CHAPTER 27: TEMAN BARU

2.9K 563 75
                                    

Renjun berlari hingga menabrak beberapa orang termasuk suster yang berlalu lalang disepanjang koridor rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang. Napasnya terengah-engah karena kelelahan. Ia harus cepat. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan eommanya. Siapa yang akan sabar jika seseorang yang mereka tunggu selama 5 tahun sadar kembali? Ada banyak cerita yang ingin diceritakannya.

Setelah berada di depan sebuah ruangan, Renjun berhenti sembari mengatur napasnya. Perlahan tangannya mulai memutar knop pintu hingga pintu itu terbuka.

"E-eomma..." ucapnya lirih sembari berjalan ke arah bangkar eommanya. Melihat Renjun datang, suster yang menangani Nyonya Huang segera bergeser hingga akhirnya keluar dari ruangan itu -mempersilahkan Renjun untuk bicara berdua dengan ibunya.

Eommanya tetap diam tetapi Renjun dapat melihat eommanya tersenyum tipis dan menangis. Pemuda itu mulai menitihkan air mata. Direngkuhnya wanita paruh baya itu dengan erat -menyalurkan seluruh kasih sayangnya.

"Eomma... Eomma...Eomma..."lirih Renjun sembari sesenggukkan. Tangan Nyonya Huang dengan perlahan terangkat untuk mengusap punggung putranya tersebut.

"Eomma!!" pekik seseorang yang baru saja datang yang sempat menabrak pintu. Jaemin berdiri di ambang pintu dengan mata yang mulai berair. Kakinya mulai melangkah cepat ke arah bangkar Nyonya Huang.

Renjun menyeka air matanya dan mulai menegakkan kembali tubuhnya. Jaemin segera mengambil kesempatan itu dan juga merengkuh Nyonya Huang dengan erat.

•°•°•°•°•

Haejung mengendarai motor maticnya membelah jalanan Seoul. Ia sesekali menggigil saat kulitnya bergesekan dengan angin malam. Karena terburu-buru Haejung tidak sempat memakai jaketnya. Mungkin setelah mengantar pesanan ini, ia akan pulang dengan keadaan masuk angin.

Motor itu melambat dan akhirnya berhenti disebuah apartemen. Haejung memarkirkan motornya dan mendongak menatap apartemen tersebut hingga kepalanya sakit. Ia lalu mengambil secarik kertas dari saku celananya -melirik secara bergantian antara kertas dan papan yang tertulis di depan apartemen itu.

Saat Haejung sudah bersiap masuk dengan tentengan kue berasnya, seseorang yang berlawanan arah menabrak Haejung hingga tersungkur. Kue beras itupun hancur karena tertekan tangan dan terduduki Haejung.

Haejung mendelik melihat orang itu. Hingga saat ia melihat segaris wajah dari orang itu yang terlihat familiar, wajah kesal Haejung berubah. Matanya menatap orang yang tadi menabrak -dan kini sudah masuk ke dalam sebuah taksi dan pergi- dengan nanar.

Orang itu Jaemin. Terlihat terburu-buru dengan ponsel yang terus menempel di telinganya. Sepertinya ia juga tidak tau kalau ia baru saja menabrak seseorang. Ia bahkan tidak berbalik, meminta maaf atau bentuk penyesalan lainnya. Ia hanya terus berlari seolah ia baru saja menabrak arwah tembus pandang.

Haejung meringis melihat tangannya yang terkena kuah kue beras, "Astaga, aku tidak bisa memberikan makanan seperti ini ke pelanggan" ucapnya sembari menjauhkan kue beras itu dari tangan dan bokongnya.

Seorang pemuda dengan snapback yang menghadap kebelakang keluar dari apartemen sambil menatap sekelilingnya. Ia sedang menunggu sesuatu yang tadi dipesannya untuk mengisi perut. Saat kepalanya menatap lurus dan sedikit menunduk, pemuda itu melihat Haejung yang berusaha berdiri namun gagal karena rasa nyeri dipinggangnya. Dengan cepat pemuda itu segera berlari dan menolong Haejung.

Pemuda ber-snapback itu menjulurkan tangannya ke Haejung. Melihat sebuah tangan, Haejung mendongak melihat siapa pemilik tangan itu.

Pemuda itu menyodor-nyodorkan tangannya ke arah wajah Haejung sambil berbicara bahasa asing yang tidak diketahui Haejung. Dengan ragu-ragu Hajeung berdiri dengan bertumpu dengan tangan itu. "Kamsahamnida" ucapnya.

Pemuda itu membalas ucapan Haejung dengan bahasa 'alien' itu lagi. Haejung menatap pemuda itu seperti wajah yang tidak mengerti sama sekali.

Mengerti bahwa Haejung tak mengerti apa yang diucapkannya, pemuda itu merogoh saku jaketnya --mengambil sebuah ponsel berwarna hitam berlogo apel keluaran terbaru.

Setelah beberapa saat kemudian, pemuda itu menyodorkan ponselnya ke Haejung.

Kau tidak apa-apa? Tubuhmu pasti lengket terkena kuah makanan itu.

Haejung membaca translate-an itu sambil mengangguk mengerti.     Ia menggeleng pelan, "I'm fine," balasnya. Pemuda itu menarik ponselnya dan mengetik sesuatu.

Apa kau kurir yang mengantar kue beras?

Haejung mengangguk. Tiba-tiba matanya membulat.

"Kau yang memesan kue beras itu? Maafkan aku. Ini kesalahanku karena tidak berhati-hati. Aku akan datang dengan kue beras yang baru dengan secepat kilat. Sekali lagi maafkan aku. Eh, apa ya bahasa inggrisnya?" tuturnya sembari membungkuk dalam meskipun orang yang ada didepannya kini mungkin seumuran dengannya.

Pemuda itu menggeleng lalu kembali menyodorkan ponselnya.

Tidak usah. Sudah malam dan kau tidak memakai jaket ke sini. Sekarang sudah malam dan musim dingin. Kau mau mati membeku? Sebaiknya mengantarnya besok pagi. Ya itu juga kalau kau mau. Aku mengerti bahasa korea hanya saja aku tidak bisa mengucapkannya. Berbicaralah dengan nyaman dengan bahasa korea

Haejung mengangguk. "Aku senang ternyata kau mengerti apa yang aku katakan. Baiklah besok pagi aku akan mengantarkannya padamu tepat waktu."

Haejung memungut sisa-sisa kue beras itu dan memasukkannya ke dalam tong sampah. Ia melambaikan tangannya pada pemuda itu sembari berjalan ke arah motornya, tapi dengan cepat pemuda itu mengejarnya dan menyodorkan jaket yang dipakainya dan ponselnya secara bersamaan.

Pakai saja jaketku. Kau bisa mengembalikannya besok

Haejung kembali menyerahkan dua benda itu, "Tidak usah. Aku akan baik-baik saja" ia tersenyum.

Kau bisa mengembalikannya besok saat mengantar pesananku.

Haejung mengulum bibirnya sebelum mengangguk, "Baiklah. Terima kasih. Maaf merepotkanmu--" Haejung menggantung kalimatnya karena tak tau nama pemuda itu.

"Chenle imnida" ucap pemuda bernama Chenle itu. Mendengar logat yang dibawakan Chenle bukan logat korea atau inggris, Haejung sepertinya tau Chenle berasal dari mana. China.

"Xie xie"ucap Haejung membuat senyum Chenle mengembang dan menganggukkan kepalanya. 

•°•°•TBC•°•°•

P.s: sori klo banyak typo soalnya lagi males ngedit :v

Vomment juseyo💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang