28. Pilihan

5.2K 364 60
                                    


~

The One - Kodaline~


°°

Hari demi hari terlewati dengan cepat. Caca dan Bintang semakin menunjukkan kemesraan mereka. Di siang hari, Caca akan datang ke kantor Bintang dan membawakan bekal untuk Bintang lalu mereka akan makan bersama.

Sedangkan Senja, semakin hari dia terlihat seperti tubuh tanpa jiwa yang setiap saat bisa roboh. Dia menyibukkan dirinya sendiri untuk bekerja, tak peduli itu malam, atau bahkan dini hari. Dia hanya tidur selama dua jam setiap harinya, di sela-sela kerjanya dia akan menyempatkan mengirim pesan pada Caca dan menanyakan apa yang sedang Caca inginkan, tapi Caca tak pernah menjawab pesannya.

Senja makin tersingkir, tinggal menunggu sebentar lagi sampai dia benar-benar akan tersingkir. Senja ingin mengeluh, tapi pada siapa? Dia ingin menumpahkan semua bebannya, tapi dia tak yakin ada yang rela meringankan bebannya.

Satu yang masih bisa menguatkan Senja saat dia sudah di ujung kehancurannya. Aden, sahabatnya yang selalu tau apa yang dia inginkan, sahabat yang sampai sekarang masih selalu mengerti dirinya lebih dari orang lain.

"Makan!" seperti siang ini, Senja kembali direcoki Aden yang datang ke RS dan memaksanya makan.

"Den, gue nggak napsu makan," jelas Senja dan menolak keras sendok yang sudah ada di depan mulutnya.

Aden berdecak kesal dan melemparkan bekal itu asal hingga sebagian isinya berhamburan keluar dari tempatnya. "Goblok! Dari dulu lo masih nggak berubah ya?! Kalo sayang ya, jangan diem aja brengsek! Tarik tangannya terus bawa Cacanya! Emang dengan lo membunuh diri pelan-pelan gini, Caca bakal simpati dan suka rela kembali sama lo?! Kalo gue jadi Caca sih ogah, lo terlalu cemen untuk dipertimbangkan jadi calon suami idaman, banci!"

Senja melotot tak terima dan menatap Aden dengan tatapan tajamnya. Dan Aden juga menatap Senja dengan berani, dulu badan Senja lebih besar dari badan Aden hingga Aden sering merasa terintimidasi. Akan tetapi sekarang badan Aden sudah terbentuk sempurna dengan otot-otot keras yang mampu menumbangkan Senja sekali jotos.

"Otak lo dipake dong Nja! Cewek itu butuh diperjuangkan, cowok yang ngemis dikasihani sama cewek itu sama aja banci. Lo masih tulen kan? buktinya lo buntingin si Caca, masa iya lo mau ngemis cinta sama Caca dengan alasan lo mau mati kaya gini?! Yang ada, lo malah digebukin sama lawan lo, si Bintang," ucap Aden terus memanas-manasi Senja.

Senja menggeram dan menarik kerah kemeja yang dikenakan Aden. Aden menyeringai dan sekali sentakan berhasil melepaskan tangan Senja di kerah kemejanya. Bahkan Senja langsung oleng seketika karena Aden menyentak tangannya terlalu kuat.

"See! Lo lemah, baru gitu aja jatoh!" Aden melebarkan seringainya dan menumpukan tangannya di meja kerja yang ditempati Senja. Sedangkan Senja sendiri belum bangun dari jatuhnya dan menatap Aden dengan tatapan tajamnya,

"Sekarang, perbaiki diri lo! Makan yang bener, tidur yang bener, jangan cuma diem dan ngirim sms aja. Temuin Caca, kalo dia nolak kejar terus, pepet kalo perlu, gue yakin dengan gitu Caca akan jatuh cinta lagi sama lo."

"Gila," ucap Senja sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dari mana sebenarnya Aden dapat kata-kata ampuh seperti itu? dia jadi punya semangat untuk terus memperjuangkan Caca dan membawa Caca kembali padanya.

"Tentang Anya-"

"Gue nggak mau denger!" potong Senja cepat. Aden mendengus, tapi tak melanjutkan ucapannya. Senja kini memakan bekal yang dibawakan Aden dengan lahap. Menuruti apa kata Aden untuk makan dan tidur dengan benar, mungkin besok dia bisa minta cuti sehari untuk istirahat. Selama hampir seminggu ini dia sudah masuk terus tanpa istirahat, tentunya temannya akan mau menggantikannya hari besok.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang