16. Bad temper

6.1K 396 91
                                    

~Maroon 5 - Don't Wanna Know~


Mulmed: anggap senja

~~~
"Kapan kamu mau jujur sama mama Ca?"

"Maksud mama jujur apa?" tanya Caca dengan takut-takut.

Mamanya menghela napas lelah, sesekali memijit bagian pelipisnya, sedangkan Caca tak tau harus bagaimana dan hanya bisa diam saja menanti sang mama bicara.

"Kamu serius mau berhenti jadi model? Yakin nggak akan nyesel nantinya?"

Setidaknya bukan tentang kehamilannya, jadi Caca bisa sedikit lega. Hanya sedikit, karena pada akhirnya nanti, walau dia tutup-tutupi sekalipun semua orang akan tau.

Dia memang sudah berniat untuk berhenti dari dunia model, saat ini ada bayi dalam kandungannya, dan kehidupan model untuk bayinya tak baik. Apalagi banyak job yang dilakukan pada malam sampai pagi hari, dan dokter kandungannya sudah memperingatkan Caca untuk banyak istirahat.

Kandungannya lemah, dan Caca khawatir sewaktu-waktu dia kelelahan atau mual, dan rahasia kehamilannya akan terbongkar sebelum ada kesepakatan dengan Senja.

Suara langkah kaki mendekat membuat Caca dan mamanya menoleh bersamaan. Senja berdiri dua meter dari tempat Caca duduk, dengan keringat menghiasi keningnya juga pandangan nanar ke arah Caca. Dia mimpi buruk.

"Ca, kamu nggak apa-apa kan?" Senja mendekat ke arah Caca dan duduk di samping Caca. Menatap Caca khawatir dengan nafas yang masih terengah. Tangannya gemetar saat menyentuh Caca, memastikan Caca baik-baik saja.

"Aku nggak apa-apa," jawab Caca yakin. Senja langsung membawa Caca dalam pelukannya, tak peduli hal itu membuat Sarah yang masih ada di sana jadi merasa aneh. Saat Senja melepaskan pelukannya barulah dia sadar sejak tadi Sarah mengamatinya dan Caca.

Senja tersenyum canggung ke arah Sarah, "maaf tante," ucapnya sambil meringis malu.

"Nggak apa-apa nak Senja," ucap Sarah sambil tersenyum maklum.

Caca mengambil makanan yang sudah disiapkan untuk Senja dan menyuruh Senja untuk segera makan. Senja makan dengan sangat lahap, dia terlihat seperti orang yang sudah seminggu tak makan nasi, dan hal itu hampir benar karena Senja memang sudah seminggu tak cukup makan.

Setelah makan dan sukses meneguk segelas besar air putih, Senja meminta waktu pada Sarah untuk bicara. Caca yang awalnya tak diperbolehkan untuk ikut dalam pembicaraan itu, memaksa untuk ikut dan terpaksa Senja menurut.

"Tante saya ingin serius dengan Caca, berhubung dalam sebulan ini orang tua saya masih di Indonesia, jadi saya meminta restu pada tante untuk menikahi Caca bulan ini." Caca menoleh dengan cepat, terkejut mendengar ucapan Senja barusan.

"Nja!" tegur Caca.

Senja menoleh dan tersenyum ke arah Caca, "ini yang aku mau, semuanya akan mudah setelah ini." Seperti sebuah janji, dan dengan itu Caca bungkam. Dia hanya bisa mengangguk singkat, seharusnya dia senang, tapi entah kenapa dia merasa tak tenang.

"Jadi kapan acara pernikahannya?" tanya Sarah tanpa menaruh curiga sedikitpun. Dengan alasan orang tuanya yang berada di Indonesia selama sebulan ini, Senja punya alasan untuk menikahi Caca cepat-cepat.

Terdengar seperti pengecut karena dia belum berani mengakui kesalahannya, tapi Senja hanya berpikir untuk menutupi kesalahannya itu cepat-cepat agar tak banyak lagi orang yang tau.

"Secepatnya tante, tapi tentu saja kita harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu." Sarah mengangguk.

Sarah menoleh ke arah Caca yang masih menunduk dengan jari yang meremat tangan Senja. Caca cemas dengan kehamilannya, tapi Sarah berpikir lain, Sarah berpikir Caca mencemaskan pernikahannya dengan Senja.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang