CHAPTER 15B: APA YANG AKU LAKUKAN ITU.. SALAH?

3.4K 585 33
                                    

"Berhentilah berkata seperti aku adalah orang yang lemah" ucap Renjun dengan tak kalah sengit.

Setiap pasang mata mulai menatap Renjun yang berdiri di tak jauh dari mading. Perlahan pemuda itu berjalan mendekat, menerobos kerumunan orang, dan berdiri tepat di depan Jaemin dan Haejung.

"Mwonenggoya?" tanyanya pada Jaemin.

Haejung menatap mata Renjun dengan nanar. Di balik kacamata itu, Haejung tahu kalau Renjun sekarang hanya berusaha tegar.

Melihat Renjun dan Jaemin yang kini berhadapan membuat desis-desis itu semakin menjadi. Mereka mulai berbisik dan menatap keduanya dengan sinis. Sedangkan Renjun dan Jaemin masih adu pandangan. Tak lama, Haejung dapat melihat dengan jelas rahang keduanya mulai mengeras serta tangan yang saling mengepal. Haejung menggigit kukunya dengan risih. Ia takut Jaemin dan Renjun akan adu jotos disini.

Haejung menyenggol bahu Seulbi yang berdiri disampingnya dengan wajah yang sudah menahan nangis. Satu yang Haejung tangkap, Seulbi adalah gadis yang cengeng, ani, maksudnya mudah tersentuh. Sepertinya gadis itu selalu membawa perasaan untuk segala hal.

"Seulbi-ya.." bisik Haejung membuat Seulbi menoleh dan mendekatkan wajahnya. "Mwo?" tanyanya.

"Sepertinya Renjun dan Jaemin akan pecah sebentar lagi. Apa yang harus kita lakukan?" tanya Haejung sedikit panik saat melihat tangan Renjun yang tadi sudah mulai terangkat namun tidak jadi.

Seulbi menatap Jaemin dan Renjun sekilas, "cium saja Renjun seperti kemarin"

Mata Haejung membulat. Ia lalu memukul tangan Seulbi membuat gadis itu meringis kecil. Seulbi lalu mengelus tangannya sembari terkekeh namun matanya sudah berlinang.

Haejung menjentikan jarinya. Ya, hanya itu caranya. Semua orang tahu mereka berpacaran bukan? Sepertinya tidak apa-apa daripada harus melaksanakan ide gila dari Seulbi. Haejung sudah cukup malu untuk yang kemarin.

Haejung tahu itu memalukan. Tapi ia harus melakukannya. Bagaimana kalau Renjun tidak peduli? Haejung yang akan malu pada akhirnya.

Kalian tahu apa idenya?


Pura-pura pingsan.

Ya ide yang cukup hebat untuk keadaan genting seperti saat ini.

Haejung memulai aksinya. Perlahan gadis itu memegang kepalanya. Ia juga mulai merubah mimik wajahnya seperti orang yang benar-benar kesakitan. Perlahan, ia melangkahkan kakinya ke arah Renjun, tepat pada saat tangannya menyentuh tangan Renjun tubuhnya hampir mulai ambruk ke lantai membuat Renjun dengan sigap menahan tubuh Haejung.

Diam-diam Haejung tersenyum. Ternyata Renjun masih peduli padanya. Ternyata Renjun tidak marah padanya. Ternyata Renjun masih menganggapnya. Kenyataan itu membuat hati Haejung menghangat. Lagipula sebenarnya apa yang membuat Renjun marah padanya?

Jaemin dengan panik segera menepuk-nepuk pipi Haejung. "Haejung-ah, Haejung-ah! Kya! Ini tidak lucu! Park Haejung!" saat Jaemin ingin mengangkat tubuh Haejung, Renjun segera mengangkat tubuh Haejung saat sebelumnya ia sempat memperbaiki letak kacamatanya yang sudah turun karena menunduk. Jaemin menahan tangan Renjun, "Biar aku saja" ucapnya.

Renjun menatap tangan Jaemin yang memegang pergelangan tangannya dengan sinis, "Biar aku saja" ucap Renjun.

"Hyung" ucap Jaemin membuat Renjun menutup matanya. Biasanya ia akan langsung luluh jika Jaemin telah memanggilnya hyung. Sepertinya tidak untuk kali ini.

Renjun membuka matanya dan menatap Jaemin dengan sungguh-sungguh. "Biar aku saja" ucap Renjun sekali lagi lalu segera membawa Haejung ke unit kesehatan.

•°•°•°•

Saat Renjun ingin memasuki ruang kesehatan, matanya bertabrakan pada mata seseorang yang baru saja keluar dari ruang guru yang berhadapan dengan ruang kesehatan. Orang itu menatap Renjun nanar sedangkan Renjun menatap orang itu datar, namun sedetik kemudian saat bibir Renjun ingin tersenyum orang itu segera melongos pergi. Haejung yang sempat mengintip karena merasa Renjun tak bergerak mengernyitkan dahinya.

Bukankah itu Rena? pikir Haejung

Renjun dengan cepat segera masuk ke ruang kesehatan, menaruh Haejung pada salah satu bangkar dan segera pergi keluar dari ruangan berbau antibiotik itu. Ia berniat mengejar Rena. Ia ingin menjelaskan dan meminta penjelasan semuanya. Ia ingin hubungannya dengan Rena berjalan seperti dulu. Hubungan yang baik-baik saja.

Namun saat melewati meja dokter penjaga ruang kesehatan yang berada tepat di depan pintu keluar, Renjun memberhentikan langkahnya berniat membuat laporan bahwa ada seseorang yang pingsan. Namun niatnya pupus karena dokter itu tak berada di sana.

Pikiran dan hatinya mulai bergejolak. Apakah ia harus menemani Haejung disini hingga ia sadar, atau mengejar Rena? Tidak mungkin ia meninggalkan Haejung yang sedang pingsan seorang diri dalam ruang kesehatan. Ia juga tidak mau meninggalkan kesempatan untuk berbicara dengan Rena. Ingin rasanya saat itu juga ia berlari ke arah Rena, memeluk gadis itu dengan erat dan mengatakan 'bogoshipo' hingga ratusan kali.

Haejung menendang selimut yang sudah menutupi tubuhnya. Sebenarnya siapa Rena? Kenapa saat bertemu Rena, Renjun menjadi diam dengan mata yang menatap Rena dengan tatapan yang tak bisa diartikan?

"Sebenarnya Rena itu siapa? Kenapa ia selalu menatap Renjun dengan tatapan yang benar-benar tersakiti? Renjun juga manatapnya seperti Rena adalah orang yang sangat dicintai........" Haejung terdiam saat sadar akan pemikirannya.

"Rena adalah orang yang Renjun cintai?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan tak percaya.

"Lalu kenapa Rena bisa nyasar ke sekolah ini?"

"Kau tahu Rena ada di sekolah ini?"

Haejung terdiam. Dengan capat ia segera menutup matanya seolah-olah ia dalam keadaan pingsan. Namun terlambat. Renjun tahu Haejung tidak benar-benar pingsan.

"Pembohong" gumam Renjun menatap Haejung datar.

Haejung segera mengutuk dirinya sendiri lalu dengan perlahan membuka matanya. Ia manatap Renjun sambil tersenyum getir.

"Hehehe.. Annyeong, Renjun-ah"

"Kau keterlaluan Park Haejung. Tadi Jaemin hampir saja ikut pingsan saat dia tahu kau pingsan!" tutur Renjun sedikit menaikkan voluma bicaranya.

Haejung mengernyit bingung, "Mengapa Jaemin juga hanpir pingsan?"

"KARENA DIA MENYUKAIMU! pabbo. DIA MENYUKAIMU! berhentilah bersikap ke kanak-kanakan"balas Renjun.

" bersikap kekanak-kanakan kau bilang? Aku hanya berniat memisahkanmu dengan Jaemin agar kalian tidak saling bunuh. Kenapa malah aku yang disalahkan? Jaemin menyukaiku? Ck, kau bercanda?" Haejung menatap Renjun dengan air mata yang sudah bertengger di pelupuk matanya.

"Tidak ada gunanya berbicara padamu. Karenamu, aku jadi kehilangan kesempatan berbicara dengan Rena" lalu pemuda itu segera pergi meninggalkan Haejung seorang diri.

"Tapi aku menyukaimu. Tak perduli siapa yang akan aku hadapi. Aku menyukaimu"

•°•TBC•°•

Feelnya dapet ga? Semoga dapet ya soalnya aku baper sendiri ngetiknya╥﹏╥ sakit ga sih kalo suka sendirian tuh? Pasti pada pernah ngerasain ya terutama sama bias #sokbijak #gangertiauthorngomongapa

Jangan lupa vomment💕

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang