CHAPTER 30: APPA TIDAK BERSALAH?

3K 554 44
                                    

Haejung duduk termenung di White note's cafe. Dihadapannya ada segelas cappucino dan sepotong red velvet cake yang mengeluarkan aroma pemikatnya. Asap cappucino itu masih mengepul, hidung Haejung gatal di buatnya.

Haejung menyeruput pelan cappucinonya. Lalu ia mengambil sebuah sticky note berwarna putih, menuliskan sesuatu kemudian menempelkan sticky note yang sudah ditulisnya di dinding cafe itu.

Sekian menit kemudian, seseorang menduduki kursi di hadapan Haejung. Orang itu tampak terburu-buru karena napasnya masih terengah-engah dan ia terlihat tidak nyaman.

"Hai" sapa Haejung sambil tersenyum kikuk.

"Oh, hai" balas orang itu tak kalah kikuknya.

"Mau kupesankan makanan?" tanya Haejung.

"Tidak usah. Aku sedang buru-buru. Ada apa?" tanya orang itu to the point. Nada bicaranya mulai normal. Ia tidak lagi berbicara seolah ia benar-benar membenci Haejung. Orang itu juga tersenyum meskipun hanya senyuman kecil dan matanya mulai menatap Haejung hangat.

"Sebenarnya tidak ada. Bagaimana harimu 2 bulan ini?" tanya Haejung.

Haejung tersenyum. Ia benar-benar penasaran bagaimana 5 bulan ini dijalani orang itu. Apa ia bahagia? Apa ia bertambah pintar? Apa ia mendapat sahabat baru? Apa ia baik-baik saja?

"Ya. Tetap seperti biasa. Hanya saja aku lebih sering di rumah sakit sekarang. Renjun juga," jawabnya. Haejung mengangguk tanda mengerti.

Hari ini tepat 5 bulan sejak ia mendengar suara Jaemin terakhir kali di rumah sakit kala itu. Ya saat ia melihat Renjun yang menperkenalkan Rena pada ibunya. Semenjak kejadian itu, Haejung mulai menarik diri dari mereka. Ia tau memang sebenarnya mereka tidak akan mencarinya karena itulah yang mereka inginkan. Haejung menjauh. Ia pun memutuskan untuk pindah ke kelas lain. Ke kelas Seulbi. Untung saja Park saem menyetujuinya dan ia pun pindah.

"Apa Renjun baik-baik saja?" tanya Haejung.

Jaemin diam sesaat lalu kembali tersenyum kecil, "Ya. Dia baik-baik saja. Rena selalu ada disisinya."

"Oh syukurlah" jawab Haejung juga ikut tersenyum. Entah senyuman jenis apa.

"2 minggu lagi ujian semester dua. Apa kau sudah belajar? Aku tau kau peringkat 67 saat semester satu kemarin. Kau masih Jaemin yang hanya menyukai pelajaran olahraga," Haejung terkekeh. Ia lalu kembali meminum cappucinonya secara perlahan.

Jaemin mengulum bibirnya dengan menaikkan satu alisnya, "aku tau kau peringkat dua. Oh ya? Dan kau masih Haejung yang suka mengejekku," cibir Jaemin.

Haejung mendelik," Kya! Kapan aku pernah mengejekmu. Iss.." Haejung menggelengkan kepalanya dengan mata yang menyipit.
Jaemin tertawa lepas  melihat tampang Haejung yang menurutnya sangat lucu. Haejung terdiam.

Jaemin tertawa lepas.

Jaemin tertawa lepas.

Ajaib.

Haejung merasa secercah harapan baru mulai tumbuh. Atmosfirnya mulai berubah. Haejung mulai kembali merasa nyaman. Tak sadar, bibirnya melengkung naik dengan air mata yang membendung di pelupuk matanya.

Jaemin mulai menerimanya.

Jaemin menyeka air matanya yang keluar karena tertawa. Tawaya pun perlahan menghilang saat melihat wajah Haejung yang menatapnya berbinar-binar. Ia lalu mengetuk kepala Haejung dengan jari telunjuknya yang ditekuk untuk menghilangkan kegugupannya. Ia gugup ditatap seperti itu oleh Haejung. Jangan sampai perasaannya dulu tumbuh lagi.

"Ada apa dengan wajahmu? Kau seperti melihat emas di wajahku. Kau menatapku berlebihan" ucap Jaemin.

Haejung tersenyum tulus,"Hm. Aku menemukan emas di wajahmu. Kenyataan bahwa kau mulai memaafkanku. Itu emas yang paling berharga di hidupku"

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang