menahan tangannya.

"Apa kau tidak punya kegiatan lain selain menyiksa orang lain?"

Hina menarik tangannya dan menggeleng, "Aniya.. Aku tidak melakukan apa-apa Jaemin-ah" sergahnya membela diri.

Jaemin mengabaikan ocehan-ocehan tak berharga Hina dan mendorong gadis itu sedikit agar bergeser dan berjalan ke arah Haejung.

"Gwaenchana?"

Haejung mengangguk singkat, "Seulbi yang kenapa-kenapa saat ini"

Jaemin beralih menatap Seulbi, "Omo! Kya! Gadis cerewet sepertimu-- ya tuhan! Gwaencahana?" Jaemin menampilkan ekspresi dan wajah berlebihannya. Seulbi tahu Jaemin hanya akan mengolok-oloknya saat ini sehingga ia hanya bereaksi datar pada ucapan sok cemas Jaemin. Meskipun ia tetap tak bisa menyembunyikan kebahagiaan saat Jaemin menatapnya.

"Ayo berdiri" Jaemin mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Seulbi. Tapi saat gadis itu baru saja berdiri tungkainya kembali terjatuh membuat rintisan yang cukup keras keluar dari mulutnya.

"Appo yo" lirih Seulbi menatap pergelangan kakinya.

Jaemin berdecak lidah, "ckck, ayo.. Naik ke punggungku" ucapnya sembari berjongkok memunggungi Seulbi. Seulbi tersenyum malu namun tetap menerima tawaran itu.

Setelah memastikan Seulbi telah berada di punggungnya, Jaemin segera berdiri dan menatap Haejung, "Temui aku di rooftop saat jam istirahat" ucapnya dengan senyum ala-ala iklan pasta gigi.







•°•°TBC°•°•

Ini chapter kayanya gapenting bcs gak terlalu berpengaruh juga ke alur cerita :3
But keep vomment juseyo💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang