CHAPTER 29: BA(D)AY

2.9K 562 85
                                    








Lee Seulbi: bisa aku pinjam novelmu?

Park Haejung: untuk apa?

Lee Seulbi: untuk dimakan. Kelihatannya lezat.

Park Haejung: sinting.

Lee Seulbi: iss jelas aku ingin membacanya, sayang. Aku tidak ada kerjaan. Aku datang ke rumahmu ya?

Park Haejung: bawa makanan yang banyak. Aku lapar

Lee Seulbi: makan saja rambutmu. Kalau masih lapar makan telingamu. Masih lapar? Lahap satu persatu bagian tubuhmu

"Ck, dia gila. Untung teman" ucapku.

Park Haejung: aku menunggu kehadiranmu :)

Aku meletakkan ponselku ke sembarangan tempat -yang pasti masih di sekitarku. Tatapanku kembali fokus kepada novel yang ada di pangkuan kaki yang berselonjoran di atas kasur. Aku benar-benar malas melakukan apa-apa hari ini.

Aku mengambil snack secukupnya dan memasukkannya ke dalam mulut sebagai selingan agar aku tidak terlalu bosan membaca novel. Kalian pasti tau, novel yang tebalnya bisa mencapai 400 halaman sangat jarang memuat gambar. Seseru apapun ceritanya, aku tetap akan sedikit bosan saat melihat rangkai kata yang disusun sedemikian rupa menjadi sebuah syair yang mengagumkan.

Line!

Park Haejoon: aku akan menjemputmu. Kita akan menjenguk appa.

Aku memutar mataku. Aku tidak bisa menjenguk appa disaat seperti ini. Mungkin saat tiba di kantor polisi saja aku sudah menangis. Tidak- tidak. Ini bukan saat yang tepat.

Park Haejung: Sirheo.

Park Haejoon: Haejung-ah, tidakkah kau merindukan appa? Ayolah.. Sebentar saja, ya?

Park Haejung: aku tidak bisa. Beri aku waktu.

Aku kembali menaruh ponselku. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk seseorang. Pasti Seulbi.

Tanpa aku buka, pintu tersebut sudah dibuka dari luar. Seulbi datang dengan pakaian santainya yang terlihat sangat modis.

Dan ia tidak membawa makanan.

"Kya! Mana makananku?" tanyaku sembari meminta. Gadis itu merogoh slin bagnya yang kecil. Makanan apa yang muat didalam tas sekecil itu?

"Nah," ia melemparkan sebuah makanan ringan yang aku lihat di iklan dapat mengurangi nafsu makan. Dalam arti lain ini snack untuk orang yang sedang diet.

"Mana kenyang hanya makan ini" gerutuku. Ia dengan santainya memukul kepalaku dengan novel yang tadi aku baca, "Masih untung aku membawanya" lalu ia duduk selonjoran di atas kasur --disebelahku.

"Tidakkah ini membosankan?"

"Hm. Bagaimana jika kau menemaniku ikut audisi?"

Aku menatapnya hororr. Aku bisa mati kelelahan karena menemaninya audisi. Sekarang pukul 11. Jika ia audisi sekarang, nomor urutnya akan jauh di belakang. Biasanya 'kan peserta audisi datang pagi-pagi untuk mendapat kesempatan lebih awal. Bahkan ada yang tidur di lokasi audisi. Pengorbanan menjadi idol, ck.

"Tidak-tidak. Kau saja sana" ucapku. Ia mengerucutkan bibirnya.

"Jalan-jalan?" tanya Seulbi. Aku menganggukkan kepalaku. Sepertinya menyenangkan.

"Haejung! Bisa kau antar pesanan ini?!" terdengar teriakan eomma dari --entah dari mana. Aku segera menepuk paha Seulbi -memberi tanda ia harus mengikutiku- dan segera berlari kecil menuju eomma.

"Sepertinya tidak jadi jalan-jalan" gumam Seulbi. Aku mengedikkan bahu tak tahu. "Mungkin setelah mengantar itu. Kau mau ikut denganku?"

Ia mengangguk, "ya, Apa boleh buat"

Aku menuju ke dapur kedai, "Eomma, mana yang harus ku antar?"

Eomma memutar badannya sekilas lalu kembali memasak kue beras, "di meja kasir. Alamatnya juga ada disana"

•°•°•°•°•

"Bagaimana bisa seseorang yang berada di rumah sakit memesan kue beras pedas?" tanya Seulbi menjurus ke menggerutu. Entah apa yang dikesalkannya.

Aku hanya menatapnya sekilas lalu kembali memperhatikan pintu-pintu ruangan di rumah sakit ini. Sudah 15 menit kami berkeliling mencari ruangan 303 namun tak kunjung ketemu. Kalau tau begini sebaiknya aku tadi hanya menitipkannya ke suster-suster yang berlalu lalang.

Saat aku hampir saja menyerah -dengan Seulbi yang masih saja menggerutu- terlihat sebuah pintu ruangan bertuliskan '303-Kim Youngmi'.

"Akhirnya," ucapku sembari tersenyum lega. Seulbi segera menegakkan kepalanya dan menatap ruangan itu. Mulutnya mulai berkomat-kamit mengucapkan terima kasih kepada tuhan. Aku terkekeh melihat itu.

Kami mulai berjalan mendekati ruangan itu dan aku baru sadar pintunya sedikit terbuka membuat pembicaraan orang-orang yang berada di dalam ruangan itu terdengar.

"Jaemin-ah, bisa kau tunggu diluar? Aku tadi memesan kue beras. Mungkin kurirnya akan kebingungan."

"Tunggu sebentar. Sedikit lagi aku menang,"

"Terserah saja. Oh Rena-ya, mianhae. Ini ibuku. Eomma, ini Rena,"

Aku membulatkan mataku saat mendengar suara-suara itu. Kepalaku mendekati celah pintu yang terbuka lalu sedikit mengintip dengan hati-hati. Ada Renjun dan seorang wanita yang tertidur di bangkar. Di sebelah Renjun ada seorang gadis yang terlihat familiar. Aku tidak tau gadis itu siapa karena ia membelakangi pintu --tempat aku mengintip.

"Ini Rena, kekasihku"

Aku membekap mulutku. B-bagaimana bisa?

"Ada apa?" Seulbi menggeser tubuhku yang membeku. Ia lalu mengintip melalui celah pintu.

"Kya kya.. Itu Renjun..dan Rena?" ia menatapku sekilas lalu kembali mengintip.

"K-kenapa Renjun menggenggam tangan Rena?"

Aku menggantung kue beras pesanan mereka di knop pintu. Aku lalu menarik tangan Seulbi untuk menjauh. Aku berjalan sambil terus memegang tangan Seulbi. Aku harus menjauh dari ruangan itu jika tidak ingin semakin sakit hati.

Renjun memperkenalkan Rena pada ibunya. Sebagai kekasihnya. Berarti selama ini hanya aku yang berharap lebih. Hahaha bagaimana bisa aku mengharapkan orang yang membenciku?

Tapi perasaanku lebih besar dari perasaan bencinya padaku.

•°•°TBC°•°•

Baca ceritaku yg lain yuk! Cek profil aku atau search aja:
A. Bad (Lee Jeno-NCT Dream)
B. A whole new world (Jung Jaehyun)

C. Maple (Lee Jeno- NCT Dream)

D. Beauty and the Bitch (Ten NCT & Lisa Blackpink)

E. Sampah (Taeyong NCT & Jisoo Balckpink)

Oh ya panggil aja aku fafad atau fad. Jangan thor karena aku bukan superhero yg bawa palu itu😂

Vomment juseyo. 30 Comment , besok pagi aku next👅💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang