3. Dendam.

8.4K 601 81
                                    

~Davichi - Forgetting You~



~~~
Caca menutup pintu mobilnya dengan kasar, Pak Seno yang baru saja memejamkan matanya saja sampai tersentak kaget dan tanpa sengaja menekan klakson yang membuat Caca merengut kesal. Rasa lelah seharian ini membuatnya ingin cepat-cepat sampai rumah dan berendam dalam bath up.

"Non Caca mau minum?" tawar Pak Seno berbaik hati mengulurkan sebotol air mineral.

Caca menggeleng, "nggak usah Pak. Cepet jalan aja, aku capek," ucap Caca yang langsung disambut dengan injakan gas oleh Pak Seno. Pak Seno menoleh ke arah belakang dan mendapati Caca sudah sibuk dengan gadget nya.

Akhir-akhir ini Caca sering uring-uringan tak jelas, semua orang kena semprot. Hanya karena sepatunya hilang sebelah, dua hari dia mendiamkan orang rumah. Padahal sepatu itu ternyata yang sebelah ada dalam mobilnya.

Sebenarnya inti permasalahannya adalah karena Senja yang terus meminta Caca untuk berhenti jadi model. Sebenarnya Caca bisa menyanggupi itu dengan mudah, tapi setelah itu bagaimana caranya membiayai hidup? Apalagi niatannya untuk kembali sekolah jika dia sudah berhenti jadi model, semuanya tak akan terlaksana.

Alasan itu cukup jelas kan? Tapi Senja tak mau mengerti, rasanya semua kesalahan ada di Caca. Pulang dari pasar malam itu mereka bertengkar, bahkan sudah seminggu ini tak ada komunikasi dari keduanya. Mereka masing-masing tak mencoba untuk menghubungi lebih dulu, terlalu kesal dan marah satu sama lain.

Sebelum sampai rumah, Caca menyempatkan diri mampir ke cafe milik Raka ada hal yang harus dia sampaikan pada pasangan itu. Keadaan cafe yang cukup lengang membuat Caca bergerak bebas dan langsung naik ke lantai dua.

Berniat untuk langsung menemui pemilik cafe, Caca langsung membuka pintu yang tepat berada di ujung tangga.

"Emhhh..." Caca mendengus kesal saat dia melihat Vita dan Raka bergelung di sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan kesal dia mengetuk pintu keras-keras membuat pasangan itu langsung memisahkan diri.

"Aw!!" jerit Raka. Caca memutar bola matanya malas. Tanpa peduli keadaan Raka yang kini sudah berguling di lantai sambil memegangi bokongnya, Caca masuk dan duduk di sofa single yang berhadapan dengan Vita.

"Sialan lo Ca! Gue baru aja mau dapet jatah setelah sebulan puasa dan lo! Aghh pusing gue." Raka berdiri dari duduknya dan melangkah cepat memasuki sebuah kamar di ruangan itu.

Bodo amat! Batin Caca.

Dia bahkan tak peduli jika Raka puasa satu tahun sekali pun. Seharusnya para sahabatnya itu menunggunya untuk menikah, agar saat mereka mesra-mesraan Caca juga bisa. Tapi apa? Bahkan semua sudah punya pasangan masing-masing dan tak peduli dengan Caca.

Caca mencoba menghilangkan bayangan ketika dia menolak Senja, salahnya sendiri sih karena tak menerima ajakan Senja waktu itu. Caca mengamati sekitar, dan akhirnya meloloskan decakan kagum melihat betapa lengkapnya ruangan itu. Hampir mirip dengan apartment milik Anya.

"Lo ada apa kesini Ca?" tanya Vita yang kelihatannya juga kesal pada Caca.

Caca terkekeh pelan lalu mengeluarkan sebuah undangan dari tasnya. Diserahkannya kartu itu pada Vita. "Ada undangan buat lo sama Raka," ucap Caca dengan senyum manisnya.

Vita menerima undangan itu dengan tatapan bertanya. "Ini undangan nikahan lo? Atau undangan ijin sakit sih Ca? Kok nggak rame gini undangannya, simple banget malah."

Caca terdiam setelah mendengar ucapan Vita, nikah sama siapa? Dia dan Senja saja tak jelas bagaimana kelanjutannya.

"Hoi malah bengong! Ini undangan apa?" tanya Vita lagi.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang