32. End?

6.2K 378 46
                                    




~~~
Canggung. Itu yang dirasakan oleh Senja dan Caca saat ini. Beberapa hari setelah aksi jotos Senja dan Bintang, kini Caca akhirnya mau menemui Senja lagi. Mereka bertemu di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari RS tempat Senja magang.

Mereka sudah ke cafe itu dua kali, yang pertama adalah saat Caca menjelaskan tentang hubungannya dan Dave dulu, dan yang kedua adalah kali ini.

Caca bungkam, memilih bermain dengan ponselnya, padahal ponsel itu tak menarik sama sekali. Sedari tadi dia hanya menghindari tatapan Senja, Caca masih sakit hati dengan ucapan Senja yang mengatainya murahan. Apa dia memang terlihat semurahan itu kah?

“Maaf,”

Caca mengangkat kepalanya dan menatap Senja yang juga sedang menatapnya.

“Apa?”

“Aku minta maaf, nggak seharusnya aku ngucapin kata-kata kasar kemarin, aku-“

“Emosi kan?” potong Caca cepat dan Senja mengangguk.

“Harus ya ngatain aku murahan? Aku belum pernah kok ciuman sama Bintang, aku belum pernah ngelakuin itu, baru juga kemarin setelah aku nerima-“

“Lamaran dia kan?” dan Caca mengangguk.

“Terus perjanjian kita yang dua bulan itu masih satu bulan Ca?!”

“Otomatis selesai lah, kan aku udah milik Bintang,” ucap Caca santai.

Senja mengalihkan tatapannya ke arah lain, memilih melihat benda lain asal jangan Caca di depannya. Saat ini Senja perlu berpikir untuk mendapatkan Caca lagi, dia tak akan menyerah semudah itu, sebelum Caca sah jadi istri Bintang, maka Senja tetap akan memperjuangkan Caca.

“Kalo aku minta Bintang untuk jauhin kamu, respon kamu gimana Ca?” tanya Senja pada akhirnya. Dia kembali menatap Caca, pertanyaan itu hanyalah selingan saja agar tak terlalu hening.

“Emang Bintang mau? Kayaknya dia nggak akan semudah itu menyerah, dia kan beda dari kamu,”

Jleb. Kenapa nylekit gini ya, pikir Senja.

“Gimana kalo kalian beda agama? Kamu yakin masih mau sama dia? Jangan deh Ca, cari yang seiman aja,” rengek Senja. Kenapa Senja merengek macam anak kecil?

“Dia bisa pindah agama kok,” jawab Caca santai. Sangat santai sekali, dan jawabannya itu sukses membuat Senja melongo. Caca benar-benar menginginkan Bintang sampai begitunya ya?

“Kenapa kamu seyakin itu?” Senja masih terus mencoba menggoyahkan Caca dengan keputusannya.

“Karena dia bisa dipercaya, dia nggak akan nyakitin aku,” Senja ingin marah mendengar jawaban Caca. Kenapa Caca sangat percaya sekali dengan Bintang? Senja meremas rambutnya kasar, dia putus asa, benar-benar ada diambang perjuangannya saat ini. Dia tak tau harus bagaimana lagi.

Senja menoleh ke arah Caca dan melihat Caca tersenyum ke arahnya. Senyum itu membuatnya jatuh cinta pada Caca, satu hal yang Senja suka, tapi sekarang senyum itu palsu, penuh luka yang dia buat sendiri.

“Emang kamu cinta sama Bintang?” tanya Senja kehabisan akal. Dia putus asa makanya menanyakan hal itu, dia yakin Caca masih mencintainya.

“Aku nggak cinta sama kamu kok,” bohong!

“Kok jawabnya gitu?” ya jelas Senja bingung. Dia tanya apa Caca jawab apa, kan bingung.

Caca tersenyum, mengangkat box besar yang sejak tadi dia simpan di bawah meja dan mengangsurkannya kepada Senja. Senja mengernyit, dia tak sadar ada box itu di bawah meja mereka.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang