15. Jujur?

5.8K 385 44
                                    

~Davichi - Beside Me~



~~~
"Senja mau ini,"

Senja menoleh dengan mata nyaris terpejam, Anya dengan kehamilannya benar-benar mimpi buruk bagi Senja. Sudah seminggu ini dia tak bisa tidur sama sekali, Anya selalu menempelinya seperti benalu. Bahkan saat di rumahnya sendiri pun, Anya tetap mengikuti Senja kemanapun. Bagaimana kabar Caca? Senja tak tau, dia bahkan tak punya kesempatan satu menit saja lepas dari Anya, saat di rumah sakit saja Anya selalu mengikutinya.

Dan sekarang, saat dia baru saja pulang dari rumah sakit dan berniat untuk istirahat sebentar saja, Anya datang dengan segala tingkah anehnya. Meminta Senja untuk menemaninya mencari gelang untuk calon anaknya. Bahkan kandungannya belum ada empat bulan, tapi Anya sudah rempong bukan main. Senja yang bukan siapa-siapa Anya harus memanggul beban calon bapak anaknya Anya.

"Eh nggak jadi, mau yang itu," sekali lagi Senja menahan emosinya. Dengan lemas dia berjalan menuju jajaran gelang tangan dengan bandul warna warni yang baru saja ditunjuk oleh Anya.

"Ini?" Senja mengangkat sebuah gelang berwarna pink dengan gantungan love berwarna hitam yang tampak manis, tapi lagi-lagi Anya menggeleng.

"Yang itu!" tunjuknya pada deretan gelang khusus untuk laki-laki.

"Ini buat cowok Nya,"

"Oh yaudah, beli buat Senja satu," tanpa menunggu persetujuan Senja, Anya mengambil sebuah gelang dan memakaikannya pada Senja. "Bagus, Senja jadi kaya badboy, aku suka."

"Tapi gue nggak," batin Senja.

Pasrah dia mendiamkan gelang itu di tangannya. Pada akhirnya Anya selesai mencari gelang, dan tak mengambil satu pun dari jejeran beribu gelang, dia benar-benar membuat Senja emosi.

Setelah dari toko perhiasan, mereka kemudian menuju cafe Raka. Sejak di rumah sakit tadi, Anya sudah meminta Senja untuk mengantarkan Anya ke cafe Raka. Dan Senja tak bisa menolak karena tak punya cukup alasan untuk menolak. Dia terlalu disibukkan dengan Anya, hingga dia sendiri lupa kapan terakhir dia bisa membuka ponsel. Seingatnya sejak seminggu yang lalu ayah Anya memasrahkan Anya padanya, hidup Senja berubah menjadi sangat-sangat sibuk.

Sampai di cafe bubble, Senja turun dari mobilnya -yang baru dia peroleh dari sang ayah-, dan membukakan pintu untuk Anya. Mereka berjalan beriringan memasuki cafe dan langsung disambut oleh sebuah senyum lebar milik Raka.

"Hoy Nja, lama kagak ketemu ya, sekarang sama Anya?" ingin sekali Senja memecahkan kepala Raka yang cabul itu. Melihat seringainya yang ditujukan pada Anya membuat Senja muak.

"Ngelindur lo? Gue masih sama Caca lah, nggak akan sama yang lain," dan sebuah sandal melayang ke arah kepala Senja.

Senja mengaduh merasakan kepalanya yang sudah pusing bertambah pusing terkena lemparan sandal itu.
"Maaf, nggak sengaja. Tadi sandalnya lepas dari kaki pas aku angkat kakinya, maaf ya Nja." Itu Anya. Senja hanya mendengus, dia tak tau kenapa Anya terus menempelinya.

Selama di cafe, tak pernah sedetikpun Anya membiarkan Senja pergi terlalu jauh. Bahkan saat Raka mengajak Senja mengbrol saja, Anya terus merecoki obrolan mereka dengan hal-hal yang tak penting.

Sampai akhirnya Anya tertidur di kamar Vita, memaksa Senja untuk menggendong Anya. Karena orang tua Anya sudah kembali ke luar negeri, Senja membawa Anya ke rumahnya Caca.

Sebelum keluar dari cafe, Raka sempat mendekat ke arah Senja dan membisiki sesuatu ke telinga Senja, dan bisikan itu cukup menyentak Senja dari rasa lelahnya.

Bad TemperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang