~Gita Gutawa - Rangkaian Kata~
🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆
Senja lagi-lagi melihat jam tangannya, sudah hampir jam sebelas dan Dokter Ana dengan seenak jidatnya menahan Senja di ruangan itu. Padahal hari ini Senja tidak ada jadwal jaga malam, seharusnya jam tiga tadi dia sudah boleh pulang, akan tetapi tanpa alasan yang jelas Dokter Ana meminta Senja menemaninya. Hanya berdua dan itu adalah salah satu mimpi buruk bagi Senja.
"Mau minum?" tawar Dokter Ana sambil mengangsurkan secangkir cokelat panas ke arah Senja.
Senja menggeleng, dia tak bodoh tentu saja. Karena dia tau dalam minuman itu pasti ada apa-apanya.
"Tidak dokter, terima kasih," ucap Senja sopan.
Mau tidak mau sebagai junior, Senja memang harus dipaksa sopan pada Dokter Ana yang notabene senior Senja merangkap pembimbing Senja juga di sana.
Dokter Ana tampak sedih menerima penolakan dari Senja, tapi dia hanya mengangguk setelahnya. Senja duduk dengan gelisah, sejak tadi dia ingin membalas pesan dari Caca tapi keadaan tak memungkinkan. Apalagi sejak tadi dia terus diamati oleh dokter perawan tua itu.
"Dokter apa saya boleh pulang sekarang?" tanya Senja pada Dokter Ana yang hanya dibalas dengan kerutan di dahi dokter itu.
"Kamu tidak berniat menghabiskan malam dengan saya di sini?" tanya Dokter Ana pada Senja. "Pacar kamu tidak ada di sini, jadi kamu bebas melakukan apapun."
Senja membelalakkan mata tak percaya, ternyata dokter gila ini masih mengharapkannya, padahal sudah jelas, sangat jelas malah dia selalu menolak dokter itu. Senja mengambil jas dokternya, ponsel, dan beberapa barang bawaannya.
"Saya permisi dokter, saya akan bilang pada dokter senior lain jika saya izin pulang malam ini."
Setelah mengatakan itu Senja segera keluar ruangan, menghembuskan napasnya dengan cepat dan berjalan keluar menuju parkiran. Ada beberapa mobil masih terparkir di parkiran, hanya ada satu motor miliknya yang ada di sana. Senja berencana untuk membeli mobil, tapi dia ingin mobil itu hasil dari jerih payahnya sendiri, jadi dia menolak mobil pemberian ayahnya.
🍃🍃
Caca berkali-kali mengecek poselnya, tapi tak juga mendapati layar ponsel itu menyala. Sejak dia meninggalkan Senja di cafe sore itu, sampai malam harinya, Senja tak memberi kabar lagi pada Caca. Bahkan saat Caca menurunkan gengsinya dan menghubungi Senja terlebih dulu, tak ada balasan apapun dari Senja.
Kembali Caca menghembuskan napas, kesal.
Ketukan di pintu kamarnya membuat Caca sedikit teralihkan dari kegiatan melirik ponselnya. Mamanya masuk dengan ekpresi khawatir, "kenapa Ma?"
"Anya nggak pulang Ca. Mama khawatir."
Caca melirik jam di dinding kamarnya. Sudah hampir jam sebelas malam. Anya sudah besar, seharusnya dia tau tak baik anak gadis keluyuran malam-malam. Ah koreksi, Anya bukan anak gadis lagi. Dan pemikiran itu membuat Caca langsung berpikir bahwa pasti Anya bersama Deon.
Caca mengambil ponselnya, dan menelepon nomor Anya. Telepon langsung terhubung tak lama kemudian, "hallo, Anya lagi tidur." Suara serak itu jelas bukan milik Anya. Itu suara laki-laki dan Caca yakin pasti Deon.
"Ini Deon?"
"Hm, lo yang nampung Anya? Kalo iya, jangan ikut campur masalah kami. Jangan seenaknya bawa Anya pergi! Gue tutup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Temper
Random[SEQUEL 30 DAYS] [DIREVISI] Senja Retama Putra dan Raisa Inara Putri Mereka akhirnya di pertemukan lagi setelah hampir lima tahun tak bertemu. Caca seorang model dan Senja seorang dokter. Saat sebuah kejadian memaksa Caca berhenti dari dunia m...