CHAPTER 13B: BOLEHKAH AKU MENANGIS?

3.4K 596 18
                                    

Aku mengetik pesan untuk Jaemin. Aku benar-benar bosan seharian ini sejak pulang sekolah aku terus menerus mengurung diri di dalam rumah. Tadi sebelum menuju ke cafe tempat Jaemin berada, aku menyempatkan diri pergi ke rumah sakit.

Ya.. Menjenguk eomma.

Keadaannya tidak membaik dan tidak memburuk. Keadaannya sama saja seperti yang kemarin-kemarin. Tak ada kemajuan. Ia masih tetap seperti robot yang memiliki detak jantung. Hanya monitor itu yang memberi tahu apakah eomma masih hidup atau tidak.

Eomma, aku, dan Jaemin. kecelakaan 5 tahun yang lalu saat kami baru saja pulang dari Beijing. Namun keadaan Eomma lah yang terparah. Saat perjalan dari Incheon ke Gangnam, mobil yang kami tumpangi ditabrak oleh sebuah truk gandeng yang ugal-ugalan. Aku tak tahu pasti truk itu benar-benar ugal-ugalan atau karena hal tertentu. Penyebabnya selalu ditutupi oleh polisi. Mereka mengatakan itu bukan urusanku. Yang terpenting adalah pengendara truk tersebut tertangkap.

Namun kenyataannya pengendara truk itu menghilang seperti di telan bumi.

Aku, Chanyeol hyung, dan Jaemin telah berusaha mencari kaluarganya untuk meminta pertanggung jawaban. Bukan pertanggung jawaban seperti membiayai eommaku hingga sembuh, kami meminta agar supir truk itu menerima hukuman yang setimpal.

Siapa pun dia, dia adalah orang yang namanya paling depan dalam daftar blacklist-ku. Apapun alasannya, aku benar-benar tidak bisa memaafkannya. Dia menyebabkan eomma masih tidak sedarkan diri hingga sekarang. Meskipun nantinya kasus ini sudah berpuluh-puluh tahun, aku akan tetap kembali membukanya saat orang itu keluar dari tempat persembunyiannya. Setidaknya aku harus mengetahui siapa keluarganya.

Aku membayar taksiku lalu turun. Aku mengeratkan jaketku lalu segera masuk ke dalam White Note's cafe. Dari luar, aku dapat melihat Jaemin bersama dua orang perempuan. Perempuan yang menghadap ke depan itu Haejung. Jelas sekali dari cara tersenyumnya, manis.

Tapi sepertinya aku juga mengenali sosok perempuan yang lain. Perempuan yang duduk di hadapan Jaemin dan Haejung yang otomatis membelakangi pintu masuk.

Sepertinya aku mengenalnya.

Aku mempercepat langkahku. Dentingan lonceng berbunyi ketika aku mulai mendorong pintu masuk membuat beberapa orang menyorotiku sekilas. Termasuk Haejung.

Aku tersenyum kecil lalu berjalan ke meja mereka.

"Hai" sapaku membuat Jaemin yang sedari tadi tampak melamun terlonjak dan melihatku dengan mata sedikit membulat.

"Hai. Aku suka gayamu saat ini" ucap Haejung menyelipkan senyumnya. Aku suka senyumannya. Senyuman yang menular, membuat siapapun yang melihatnya akan ikut tersenyum.

Aku menatap sekilas perempuan yang masih menghadap Haejung dan Jaemin. Aku menatap Jaemin ingin bertanya 'gadis ini siapa' tapi makhluk itu sibuk akan makanannya. Ia makan terburu-buru dan terlihat sedikit... Panik?

"Boleh aku duduk disini?" tanyaku sopan sembari menunjuk kursi yang ada di sebelahnya perempuan itu, kursi yang berhadapan dengan Haejung.

Tak ada jawaban. Ia tetap diam. Tak sedikitpun kepalanya bergerak membuat perasaanku mulai tak enak.

"Bogoshipo, Renjun-ah"

Aku terdiam. Suara itu... Aku mengenal suara itu. Suara yang sangat aku rindukan. Suara yang membuat hatiku teduh di bawah teriknya matahari, dan suara yang juga membuatku jatuh.

Semua sendi-sendiku seperti mati rasa. Tak ada yang bisa bergerak. Bahkan bibirku kelu untuk sekedar menjawab sapaannya. Kenapa dia kembali?

Gadis itu menolehkan kepalanya, "Annyeong. Apa kabarmu?"

Suara itu lagi-lagi menggoreskan segores luka. Bolehkah aku menangis disini?

•°•°TBC°•°•

Hai. Happy 2k+🎉 maaci buat yang udah baca ff abal-abal ini. Tanpa kalian ff ku cuma pajangan doang :'

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang