Terakhir yaaa...
~~~
Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, Caca akan bangun dan menyiapkan keperluan suami dan kedua anaknya. Hari ini adalah hari pertama anak keduanya, Devan Briantara Putra masuk ke SMA setelah MOS dilaksanakan. Sejak semalam Caca sudah mewanti-wanti anak keduanya itu untuk mempersiapkan keperluan hari ini, akan tetapi sepertinya anak itu tidak mendengarkan ucapan Caca.
"Mama, sepatu Ara yang dari kak Ilo dimana?!" itu suara teriakan Ara dari lantai dua dimana kamarnya berada.
Caca menghela napas dan mematikan kompor di depannya lalu beranjak menuju ke kamar anaknya. Sampai di ujung tangga, Caca bertemu dengan Senja yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Senja tersenyum lebar, setidaknya senyuman Senja di pagi hari bisa membuat Caca sedikit lebih jinak. Dia tidak bisa marah jika sudah melihat senyuman milik Senja itu.
Caca bersyukur pada akhirnya keluarganya bisa seperti sekarang, dia bahagia, Senja sudah berubah menjadi ayah yang hebat untuk kedua anaknya dan juga suami hebat untuknya. Senja jarang marah, Senja jarang emosi, hampir tidak pernah lagi malah. Biasanya Caca yang sering emosi karena kedua anaknya dan Senja yang akan menenangkannya.
"Biar aku yang urus Ara, kamu ke kamar Devan aja," ucap Senja pengertian.
"Kamu kan harus kerja, udah biar aku aja,"
"Sayang, aku nggak mau kamu capek ya. Mau nurut atau-"
"Ok. Aku ke kamar Devan," potong Caca cepat. Senja tak pernah main-main dengan ucapannya, jadi Caca lebih memilih menurut.
"Nah gitu dong," ucap Senja dengan senyum kemenangannya.
"Yaudah aku ke kamar Devan," Senja mengangguk membiarkan Caca turun kembali ke lantai satu dimana kamar Devan berada.
"Mama!" pintu kamar Ara terbuka dan muncul wajah gadis cantik dengan rambut berantakan yang tampak sangat frustasi saat ini.
"Papa," suaranya berubah lirih saat melihat Senja yang datang dengan wajah datarnya yang menurut Ara juga Devan menakutkan. Senja memang seperti itu di depan anaknya, dia tak pernah menampilkan sifat manjanya jika di hadapan anak-anaknya.
"Udah dicari di kamar Devan sepatunya, kak?" tanya Senja pada Ara. Ara menggeleng cepat. "Coba cari ke kamarnya dulu sebelum kamu teriak-teriak, kasian mama kalo setiap hari kelakuan kamu masih seperti ini."
"Iya Pa," ucap Ara dengan menundukkan wajahnya takut. Senja memang berubah tegas setelah kedua anaknya masuk ke sekolah dasar.
Terlebih pada Devan yang tingkat badungnya seringkali membuat Caca mengeluh pusing. Devan itu suka sekali tak masuk sekolah. Pamitnya pergi ke sekolah ternyata seharian ada di kamarnya molor. Jika di sekolah dia suka sekali menjahili penjaga sekolah, dan tukang kebun, entah darimana didapat gen badung itu. Padahal dulu kedua orang tuanya tak separah Devan.
"Sekarang ambil tas, dan perlengkapan sekolahmu. Papa tunggu," ucap Senja pada anak pertamanya itu.
Ara mengangguk cepat dan segera masuk ke dalam kamarnya. Tak berapa lama Ara sudah keluar lagi menggunakan seragam lengkap kecuali sepatu.
Anak dan ayah itu berjalan menuruni tangga satu persatu menuju ruang makan. Di ruang makan, Caca masih menata masakannya di meja makan. Belum terlihat Devan di sana yang berarti anak itu masih di kamarnya.
"Kamu bantu mama dulu, papa ke kamar Devan sebentar!"
"Biar aku aja yang ke kamar Devan pa," Senja mengangguk saja dan membiarkan Ara pergi ke kamar Devan yang ada di bawah tangga.
Devan memang memilih kamarnya di bawah karena dia malas jika harus naik turun tangga. Kamar sempit yang dulunya dibuat untuk gudang berubah menjadi kamar yang luas dan penuh dengan barang-barang milik Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Temper
Random[SEQUEL 30 DAYS] [DIREVISI] Senja Retama Putra dan Raisa Inara Putri Mereka akhirnya di pertemukan lagi setelah hampir lima tahun tak bertemu. Caca seorang model dan Senja seorang dokter. Saat sebuah kejadian memaksa Caca berhenti dari dunia m...