CHAPTER 28: PARK HAEJUNG NAMANYA

3.1K 562 16
                                    






Seharusnya hari ini Haejung bangun lewat dari jam 10. Ini hari minggu, untuk apa bangun pagi?

Haejung mengikat rambutnya dengan karet gelang yang didapatnya di dekat kompor. Dihadapannya sudah ada sekotak kue beras dan sebuah paper bag berisi jaket. Setelah berpamitan dengan ibunya, Haejung mengambil barang-barang itu dan melesat menggunakan motornya membelah jalanan Seoul yang dingin.

Haejung memarkirkan motornya masih ditempat yang sama seperti tadi malam. Ia melepas helmnya dan berjalan sambil sesekali menguap menuju apartemen itu.

"Permisi, apa aku bisa menitip barang ini untuk--" Haejung diam. Berusaha mengingat siapa nama pemuda baik hati itu.

"Chenle imnida"

"Chenle. Untuk Chenle" ucap Haejung yakin. Perempuan berseragam yang duduk di belakang meja informasi itu mengangguk. "Atas nama siapa?" tanyanya.

"Haejung" jawab Haejung lalu tersenyum tipis.

•°•°•°•°•

"Renjun-ah.."

Renjung sedikit bergerak mendengar panggilan itu. Diubahnya posisi kepalanya yang semula ke arah kiri menjadi ke arah kanan. Tangannya yang semula ia jadikan bantal kini menggantung kedua sisi tubuhnya. Hanya kepala dan dadanya yang menempel pada pingir kasur.

Jaemin menatap eommanya, "Eomma, aku akan ke kantin. Kalau ada apa-apa pukul saja kepala Renjun dengan keras. Ia pasti langsung bangun dan membantu eomma. Oke?" Jaemin tersenyum lebar.

Nyonya Huang terkekeh dibalik alat bantu pernapasannya yang masih terpasang menutupi hidung dan mulut. Ia mengangguk membuat Jaemin segera melaksanakan niatnya. Sarapan di kantin rumah sakit.

Perlahan, Renjun kembali berubah posisinya. Beberapa kali hingga akhirnya kepalanya terangkat dengan mata yang setengah terbuka. Ia tersenyum -dengan mata yang masih setengah terbuka- menatap ibunya. Tangannya kemudian terangkat untuk mengucap matanya yang terasa gatal.

"Pagi, eomma"

Nyonya Huang mengangguk sembari tersenyum.

Renjun berlari sebentar ke kamar mandi di ruangan ibunya untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu ia kembali duduk di kursi yang sejak semalam ia duduki.

"Eomma, apa eomma mau mendengar ceritaku?" tanya Renjun bersemangat dengan mata berbinar-binar. Nyonya Huang mengangguk cepat.

"Aku sudah kelas 10 sekarang. Astaga kita terakhir kali mengobrol saat aku masih di sekolah dasar," Renjun terkekeh. "Sudah banyak yang aku lalui selama 5 tahun ini. Bahkan aku jatuh cinta pada seorang gadis," lanjut Renjun. Nyony Huang kembali mengangguk cepat.

"Sepertinya eomma penasaran dengan kisah cintaku. Oke akan aku ceritakan. Saat itu aku sudah menyukainya saat pertama kali bertemu. Namun aku tidak punya keberanian untuk menyatakan perasaan padanya. Aku saja tidak berani mengatakan hai. Jaemin juga menyukai gadis itu. Ya kami sedikit bertengkar karena hal itu. Eomma tidak marah kan?"

Nyonya Huang menggeleng pelan. Diam menunggu kelanjutan cerita yang keluar dari mulut putranya itu.

"Gadis itu memilihku. Dan kami berpacaran selama beberapa bulan. Tapi saat kelulusan, ia pindah ke London dan datang lagi saat aku sudah menyukai gadis lain. Yang aku sesalkan, aku dan Jaemin kembali menyukai gadis yang sama. Apa kali ini aku harus merelakannya?" tanya Renjun lebih menjurus ke dirinya sendiri.

"Aku berpikir wajar Jaemin menyukai gadis itu. Ia dan gadis itu bersahabat sejak Jaemin pindah ke Seoul. Selalu berdua. Aku rasa mereka berpisah hanya saat akan ke WC. Tapi aku? Aku heran dengan perasaanku. Aku tidak dekat dengannya. Aku tidak sering berada di dekatnya. Ia hanya pernah membelaku saat aku terkena masalah. Hanya dia yang membelaku. Itu membuat hatiku menghangat" tutur Renjun yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Nyonya Huang.

"Ia pernah datang ke rumah saat aku sakit. Aku merasa penyakitku hilang. Berjalan waktu, aku mengetahui Jaemin juga menyukai gadis itu. Aku berusaha menjauh, mengatakan hal-hal kasar dan dingin kepadanya. Setelah itu aku hanya menatapnya dari jauh,"

"Tapi sekarang, aku membencinya. Ia anak si penabrak itu. Anak kandung. Aku tidak bisa menerima itu."

"Tapi eomma, aku masih ingin menatapnya. Aku masih ingin melihat senyumnya. Aku ingin merasakan kehangatan hatinya. Aku ingin mendengar celotehannya. Tapi sebelah hatiku menolak itu dan mengatakan yang sebaliknya. Aku harus menjauhinya. Aku harus bersikap dingin padanya."







"Park Haejung namanya,"

•°•°TBC°•°•

Ini buat yg minta fast update, udah cepetkan? Ya meskipun udah larut😂
Vomment juseyo💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang