CHAPTER 16: JAEMIN YANG MENYUKAI HAEJUNG

3.4K 580 17
                                    

Renjun menatap Rena yang kini berdiri disebelahnya. Keadaan menjadi canggung. Renjun membuka mulutnya -ingin mengatakan sesuatu namun tidak jadi. Nyalinya menciut saat kembali menatap Rena.

Gadis itu masih seperti 8 bulan yang lalu. Tak ada perubahan yang signifikan. Hanya gaya berpakaiannya yang mulai berubah. Ada satu hal yang juga ikut berubah.

Tatapannya.

Rena tak menatap Renjun dengan hangat lagi. Rena menatap Renjun dengan tatapan hampa. Ia tak tahu mereka sebenarnya apa. Cukup sulit berada di status seperti sekarang, dan siapa yang peduli status dan perasaan remaja yang belum genap 17 tahun? Mereka -orang dewasa- akan berpikiran cinta diumur itu adalah hal konyol. Cinta yang timbul dengan cepat dan akan lenyap seiring berjalannya waktu.

Renjun berdeham untuk menetralkan suasana. Beberapa menit yang lalu Renjun dapat mengejar Rena. Ia lalu menarik Rena ke rooftop sekolah, tempat yang belakangan ini sering dikunjunginya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Rena akhirnya mengeluarkan suaranya.

Renjun terdiam. Bahkan suaranya masih selembut itu, batin Renjun.

"Seperti yang kau lihat" jawab Renjun.

"Bagaimana 8 bulan terakhirmu?"

Renjun menaikkan kedua alisnya lalu menghela napas panjang. "Not fine. Kau pasti sudah melihat yang di mading itu"

Rena meringis, "oh ya. Aku sempat melihat itu tadi. Hm.. Itu benar-benar kau? Dan... Jaemin?" tanya Rena hati-hati berusaha agar pertanyaannya tidak menyakiti Renjun.

Renjun menolehkan kepalanya menatap Rena. Rena yang merasa ditatap juga ikut menolehkan kepalanya menatap Renjun.

Dia semudah itu percaya pada foto yang belum tentu benar, batin Renjun.

Renjun merenung. Matanya memang menatap Rena, namun baginya objek yang ada di depannya ini tidak terlihat. Buram, karena pikirannya tengah melayang kemana-mana. Ia jadi teringat saat foto itu pertama kali di tempel. Saat itu Haejung walaupun secara tidak langsung sudah membelanya. Saat itu Haejung tidak ikut percaya pada foto itu. Dan hingga kini ia masih percaya dan yakin, bahwa difoto itu bukanlah Renjun.

"Menurutmu?"

"Molla. Makanya aku bertanya. Foto itu terlihat nyata"

Renjun tersenyum miris, "Ya terserah. Pikirkan semaumu"

Rena mengangguk singkat, "Okay"

Lalu keadaan kembali hening. Renjun mulai memikirkan Haejung. Sedangkan Rena tengah menunggu kejelasan dari Renjun.

Bagaimana kalau perkataan ku tadi menyakiti perasaanya?, pikir Renjun cemas.

"Jadi... Kita apa?" tanya Rena yang sudah tidak tahan. Ia pikir Renjun mengajaknya ke rooftop untuk melepaskan kerinduan. Seperti memeluknya? Entahlah. Awalnya Renjun memang berniat seperti itu namun perasaan itu hilang.

"Manusia?" Renjun bertanya dengan nada bercanda.

Rena memutar matanya lalu terkekeh, "Aku tahu itu. Hubungan kita.."

Renjun tersenyum tulus. Dalam hati ia terus mengucapkan doa agar keputusannya ini tidak salah. Agar ia tak menyesalinya dimasa depan.

"Bagaimana kalau kita berteman?"

•°•°•°•°•

"Gwaenchana?" tanya Jaemin panik. Haejung mengangguk sembari tersenyum. Ia lalu duduk di bangkunya yang ada disebelah Jaemin.

"KARENA DIA MENYUKAIMU! pabbo. DIA MENYUKAIMU!"

Haejung menatap Jaemin cukup lama saat perkataan Renjun tadi terngiang di telinganya. Ia benar-benar tak pernah berpikir akan hal itu. Ia bahkan tak menyadari tingkah Jaemin yang sangat baik padanya. Hanya pada Haejung.

"Waeyo?" tanya Jaemin karena sedikit risih ditatap lama seperti itu.

Haejung menggeleng. "Aniyo"

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Dikelas bahkan sudah sepi. Hanya tinggal Jaemin dan Haejung yang masih sibuk membereskan barang-barang mereka. Sepertinya tidak ada yang mau piket hari ini melihat tak ada satupun orang yang membersihkan kelas mereka. Kelas masih kotor dengan sampah kertas dimana-mana.

Jaemin menatap miris gumpalan kertas yang berada di dekat kakinya, "ck, dasar pemalas. Disekolah lamaku bagi yang tidak melaksanakan piket akan dapat hukuman" jaemin mengangkat kepalanya menatap Haejung, "Apa disini--" perkataannya terhenti saat kembali melihat Haejung yang tengah menatapnya.

Sebenarnya Haejung kenapa?, batinnya.

"Haejung-ah, wae? Apa di kepalaku ada sesuatu? Atau digigiku ada cabe?" tanya Jaemin seraya mengelus-elus kepalanya berusaha menghilangkan sesuatu jika memang ada.

Haejung menggeleng, "Tidak. Ayo kita pulang!" seru Haejung kembali ceria lalu merangkul Jaemin keluar dari kelas.

"Aku harus bersikap seperti biasa. Perkataan Renjun belum tentu benar. Lagipula, tidak salah jika menyukai seseorang. Yang harus aku lakukan adalah pura-pura tidak tahu hingga akhirnya ia sendiri yang mengatakannya."

•°•°TBC°•°•

Vomment juseyo💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang